Share

Derita Menantu Jelita
Derita Menantu Jelita
Penulis: Widya Phanatania

Bab 1

Penulis: Widya Phanatania
“Sayang, coba lebih menggoda sedikit, angkat roknya lebih tinggi.”

Ujar suamiku dengan wajah penuh semangat. Matanya tak berkedip menatap gerakan tarianku yang menggoda, mendesakku untuk mengangkat rok yang sudah sebatas paha itu lebih tinggi lagi.

Wajahku memerah, pandanganku setengah linglung dan dengan gerakan tangan perlahan, aku mulai mengangkat rokku perlahan.

“Bagaimana sayang? Kamu sudah merasakannya?”

Sambil menahan perasaan yang campur aduk, aku terus mencoba menggoda suamiku, diam-diam melihat reaksinya dengan penuh harap.

Namun, saat mendengar pertanyaanku, suami yang tadinya menatapku dengan penuh gairah, tiba-tiba menangis.

Aku langsung merasa putus asa dan seketika sadar apa yang terjadi.

Meski sudah memberikan segala rayuan, tubuhnya tetap tak menunjukkan reaksi apapun.

Aku menarik napas pelan, menghentikan godaan itu dan memeluknya erat.

Namun, pelukanku justru membuatnya menangis lebih keras, seperti semakin terpukul.

“Ini semua salahku, huhu… sayang, tubuhku sudah lumpuh total sekarang. Sudah mencoba berkali-kali pun tetap nggak ada reaksi. Aku harus bagaimana?”

“Sayang, maaf, aku sudah mengecewakanmu… mengecewakan keluarga ini….”

Mendengar ucapan suamiku, hatiku terasa nyeri, tapi aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana menenangkannya.

Namaku Mitha.

Beberapa waktu lalu, suamiku mengalami kecelakaan. Bukan hanya kedua kakinya yang lumpuh, tapi bagian bawah tubuhnya juga tidak bisa bereaksi sama sekali, tak peduli sekeras apapun aku mencoba membangkitkannya.

Sepertinya, kebahagiaan dalam hidupku ke depan benar-benar akan sirna.

Rasa sedih menyelimutiku, tapi aku tak berani menunjukkannya. Aku hanya memeluk suamiku dan berusaha menghiburnya.

“Nggak apa-apa, sayang. Kamu masih bisa membahagiakanku dengan cara lain.”

Suamiku terdiam sejenak, lalu menghapus air matanya dan menatapku.

“Bagaimana caranya?”

Dengan wajah memerah, aku menunjuk ke arah mainan yang ada di samping ranjang.

Matanya langsung berbinar, lalu dia pun mengambil mainan itu.

Dua puluh menit kemudian, suamiku menatapku sambil menghela napas panjang.

“Nggak ada rasanya, sayang. Hanya bisa melihat tanpa bisa ikut memainkanmu rasanya menyakitkan. Lagipula, mainan dingin seperti ini mana bisa dibandingkan dengan kehangatanmu? Aku yakin kamu juga nggak nyaman. Aku benar-benar bersalah padamu.”

Wajahnya penuh rasa bersalah dan kecewa.

Aku melirik mainan di tangannya, lalu ikut menghela napas.

Rasanya memang tidak terlalu menyenangkan. Saat sedang memikirkan cara untuk menenangkan suamiku, tiba-tiba aku merasa ada yang tidak beres.

Secara reflek, aku menoleh ke arah pintu dan baru sadar entah sejak kapan pintunya terbuka sedikit.

Seorang pria bertubuh kekar sedang berdiri di sana, menatapku dengan mata membelalak tanpa berkedip.

Pria itu adalah Joni, ayah angkat suamiku. Biasa aku memanggilnya Om Joni.

Tubuhnya memang sangat kekar. Dia mengenakan kaos putih dan celana pendek hitam, memperlihatkan otot-otot besar di sekujur tubuhnya yang gelap dan menonjol.

Wajahnya tidak terlihat tua sama sekali, justru memancarkan kesan maskulin.

Begitu menyadari tatapanku, Om Joni tampak canggung dan segera membalikkan badan, lalu pergi.

Namun, aku reflek memperhatikan bagian menonjol di celana pendek Om Joni. Jangan-jangan… Om Joni bereaksi saat melihatku tadi?

Memikirkan itu, jantungku langsung berdebar kencang.

Suara langkah kaki Om Joni menarik perhatian suamiku. Dia pun melirik ke arah sana, lalu dengan nada tenang berkata padaku seolah ingin menjelaskan.

“Sepertinya suaramu terlalu keras tadi, jadi Om Joni datang untuk memastikan semuanya baik-baik saja. Tenang saja, dia orang yang sangat sopan, pasti bukan sengaja mengintip.”

Mengingat apa yang barusan terjadi antara aku dan suami, wajahku langsung merona malu.

Tadi, aku memang terlalu larut dalam suasana, tanpa memikirkan sekitar dan suara kami pun mungkin sangat keras. Entah seberapa banyak yang sempat dilihat Om Joni.

Bagaimana aku menghadapi Om Joni setelah ini?

Meskipun Om Joni hanya ayah angkat suamiku, tapi demi merawat keluarga ini dan suamiku, dia rela datang tinggal bersama kami. Setiap hari bekerja keras dari pagi hingga malam, sementara ibu mertua tetap tinggal di kampung. Aku malah sibuk memikirkan hal-hal yang tidak berguna seperti ini.

Jangan-jangan Om Joni mengira aku wanita sembarangan yang tidak tahu malu?

Meski dalam hati merasa malu, tiba-tiba tanpa sadar aku teringat dengan celana Om Joni yang menonjol tadi. Seketika aku sadar betapa kuatnya dia!

Bahkan saat suamiku masih sehat pun, dia tidak pernah terlihat segagah itu!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Derita Menantu Jelita   Bab 9

    “Benson, Om Joni benar-benar orang yang sangat baik. Dulu, aku sudah pernah membohonginya dan sekarang kamu malah mau mencelakainya. Dia tak berutang apapun pada kita!”“Hapus saja videonya, ikut aku pulang ke kampung, ya?”Ibu mertuaku menangis tersedu-sedu, berharap bisa membangkitkan hati nurani Benson.Benson sempat terdiam sejenak, tapi tak lama kemudian, ekspresinya kembali berubah menjadi penuh kekejaman.“Nggak mungkin! Uang itu sudah hampir kudapatkan. Aku nggak peduli kamu ibu kandungku atau bukan. Yang jelas, uang Joni harus jadi milikku!”Dia seperti orang gila, tak peduli apapun lagi. Hanya ada uang di matanya.Aku benar-benar tak paham kenapa dia begitu terobsesi dengan uang. Hidup kami memang tidak mewah, tapi tidak kekurangan juga.Selama ini, Om Joni banyak membantu dan aku pun merawatnya sepenuh hati, kurang apa lagi?Tak lama kemudian, Om Joni menjawab semua kebingunganku.Dia mengeluarkan beberapa lembar foto dan meletakkannya di atas meja.Begitu Benson melihat fot

  • Derita Menantu Jelita   Bab 8

    “Tenang saja, sayang. Aku sangat kenal dengan Joni. Dia pasti setuju kasih uang kompensasi itu ke aku, hahahaha….”Melihat wajah suamiku yang penuh kemenangan, aku hanya merasa dingin di hati. Apakah ini Benson yang kukenal selama ini?Dia menipu ayah angkatnya sendiri dan melakukannya dengan begitu santai, seolah tak merasa bersalah sedikit pun.Aku menahan rasa tidak nyaman di hati, mulai berpikir bagaimana caranya bisa membantu Om Joni.Saat ini, hari pun sudah mulai terang. Saat Benson tertidur lagi, aku diam-diam menelepon Om Joni.“Maaf Om Joni, aku benar-benar nggak menyangka dia akan melakukan ini semua. Tapi, tenang saja, aku akan cari cara untuk menghapus video itu.”Om Joni sempat terdiam sejenak, lalu segera menjawab dengan nada lembut, “Mitha, kamu gadis baik. Tenang saja, biar aku yang urus masalah ini. Kamu nggak perlu ikut campur.”Aku masih ingin bicara, tapi Om Joni menyuruhku tetap bertingkah seperti biasa. Katanya dia sudah punya cara untuk menyelesaikan semuanya.

  • Derita Menantu Jelita   Bab 7

    Tapi semuanya sudah terjadi, jadi tak ada gunanya lagi terus dipikirkan. Aku pun bangkit dari ranjang dan berjalan mendekati suamiku.“Sayang, aku setuju memberikanmu keturunan, tapi bisakah kamu hapus videonya?”Kupikir setelah tujuannya tercapai, dia takkan mempermasalahkannya lagi. Tapi, di luar dugaanku, suamiku malah menggelengkan kepala.“Keturunan? Anak yang kamu dan Joni lahirkan, mana bisa dianggap sebagai anakku?”Ucapannya membuatku tertegun. Aku menatapnya lekat-lekat, seolah tak percaya apa yang baru saja kudengar.Bagaimana mungkin suamiku bisa berbicara seperti itu?Bukankah selama ini dia yang memohon-mohon padaku agar bersama Om Joni? Aku sudah berulang kali menolak dan sekarang, setelah semuanya terjadi, dia justru menyangkal semuanya?“Benson, apa yang kamu bicarakan? Bukannya sebelumnya kamu sendiri yang memintaku melakukan ini? Sekarang semuanya berjalan sesuai keinginanmu, kok kamu malah mengingkarinya?”Aku yakin ada sesuatu yang tidak beres dan ingin suamiku men

  • Derita Menantu Jelita   Bab 6

    Saat ini, rasanya seperti hujan pertama setelah musim kemarau panjang. Aku benar-benar tak bisa menahan diri dan melepas semua kendali di dalam mimpi itu.Entah sudah berapa lama berlalu, tapi rasanya semua alkohol yang kuminum sudah menguap dari tubuhku.Tubuhku pun merasakan kepuasan yang belum pernah kurasakan sebelumnya.Tepat saat aku hendak tertidur dengan penuh kebahagiaan, tiba-tiba pria di belakangku menampar dirinya sendiri.“Kurang ajar! Kok aku… bisa ada di sini….”Itu suara Om Joni!Aku langsung membuka mata dan menoleh ke belakang. Dalam cahaya remang-remang dari bulan di luar, kulihat Om Joni berbaring di belakangku.Bajunya sudah benar-benar lepas dan dia sedang menampar wajahnya sendiri dengan ekspresi penuh penyesalan.Begitu tatapan kami bertemu, wajah Om Joni langsung memerah, tampak malu dan marah.“Maaf Mitha, aku… aku juga nggak tahu kenapa bisa ada di sini. Tadi, aku benar-benar mengira… sedang mimpi.”Mendengar kata-katanya, hatiku langsung terasa dingin.Jadi,

  • Derita Menantu Jelita   Bab 5

    Semakin dipikirkan, aku semakin merasa kemungkinan itu memang ada. Aku benar-benar tidak sabar ingin langsung bertanya pada suamiku untuk memastikan.Namun, polisi masih ada di luar sekarang. Aku juga tidak enak keluar begitu saja.Setelah cukup lama menunggu sampai polisi selesai memeriksa dan tidak menemukan jejak si pedagang anjing, mereka akhirnya pergi. Aku pun langsung bergegas keluar.Saat sampai di pintu, kebetulan bertemu dengan Om Joni yang juga baru keluar. Melihat raut wajahnya saja, aku tahu dia pasti sudah menyadari sesuatu.Kami berdua berjalan keluar tanpa berkata apa-apa.Begitu sampai di ruang tamu, suamiku juga baru saja menutup pintu dan kembali ke dalam.Sebelum aku sempat bertanya, suamiku justru lebih dulu membuka suara dan meminta maaf pada kami berdua.“Maaf Mitha, maaf Om Joni. Aku memang menaruh sesuatu di minuman kalian barusan. Tapi… aku benar-benar nggak ada pilihan lain. Aku hanya ingin meninggalkan keturunan untuk keluarga ini.”Suamiku menggerakkan kurs

  • Derita Menantu Jelita   Bab 4

    Tatapan Om Joni begitu ganas, seolah semua akal sehatnya telah lenyap.“Aduh, biar kupegang….”Sambil bicara, dia sudah mengulurkan tangan besarnya dan menggenggam penuh bagian depanku.Seketika, tubuhku seperti kesetrum, rasa geli menyebar hingga ke ubun-ubun, membuatku makin sulit berdiri tegak.Sedikit akal sehat yang tersisa mengingatkanku untuk mendorongnya menjauh. Tapi, baru saja tanganku menyentuh tangan besarnya, aku langsung reflek menariknya kembali.Tangannya benar-benar panas seperti terbakar.“Om Joni, aku Mitha… cepat lepaskan aku….”Suaraku bergetar, nadanya pun terdengar lembut dan manja. Lebih seperti menggoda ketimbang menolak.Tatapan Om Joni tampak sedikit jernih, “Mitha….”Namun, detik berikutnya dia kembali diliputi hasrat.“Aku pasti lagi mimpi… Mitha, tolong bantu aku di mimpi ini. Badanku rasanya mau meledak….”Tiba-tiba, dia memeluk dan menggendongku, membawaku ke arah sofa.Aku bisa melihat bara api di matanya, tubuhnya yang panas menempel padaku dan membuat

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status