Selena yang berada di dalam mobilnya, menghela napasnya dengan berat, kenangan 5 tahun yang lalu membuat kepalanya pusing. Dia tak ingin mengingat dan berhubungan apapun dengan perusahaan Johanson Grup. "Bu Anda baik - baik saja?" tanya Carla."Baik." "Kalau baik kenapa tadi mendadak oleng.""Aku capek aja, oleng - oleng dikit biasanya, cerewet amat sih.""Bu gimana ga cerewet nanti kalau bu Selena ada apa- apa saya yang kena damprat pak Kevan. Pak Kevan kan ganas bu kalau udah marah." "Aakh, Kevan memang begitu dia. Dingin- dingin sedap kaya es krim." "Yang cuma lumer di depan Bu Selena yaa." "Ga juga, tapi begitulah dia."Selena tersenyum sendiri mengingat Kevan, pria yang telah menemani dirinya selama 5 tahun. FlashbackSelena terbangun dari komanya setelah 2 bulan terbaring di ranjang rumah sakit. Dia melihat dengan bingung dengan keadaan di sekitarnya sendiri."Kevan," suara Selena terdengar lemah saat melihat ada Kevandra di sampingnya."Kamu sudah bangun Lena? Tunggu sebe
Begitu tiba di JW Company, Selena melangkahkan kakinya menuju ke perusahaan diikuti Carla dan Joe. Semua karyawan di JW Company mengetahui siapa Selena atau yang lebih dikenal dengan Amira. Amira yang mereka ketahui merupakan kekasih CEO JW Company. Banyak mata melihat Selena secara diam - diam, ada yang melihat dengan kagum kecantikan Selena, ada juga yang melihat dengan tak suka. Selena ingin secepatnya menemui Kevandra. Dia ingin membicarakan tentang promosi novelnya LOVE yang harus di jakarta. Dia tak ingin itu terjadi apalagi penyelenggaranya adalah perusahaan Devan, Johanson Grup. Saat dia akan di depan ruangan CEO terdengar suara seorang wanita berbicara dengan Kevandra. Selena mengurungkan niatnya dan bertanya pada Elizabeth sekretaris Kevandra. "Siapa di dalam?" tanya Selena dengan suara berbisik."Bu Regina," balas Elizabeth dengan berbisik juga."Aku ngumpet dulu yaa di ruangan rapat, nanti kalau udah pergi bilang sama Kevan aku menunggunya di sana.""Iya Bu Amira, sela
Kevandra masih sibuk memikirkan perkataan Ibunya, Regina. Elizabeth mengetuk pintunya membuatnya menoleh ke arah pintu."Masuk," ujar Kevandra."Maaf Pak ada Bu Amira menunggu Anda di ruang rapat," ucap Elizabeth dengan sopan."Ooh ok."Kevandra mengambil ponselnya menghubungi Selena."Masuk saja ruanganku," ujar Kevandra."Siap Bos." Selena melihat Carla dan Joe."Silahkan Bu... kamu nunggu di sini aja," ujar Carla yang mengerti tatapan mata Selena."Kamu memang hebat tanpa perlu aku berkata-kata udah langsung ngerti.""Iya Bu udah sana nanti Tuan Kevandra bisa marah-marah sama kami berdua."Selena dengan secepat mungkin masuk ke ruangan Kevandra."Kevaaaan," teriak Selena."Ada apa teriak-teriak," ujar Kevandra."Aku ga mau, aku ga mau," ujar Selena sambil menggelengkan kepalanya."Iya aku tahu, nanti aku akan cari alasan.""Kenapa bisa seperti itu, aku ga nyangka kalau harus seperti ini.""Maafkan aku karena aku kamu jadi terlibat""Bukan Kev ini bukan tentang—""Ini salahk
Kevandra melihat Joe yang masih berdiri mematung di dalam ruangannya. Dia berpikir pasti Joe harus extra sabar menghadapi Selena yang sering berubah - ubah pikirannya. Sifat Selena sudah berbeda tidak seperti Selena yang dulu lagi. Selena sekarang lebih ceria, lebih sering tertawa, dan suka marah - marah. "Ada apa dengan Selena, Joe? Apa ada masalah saat jumpa fansnya?" tanya Kevandra."Iya Tuan memang ada masalah," jawab Joe."Masalah apa?""Saat selesai jumpa fans dan penandatangan novelnya Bu Selena, Pak Gustav mengatakan kalau harus promosi dengan novel terbarunya di luar negeri.""Bagus sekali itu demi karirnya sebagai novelis.""Tapi, ada yang jadi masalah Tuan.""Masalah apa?""Saat Pak Gustav mengatakan salah satu negara yang harus di kunjungi adalah Indonesia Bu Selena tidak suka.""Selena harus profesional, dia sudah dikontrak kerja untuk mendistributorkan novelnya jadi harus mau mengikuti cara promosi para penerbit.""Tapi, perusahaannya itu Jo—""Sudahlah Joe. Selena sela
Kevandra, Selena, dan Sean menuju ke rumah keluarga Wijaya. Selena sibuk memberitahukan pada Sean agar bersikap sopan, ramah, dan tidak seenaknya sendiri. Sean yang berusia 5 tahun tumbuh sebagai anak yang dingin dan sering berbuat sesuai keinginnya. "Sean ingat jaga sikap, jangan dingin-dingin empuk kaya gitu," ujar Selena memperingatkan putranya. "Mom bahasa mu selalu aneh, pasti kebanyakkan halusinasi dengan novelnya lagi nih," ujar Sean. "Kamu ini dinasehati orang tua itu di dengar bukannya membantah terus. Bantah-bantah terus sih anak ini." "Aku ga membantah Mom, aku hanya mengatakan apa yang aku dengar. Bahasa Mommy itu aneh bin ajaib susah dinalar oleh orang normal." "Maksudmu Mommy ga normal gitu?" "Mommy, siapa juga yang mengatakan gak normal. Makanya dengerin mom setiap perkataan aku bukannya mengambil kesimpulan sendiri." "Kev, lihat tuh si Sean sukanya membantah aku." "Boy, jangan suka membantah omongan Mommymu." Kevandra menegur Sean. "Iya daddy." "Nah.. nah
Selena, Kevandra, dan Sean kembali ke apartemen mereka. Kevandra merasa heran dengan Selena yang sedari tadi hanya diam membisu. Dia berpikir mungkin Selena masih marah dengan kejadian kemarin mereka bertengkar, tapi dia juga bersyukur Selena tidak menunjukkan kalau mereka bertengkar di depan dan orang tuanya. Selena selalu bisa menempatkan diri. "Mom, aku ngantuk," rengek Sean. "Idih anak Mommy yang manjanya minta ampun mau tidur yaa." "Iya." "Mau mom bacakan cerita?" "Ga mau sama Mommy, mau sama Daddy." Selena melihat Kevandra, dia memberi kode agar Kevandra mau membacakan "Daddy... bacakan cerita untuk aku, Daddy kan udah lama ga membacakan aku cerita," rengek Sean lagi pada Kevandra. "Besok aja gimana? Daddy lelah sekali, Boy." "Eheem." Selena berdehem menyindir Kevandra. Kevandra melihat ke arah Selena yang melihatnya dengan tatapan horor. "Oke lah kalau begitu, daddy juga resah dan gelisah sendiri di sini. Ada yang tatapan matanya horor." "Aku tahu pasti
Kevandra membawa Selena masuk ke dalam kamarnya dan membaringkan wanita yang memakai lingering berwarna merah itu di ranjang. Terlihat tubuh Selena di atas ranjang dengan gunung kembarnya membusung menantang di hadapan Kevandra. Paha Selena yang putih mulus menambah keseksiannya menjadi berkali-kali lipat menggairahkan Kevandra. Kevandra membuka bajunya membuat Selena terpanah dengan bentuk badan Kevandra yang atletis. Kevandra mendekati Selena, menjilati leher wanita yang dia cintai dengan lidahnya membuat Selena mengerang merasakan kenikmatan. Kevandra melihat wajah Selena yang sudah bergairah sama seperti dirinya lalu melumat bibir Selena dengan napsu, lidahnya masuk menerobos rongga-rongga mulut Selena. Selena membalas ciuman Kevandra, mereka saling berciuman dan melumat bibir masing-masing. Kevandra terlena dengan ciumannya bersama Selena. Tangannya tidak tinggal diam, ia meraba tubuh wanita yang ada di hadapannya. Tangan kanannya membelai punggung Selena dengan lembut, tan
Rumah keluarga Wijaya banyak orang keluar masuk mengurusi beberapa keperluan sang pemilik rumah. Regina Wijaya sangat memperhatikan semua detail untuk acara yang sudah ditunggu-tunggunya. Dia sangat bahagia akhirnya Kevandra dan Selena bertunangan walau bukan pernikahan yang seperti diharapkannya, tapi mereka mau bertunangan itu sudah lebih dari cukup.Regina masuk ke kamar Selena, dia melihat betapa cantiknya wanita yang dicintai anaknya, Kevandra. Dia tidak menyangka Selena mau menggunakan kebaya pada hari pertunangannya. Dia lah yang menyarankan agar Selena menggunakan kebaya walau mereka tinggal di Amerika. Selena terlihat sangat pas dengan kebaya model kerah sabrina lengan pendek berwarna peach. Kebaya model sabrina memiliki model yang khas memperlihatkan pundak yang cukup lebar sehingga memberi kesan anggun saat Selena mengenakannya.Di sana juga ada Sean yang menunggu Selena sambil melihat ponsel, dia yakin cucunya tersebut sedang bermain game online."Ibu, kenapa cuma di depa