Share

Bab 4

Keesokan harinya...

"Makan siang, Nay ... jangan kerja terus," sapa Ketrin. Berdiri di depan meja kerja Nayla.

"Loh, udah masuk jam makan siang, ya?"

Ketrin menghela nafas. "Makanya, Nay, cari pacar. Biar ada yang ngingetin buat makan."

Nayla tersenyum saja. Ia membereskan dokumen di atas meja kerja lalu bangkit dari kursi kerjanya.

"Cariin makanya," sahut Nayla.

"Gaya-gayaan lo, minta cariin sama gue. Padahal banyak cowok yang ngantri di belakang lo itu," balas Ketrin ketus.

Nayla tertawa saja. Menggandeng lengan Ketrin berjalan bersama menuju kantin untuk makan siang.

Ketrin adalah teman Nayla yang berasal dari Jakarta. Sudah dua tahun wanita itu dipindah tugaskan ke daerah terpencil di desa Nayla tinggal. Sulit untuk Ketrin bergaul disebabkan cara bicaranya yang terkesan angkuh, menurut teman-teman kantor. Tapi tidak dengan Nayla. Ia berusaha menyesuaikan diri dengan perbedaan Ketrin. Dan untuk hubungan Nayla dan Damas, Ketrin sama sekali tidak tau tentang hubungan mereka. Yang Ketrin tau, Nayla itu jomblo.

"Widih, tumben-tumbenan banget kita dapat makan siang enak-enak begini," kata Ketrin terpukau melihat makanan lezat yang tersedia di depannya.

"Emang biasanya gimana?" tanya Nayla sembari menyendok makanan ke atas piring yang ia pegang ditangan kirinya.

"Biasa aja," sahut Ketrin lalu menyeringai kesal mengingat menu sederhana yang biasa kantor sediakan.

"Request, makanya."

"Emang bisa?" tanya Ketrin dengan mata berbinar.

"Bisa ... kayaknya," kata Nayla, tidak yakin juga dengan perkataannya.

"Ah, nggak jelas lo," kesal Ketrin menyenggol lengan Nayla.

Nayla yang hendak memindahkan piring dari tangan kiri ke tangan kanannya, tidak menyadari pergerakan yang Ketrin buat.

"E'ee'eeh!!" seru Nayla dan Ketrin bersamaan, terkejut saat piring ditangan Nayla hendak terjatuh. Namun sesaat kemudian merasa lega sebab piring itu lebih dulu diselamatkan oleh seseorang hingga berpindah ketangan orang itu.

"Mas Alga," bisik Nayla menyebut nama Alga.

"Siang, Pak Alga," sapa Ketrin, menundukkan kepala memberi hormat.

Alga tersenyum saja. Menyerahkan piring berisikan makan siang itu pada Nayla.

"Lain kali kalau mau becanda, liat situasi dan kondisi dulu, ya," nasehatnya, "nggak masalah kalau makanannya aja yang tumpah. Tapi gimana kalau piringnya ikutan jatuh, pecah, terus kenak kaki kalian?"

"Maaf, Pak," lirih Nayla dan Ketrin bersamaan.

"Nggak apa-apa," Alga tersenyum memaklumi, "tapi lain kali jangan diulangi."

Nayla dan Ketrin mengangguk. "Baik, Pak," kata keduanya bersamaan.

Alga mengambil piring berisikan makan siang yang ia letakkan di atas meja hidangan sebelum menyelamatkan piring makan Nayla. Ia kemudian berjalan meninggalkan Nayla dan Ketrin, lantas menyusul rekan kerjanya untuk menikmati makan siang bersama.

Nayla dan Ketrin juga melakukan hal yang sama. Perbedaannya, Nayla dan Ketrin hanya duduk berdua saja.

"Gue salut banget tau nggak," kata Ketrin sembari memandang jauh ke tempat dimana Alga duduk, "diusianya yang terbilang muda, dia udah bisa jadi seorang camat," Ketrin merasa salut, "udah pinter, ganteng, tajir, camat lagi ... keren banget, kan." Ketrin menoleh pada Nayla. Tak mendapati tanggapan dari wanita itu, ia langsung berseru. "Nayla!"

"Ha? Apaan?" tanya Nayla.

"Lo denger nggak sih, yang gue bilang tadi?"

"Denger," Nayla manggut-manggut.

"Terus kenapa lo nggak ngerespon?"

"Buat apa?" tanya Nayla, "di tempat lain, juga ada yang seumuran sama Pak Alga yang udah jadi Bupati, Gubernur, atau pengusaha besar ... setingkat Camat itu belum ada apa-apanya."

"Ih, keren tau nggak," Ketrin membantah juga, "di desa kecil kayak gini, yang terbilang masih kental dengan adat istiadat. Seharusnya yang muda itu bakalan sulit maju karna dibatasi oleh orang-orang tua yang masih memegang kuat tradisi zaman dulu ... tapi Pak Alga menentang semua itu, dan menjadikan desa kecil ini terlihat lebih modern," lanjut Ketrin tersenyum memuja.

"Kamu suka sama Pak Alga, ya?" tanya Nayla langsung. Sikap Ketrin yang terlalu memujikan kemampuan Alga sungguh sangat mencurigakan.

"Keliatan, ya?" tanya Ketrin. Nayla mengangguk saja. "Tapi lebih keliatan Pak Alga tau." Ketrin merengut.

"Lebih keliatan Pak Alga suka sama kamu, gitu?" tanya Nayla penasaran.

"Lebih keliatan kalau Pak Alga itu suka sama kamu."

"Uhuk," Nayla terbatuk, tersedak oleh makanannya. Segera Ketrin menyodorkan air minum pada Nayla yang langsung diterima oleh wanita itu. "Kamu apa-apaan, sih, Rin. Nggak lucu tau nggak ... idungku juga sampai sakit gini rasanya."

Ketrin merengut. "Yang bilang lucu siapa emang?" tanyanya, "gue cuma menyampaikan apa yang gue dan orang-orang liat doang padahal," tambahnya. "Gue justru cemburu. Dengan sikap lo yang cuek ini, masih aja ada cowok yang tertarik sama lo."

Nayla menatapi Ketrin sesaat lalu geleng-geleng kepala. "Aneh kamu," katanya menunjuk ke arah Ketrin sesaat lalu minum lagi, berusaha menghilangkan rasa perih pada tenggorokannya.

"Lo yang aneh!" seru Ketrin kesal. Suaranya yang keras membuat keduanya menjadi pusat perhatian. "Lo yang aneh." Ketrin mengulang, berbisik kali ini. "Dimana-mana itu cewek selalu peka dengan perasaan cowok ... lah, elo, bukannya peka malah bersikap masa bodoh." Ketrin geleng-geleng kepala.

Nayla menatap Ketrin, bingung.

"Apa lo liat-liat," Ketus Ketrin pada Nayla, "iih, greget banget gue ngeliat lo," kesalnya kemudian.

"Heh," bahu Nayla terguncang sekali, lalu sesaat kemudian ia tertawa.

"Malah ketawa."

"Lucu soalnya," kata Nayla, ia perbaiki duduknya menghadap Ketrin, "gini ya, aku jelasin biar kamunya nggak salah paham ...  aku sama Pak Alga itu nggak lebih dari sekedar sahabat, udah."

"Nggak ada cerita sahabat antara laki-laki sama perempuan," bantah Ketrin, Nayla berkerut kening, "Cuma ada tiga prediksi." Ketrin ikut merubah posisinya, saling berhadapan dengan Nayla sekarang lalu mengacungkan tiga jemarinya. "Pertama." Ketrin mengacungkan jari telunjuknya. Setelah mengepal tiga jari yang ia acungkan tadi. "Si cewek suka sama si cowok ... kedua." Ketrin mengacungkan jari  telunjuk dan jari tengah. "Si cowok suka sama si cewek ... dan yang ketiga." Ketrin menambahkan jari jempol diantara kedua jari yang ia acungkan. "Perasaan salah satu diantara kedua orang itu udah hilang karna terlalu lama dipendam." Ketrin menarik sudut bibirnya, tapi tidak tersenyum lalu mengangkat bahu sejenak.

Nayla hanya bisa diam. Hanya memandangi Ketrin saja.

"Kenapa? Ada bantahan?" tanya Ketrin mengangkat alisnya menunggu jawaban yang akan Nayla berikan.

"Pengalaman banget kamu," kata Nayla, tidak ada kalimat lain yang bisa ia katakan.

Ketrin mengangguk. "Dan dari pengalaman itu gue belajar," katanya menambahi kalimat Nayla. "Pertemanan antara laki-laki dan perempuan itu ada batasan, Nay ... dan gue liat cuma lo yang buat batasan itu, sedangkan Pak Alga, dia bersikap sesuai apa yang hatinya mau."

"Kayaknya perasaan kamu terlalu berlebihan, deh, Rin," kata Nayla tersenyum, bingung.

Ketrin menghela nafas. Entah harus menggunakan cara apa lagi agar Nayla bisa percaya.

"Gimana kalau kita taruhan?"

"Taruhan?" ulang Nayla bingung.

Ketrin mengangguk. "Lo tanya gimana sebenernya perasaan Pak Alga sama lo."

"Gila kamu," Nayla terkejut, "ya nggak mungkinlah."

"Jadi gimana?" tanya Ketrin, "nunggu Pak Alga ngungkapin perasaannya sendiri sama lo, gitu? Ya, nggak mungkin, Nay ... Pak Alga nggak bakalan ngungkapin perasaannya kalau nggak dapet lampu hijau dari lo ... meski pun dia cinta sama lo, dia juga punya perhitungan kali, Nay."

Nayla diam saja, menatapi nasi yang ia abaikan sejak tadi. Sejak mereka duduk di kursi untuk makan siang. Hanya beberapa suap saja yang masuk ke dalam mulutnya. Itu semua karena perbuatan Ketrin yang terus saja mengajaknya mengobrol tanpa henti.

"Kenapa tiba-tiba muka lo sedih begitu?" tanya Ketrin berkerut kening.

"Sayang banget makananku," keluh Nayla, menatap tajam pada Ketrin kemudian, "kamu yang bayar makan siangku hari ini!"

"Kok gitu?"

"Iya, karna kamu ngajak aku ngomong terus sampai lupa nikmati makanan lezat di depanku."

Ketrin merengut. "Bilang aja lo minta ditraktir."

Nayla tertawa. "Itu kamu tau."

Ketrin semakin merengut saja. Tapi tetap tidak membantah apa yang Nayla katakan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status