Share

Bab 2

Penulis: Widya Phanatania
Begitu memikirkan semua itu, tiba-tiba entah kenapa tubuhku terasa gatal.

Aku pun mengucapkan kata-kata yang benar-benar tidak tahu malu.

“Sayang, aku mau lagi….”

Usai bicara, aku langsung merasa diriku terlalu tak tahu malu.

Namun, semakin dibicarakan, aku semakin nagih.

Suamiku sempat tertegun, entah sedang memikirkan apa, tapi akhirnya dia tetap menurut dan mengambil mainan itu lagi….

Malam harinya, aku keluar untuk memasak. Kebetulan saat itu Om Joni pulang belanja dan melihatku, dia pun buru-buru menunduk.

Tak lama kemudian, dia malah masak di dapur bersamaku.

“Mitha, aku… benar-benar bukan sengaja mengintip tadi. Suaramu terlalu… keras. Jangan marah ya.”

Mendengar permintaan maafnya, aku langsung teringat kejadian sebelumnya. Wajahku langsung terasa panas.

Karena tak ingin lanjut membahas itu, aku pun buru-buru membalikkan badan untuk mengambil panci di atas kompor gas, tapi malah tak sengaja menyenggol wajan. Wajan itu nyaris jatuh ke lantai.

Kalau sampai jatuh, pasti sudah menghantam kakiku.

Saat aku linglung, tiba-tiba Om Joni berlari ke arahku dan cepat-cepat menggendongku.

Wajan itu jatuh ke lantai dan mengeluarkan suara yang keras. Aku sampai gemetar karena kaget.

Hampir saja kakiku terluka.

Masih dalam keadaan syok, tanpa sadar aku melingkarkan kedua tangan ke pinggang Om Joni.

Otot-ototnya yang kekar terasa begitu nyata.

Tak kusangka, meski usianya sudah tak muda lagi, tubuh Om Joni ternyata lebih kekar daripada anak-anak muda.

Aku sibuk terkagum-kagum pada tubuhnya yang kekar, sama sekali tidak menyadari kalau posisi kami saat ini sangat intim.

Satu tangannya melingkari pinggangku, sementara tangan satunya menopang kedua kakiku.

Begitu menunduk, dia langsung bisa melihat dadaku yang naik turun karena napas yang belum teratur.

Aku mendengar napas Om Joni mulai memburu, bahkan tangannya yang menggendongku pun terasa semakin panas. Barulah aku menyadarinya.

Begitu melihat posisi kami berdua, wajahku langsung memerah sampai ke daun telinga.

Saat itu juga aku merasakan ada sesuatu yang menekan dari arah pinggang, tepat di bagian tubuhku yang bersentuhan dengan Om Joni.

Sebagai orang berpengalaman, tentu saja aku tahu itu apa.

Yang membuatku terkejut, ternyata Om Joni masih sangat perkasa.

Ibu mertuaku memang tidak di rumah beberapa hari ini, entah bagaimana cara Om Joni menahannya?

“Mitha, aku… aku keluar dulu….”

Dengan wajah memerah, Om Joni buru-buru menurunkanku dan cepat-cepat kabur keluar dari dapur.

Melihat kepergiannya yang tergesa-gesa, aku hanya bisa menggeleng pelan.

Segagah apapun dia, dia tetap Om Joni. Bagaimana mungkin aku bisa punya pemikiran macam-macam?

Menekan perasaan aneh yang sempat muncul tadi, aku memungut kembali wajan yang jatuh dan mulai memasak.

Selesai memasak dan menata hidangan di meja, aku bersiap memanggil suamiku dan Om Joni untuk makan. Tapi baru kusadari, pintu kamar mandi masih tertutup rapat.

Karena malu, Om Joni masuk ke kamar mandi tadi. Kok masih belum keluar juga sampai sekarang?

Karena khawatir terjadi sesuatu, aku pun berjalan mendekati kamar mandi. Saat hendak mengetuk pintu, aku mendengar suara gumaman lirih dari dalam.

“Nggak boleh… aku nggak boleh punya pemikiran aneh-aneh… Mitha itu menantuku. Aku nggak boleh… Mitha….”

Mendengar kata-katanya, aku langsung tersentak.

Terutama saat dia menyebut namaku dengan suara tertahan. Aku semakin yakin kalau Om Joni mulai memikirkan hal yang tak seharusnya tentangku.

Mungkin karena hati nurani, dia memilih bersembunyi di kamar mandi untuk memuaskan dirinya sendiri.

Aku tahu tak seharusnya melihat ini, tapi mataku tetap saja tak bisa lepas dari celananya.

Astaga, bahkan lebih besar dari tadi… memangnya ada pria segagah itu?!

Jika dibandingkan dengan anak muda, Om Joni justru lebih cocok jadi tipe ideal wanita. Kalau bisa merasakan sendiri, pasti rasanya luar biasa sekali.

Tubuhku pun mulai lemas, aku takut Om Joni sadar keberadaanku di luar, jadi buru-buru menutup mulut dan bersandar di dinding.

Suara dari dalam semakin lama semakin jelas, seluruh tubuhku pun gemetar. Pakaian dalamku bahkan sudah basah kuyup.

Tubuhku terasa seperti dipenuhi semut yang merayap di dalam, gatalnya sampai tak tertahankan.

Secara reflek, tanganku pun mulai bergerak ke bawah….
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Derita Menantu Jelita   Bab 9

    “Benson, Om Joni benar-benar orang yang sangat baik. Dulu, aku sudah pernah membohonginya dan sekarang kamu malah mau mencelakainya. Dia tak berutang apapun pada kita!”“Hapus saja videonya, ikut aku pulang ke kampung, ya?”Ibu mertuaku menangis tersedu-sedu, berharap bisa membangkitkan hati nurani Benson.Benson sempat terdiam sejenak, tapi tak lama kemudian, ekspresinya kembali berubah menjadi penuh kekejaman.“Nggak mungkin! Uang itu sudah hampir kudapatkan. Aku nggak peduli kamu ibu kandungku atau bukan. Yang jelas, uang Joni harus jadi milikku!”Dia seperti orang gila, tak peduli apapun lagi. Hanya ada uang di matanya.Aku benar-benar tak paham kenapa dia begitu terobsesi dengan uang. Hidup kami memang tidak mewah, tapi tidak kekurangan juga.Selama ini, Om Joni banyak membantu dan aku pun merawatnya sepenuh hati, kurang apa lagi?Tak lama kemudian, Om Joni menjawab semua kebingunganku.Dia mengeluarkan beberapa lembar foto dan meletakkannya di atas meja.Begitu Benson melihat fot

  • Derita Menantu Jelita   Bab 8

    “Tenang saja, sayang. Aku sangat kenal dengan Joni. Dia pasti setuju kasih uang kompensasi itu ke aku, hahahaha….”Melihat wajah suamiku yang penuh kemenangan, aku hanya merasa dingin di hati. Apakah ini Benson yang kukenal selama ini?Dia menipu ayah angkatnya sendiri dan melakukannya dengan begitu santai, seolah tak merasa bersalah sedikit pun.Aku menahan rasa tidak nyaman di hati, mulai berpikir bagaimana caranya bisa membantu Om Joni.Saat ini, hari pun sudah mulai terang. Saat Benson tertidur lagi, aku diam-diam menelepon Om Joni.“Maaf Om Joni, aku benar-benar nggak menyangka dia akan melakukan ini semua. Tapi, tenang saja, aku akan cari cara untuk menghapus video itu.”Om Joni sempat terdiam sejenak, lalu segera menjawab dengan nada lembut, “Mitha, kamu gadis baik. Tenang saja, biar aku yang urus masalah ini. Kamu nggak perlu ikut campur.”Aku masih ingin bicara, tapi Om Joni menyuruhku tetap bertingkah seperti biasa. Katanya dia sudah punya cara untuk menyelesaikan semuanya.

  • Derita Menantu Jelita   Bab 7

    Tapi semuanya sudah terjadi, jadi tak ada gunanya lagi terus dipikirkan. Aku pun bangkit dari ranjang dan berjalan mendekati suamiku.“Sayang, aku setuju memberikanmu keturunan, tapi bisakah kamu hapus videonya?”Kupikir setelah tujuannya tercapai, dia takkan mempermasalahkannya lagi. Tapi, di luar dugaanku, suamiku malah menggelengkan kepala.“Keturunan? Anak yang kamu dan Joni lahirkan, mana bisa dianggap sebagai anakku?”Ucapannya membuatku tertegun. Aku menatapnya lekat-lekat, seolah tak percaya apa yang baru saja kudengar.Bagaimana mungkin suamiku bisa berbicara seperti itu?Bukankah selama ini dia yang memohon-mohon padaku agar bersama Om Joni? Aku sudah berulang kali menolak dan sekarang, setelah semuanya terjadi, dia justru menyangkal semuanya?“Benson, apa yang kamu bicarakan? Bukannya sebelumnya kamu sendiri yang memintaku melakukan ini? Sekarang semuanya berjalan sesuai keinginanmu, kok kamu malah mengingkarinya?”Aku yakin ada sesuatu yang tidak beres dan ingin suamiku men

  • Derita Menantu Jelita   Bab 6

    Saat ini, rasanya seperti hujan pertama setelah musim kemarau panjang. Aku benar-benar tak bisa menahan diri dan melepas semua kendali di dalam mimpi itu.Entah sudah berapa lama berlalu, tapi rasanya semua alkohol yang kuminum sudah menguap dari tubuhku.Tubuhku pun merasakan kepuasan yang belum pernah kurasakan sebelumnya.Tepat saat aku hendak tertidur dengan penuh kebahagiaan, tiba-tiba pria di belakangku menampar dirinya sendiri.“Kurang ajar! Kok aku… bisa ada di sini….”Itu suara Om Joni!Aku langsung membuka mata dan menoleh ke belakang. Dalam cahaya remang-remang dari bulan di luar, kulihat Om Joni berbaring di belakangku.Bajunya sudah benar-benar lepas dan dia sedang menampar wajahnya sendiri dengan ekspresi penuh penyesalan.Begitu tatapan kami bertemu, wajah Om Joni langsung memerah, tampak malu dan marah.“Maaf Mitha, aku… aku juga nggak tahu kenapa bisa ada di sini. Tadi, aku benar-benar mengira… sedang mimpi.”Mendengar kata-katanya, hatiku langsung terasa dingin.Jadi,

  • Derita Menantu Jelita   Bab 5

    Semakin dipikirkan, aku semakin merasa kemungkinan itu memang ada. Aku benar-benar tidak sabar ingin langsung bertanya pada suamiku untuk memastikan.Namun, polisi masih ada di luar sekarang. Aku juga tidak enak keluar begitu saja.Setelah cukup lama menunggu sampai polisi selesai memeriksa dan tidak menemukan jejak si pedagang anjing, mereka akhirnya pergi. Aku pun langsung bergegas keluar.Saat sampai di pintu, kebetulan bertemu dengan Om Joni yang juga baru keluar. Melihat raut wajahnya saja, aku tahu dia pasti sudah menyadari sesuatu.Kami berdua berjalan keluar tanpa berkata apa-apa.Begitu sampai di ruang tamu, suamiku juga baru saja menutup pintu dan kembali ke dalam.Sebelum aku sempat bertanya, suamiku justru lebih dulu membuka suara dan meminta maaf pada kami berdua.“Maaf Mitha, maaf Om Joni. Aku memang menaruh sesuatu di minuman kalian barusan. Tapi… aku benar-benar nggak ada pilihan lain. Aku hanya ingin meninggalkan keturunan untuk keluarga ini.”Suamiku menggerakkan kurs

  • Derita Menantu Jelita   Bab 4

    Tatapan Om Joni begitu ganas, seolah semua akal sehatnya telah lenyap.“Aduh, biar kupegang….”Sambil bicara, dia sudah mengulurkan tangan besarnya dan menggenggam penuh bagian depanku.Seketika, tubuhku seperti kesetrum, rasa geli menyebar hingga ke ubun-ubun, membuatku makin sulit berdiri tegak.Sedikit akal sehat yang tersisa mengingatkanku untuk mendorongnya menjauh. Tapi, baru saja tanganku menyentuh tangan besarnya, aku langsung reflek menariknya kembali.Tangannya benar-benar panas seperti terbakar.“Om Joni, aku Mitha… cepat lepaskan aku….”Suaraku bergetar, nadanya pun terdengar lembut dan manja. Lebih seperti menggoda ketimbang menolak.Tatapan Om Joni tampak sedikit jernih, “Mitha….”Namun, detik berikutnya dia kembali diliputi hasrat.“Aku pasti lagi mimpi… Mitha, tolong bantu aku di mimpi ini. Badanku rasanya mau meledak….”Tiba-tiba, dia memeluk dan menggendongku, membawaku ke arah sofa.Aku bisa melihat bara api di matanya, tubuhnya yang panas menempel padaku dan membuat

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status