Share

Bab 3

Seorang gadis tengah bercermin di depan kaca melihat apakah penampilannya cukup bagus untuk pagi hari ini. "Aku tidak mengerti mengapa kakak menyuruhku seperti ini," ucap Perry sendiri di depan cermin.

"Ponsel, dimana ponselku?" Gumam Perry melirik ke arah meja namun tak menemukan.

"Baiklah kurasa aku harus segera berangkat, aku tidak ingin nama baik kakakku menjadi jelek akibat aku terlambat," ucap Perry mengambil tas selempang yang sudah ia siapkan.

Gadis cantik itu menaiki taksi dan berkata kepada sopir untuk segera mengantarnya ke Geoffrey Jewelry, tak lama kemudian taksi itu telah sampai tepat di depan Geoffrey Jewelry.

Di dalam taksi Perry dapat melihat bangunan yang begitu megah, sebuah pondasi kokoh berukirkan G.J (Geoffrey Jewelry) bewarna silver mengkilap disana, pintu terbuat dari kaca tembus pandang, dan dua orang pria memakai kacamata hitam berdiri di depan pintu.

"Terima kasih, emm... apakah ini benar Geoffrey Jewelry?" Tanya Perry di dalam taksi diikuti memberikan uang kepada sopir taksi.

"Benar nona," jawab sopir taksi mengangguk.

Perry mencoba yakin jika memang ini adalah Geoffrey Jewelry dimana kakaknya memang bekerja disini, Perry keluar dari taksi segera menuju pintu Geoffrey Jewelry.

"Selamat pagi nona Kyle," dua pria yang bertubuh kekar memakai baju hitam membuka pintu tersenyum lebar kepada Perry, hanya saja pria itu menyebut Kyle sebagai sang manager disana.

"Pagi," Balas Perry tersenyum sedikit tertekan.

"Lalu apa tugas ku disini?" Batin Perry tak mengerti sama sekali.

Perry melihat seluruh sisi ruangan begitu indah, etalase kaca dipenuhi berlian-berlian terpajang disana. "Aneh," ucap Perry merasa aneh, karena ia tak melihat seseorang selain dirinya sendiri.

"Oh ya Kyle? Menurut mu apa yang aneh?" Suara seorang pria dari belakang, Perry menoleh dan melihat pria itu membuka kaca mata hitamnya, pria itu adalah Sam.

"Maaf, apakah hanya aku yang bekerja disini?" Tanya Perry begitu polos, sedangkan Sam tersenyum licik melangkah mendekati Perry perlahan.

"Ya, aku meliburkan semua karyawan ku, karena ada hal yang lebih penting," balas Sam.

Perry memundurkan langkahnya, semakin Perry mencoba menghindar semakin pula Sam mencoba mendekat. "Bisakah kau bersikap sedikit tidak menyeramkan," ucap Perry terus mencoba mundur.

Sam mengeluarkan sebuah sapu tangan dari sakunya, lalu ia membekap mulut Perry seketika. "Eeemmmppphh," rontah Perry namun gadis itu berakhir pingsan.

"Sam kita harus segera membawa Kyle pergi dari sini," ucap Charles dari belakang.

"Tentu Charles, aku sudah menyiapkan tempat istimewa untuk gadis cantik ini," balas Sam mengendong tubuh Perry.

_____******_______

Byuurr

"Aaahhkkk," suara Perry terbangun akibat guyuran air.

Perry mengedipkan matanya berulang kali merasa perih, Perry mencoba mengangkat tangannya namun kini kedua tangan itu telah terikat kencang oleh sebuah tali, gadis itu hanya duduk diam di bawah lantai dalam ruangan yang entah Perry sendiri tak mengerti. Yang pasti ruangan itu sangat minim cahaya dan tak banyak orang.

"Cha- Charles?" Ucap Perry melihat pria di depan membawa sebuah ember.

Charles membanting kasar ember plastik tersebut, pria itu berjongkok agar lebih dekat dengan Perry. "Kau memanggilku apa Kyle? Charles? Bukankah kau tak mengenal ku? Bukankah kau menuduh ku pencuri sehingga semua orang memukuli wajahku," balas Charles mengangkat dagu Perry.

"Charles aku tak pernah menuduh mu pencuri, bahkan kau tahu kita pernah bertemu di Los Angles, aku adalah Pe-" Perry terhenti sejenak, "aku adalah Kyle, yah... kita pernah bertemu di Los Angles," ucap Perry menjelaskan namun Charles enggan mendengar.

Charles mencekram leher Perry lalu mencium bibir gadis itu penuh nafsu dan kasar. "Eemmpphh... eemmpphh," erangan Perry terdengar jelas di ruangan itu seakan menggema.

"Charles apa yang kau lakukan? Charles ada sesuatu ingin kusampaikan padamu, bahwa sebenarnya aku-" ucap Perry terpotong.

"Eemmpphh.... eeemmmppphh," Charles kembali mencium bibir Perry lebih liar.

Tangan Charles meremas kedua payudara Perry sangat kasar, membuat tubuh Perry merosot semakin ke bawah. "Charles apa yang kau lakukan?" Ucap Perry memalingkan wajah saat Charles ingin menciumnya lagi.

"Aku ingin memperkosa mu, apakah itu terdengar buruk?" Balas Charles terus menerus meremas buah dada Perry.

"Tidak Charles, kita adalah teman," ucap Perry ketakutan.

"Teman? Mengapa kau menyebutku teman setelah aku memperlakukan mu seperti ini Kyle? Dimana ucapan teman untukku saat kita bertemu kemarin?" Tegas Charles merobek habis pakaian Perry menyisakan bra dan rok kerjanya.

"Charles hentikan," ucap Sam begitu tenang mendekati keduanya.

Buah dada Perry bagaikan pemandangan indah bagi kedua pria itu, belum lagi deru nafas Perry mulai tak teratur membuat semakin bergairah.

"Kau terlalu lembut pada gadis tak tahu sopan santun seperti ini Charles," Kata Sam menatap jijik wajah Perry.

"Charles biarkan aku memberi pelajaran terlebih dahulu pada gadis ini," ucap Sam tak bisa menahan amarah yang sudah bergemuruh di dadanya.

"Baiklah Sam, aku akan menunggu dan meminum obat yang sudah kita siapkan bukan," ucap Charles berdiri pergi.

"Bisakah kau membuka ikatan di tanganku?" Perry memohon pada Sam.

"Sini kau gadis angkuh, aku sudah mempersiapkan tempat istimewa untuk kita," ucap Sam dengan menggeret tubuh Perry, menarik lengan Perry agar mengikuti langkahnya.

"Lepaskan! Lenganku terasa sakit jika kau seperti ini," pekik Perry menahan rasa sakit.

Sam menghempaskan kasar tubuh Perry di bawah. "Ini adalah tempat istimewa untuk kita berdua," ucap Sam melepas ikatan tali di tangan Perry.

Perry melihat di atas sudah ada dua buah borgol bergelantung di sisi kanan dan kiri, tersambung sebuah besi kecil seperti berbentuk pipa panjang memopong borgol itu. "Tidak, mau kau apakan aku? Siapa kau?" Rontah Perry saat Sam berhasil memasangkan borgol di tangan kanan Perry.

"Aaahhkkk," ucap Perry sedikit kesakitan ketika kedua tangannya telah berhasil terpasang sempurna di atas borgol, posisi kaki Perry kini hanya berjinjit, hanya jari-jari kaki Perry yang menyentuh lantai.

"Lepaskan aku! Lepaskan aku!" Perintah Perry tak bisa terus-menerus menahan tubuhnya dengan kaki berjinjit.

"Aku tak melihat sisi arogan mu Kyle, apakah kau mulai takut sekarang?" Tanya Sam menikmati pemandangan gadis di depan itu.

"Aku Perry, bukan Kyle," balas Perry.

Sam melepaskan rok yang dikenakan Perry, menyisakan celana dalam Perry, kini gadis itu hanya memakai bra dan celana dalam dengan tubuh yang bergantung di atas borgol, tentu masih keadaan sama yaitu kakinya yang berjinjit mencoba membopong tubuhnya sendiri.

"Kumohon lepaskan aku! Aku lupa berkata pada Charles bahwa aku memiliki saudara kembar disini," ucap Perry namun Sam tak ingin mendengar itu.

Sam mengambil sebuah pil dan segelas air putih di meja, ia menyodorkan kasar ke dalam mulut Perry. "Ayo minumlah ini Kyle! Ini adalah obat penguat agar kau tak kelelahan saat melayani aku dan Charles," paksa Sam memasukkan segelas air putih ke dalam mulut Perry.

Buuff

Perry memuncratkan air putih itu tepat di wajah Sam saat ia mendengar kata 'melayani', membuat amarah Sam kian bertambah besar. "Shit," ucap Sam mengelap wajahnya.

"Aku Perry bukan Kyle, aku Perry," ucap Perry berusaha menjelaskan di tengah-tengah rasa takut.

Sam merobek bra yang membungkus indah payudara Perry, terpampanglah pemandangan itu tepat di depan mata Sam. "Kau sangat cantik Kyle," ucap Sam meremas kedua payudara Perry.

"Lepaskan aku, jangan seperti ini, kumohon!" Pinta Perry ingin menghindar namun tak bisa, kedua tangannya benar-benar tak bisa berkutik.

"Aaahhkkk... ahhkk..." desis Perry saat Sam semakin gila dengan aksinya.

"Lepaskan aku! Lepaskan aku! Kumohon!" Ucap Perry berusaha menjaga harga dirinya.

Sam berhenti sejenak, menatap wajah Perry mulai lesuh, pria itu mengeluarkan sebuah silet kecil dari sakunya. "Tidak, tidak apa yang kau lakukan?" Ucap Perry membelalakkan matanya.

Sret

"Aaaahhhhcccccckkkk," teriak Perry sangat kencang saat Sam berhasil menggoreskan silet di payudaranya dengan sebuah pisau kecil tersebut, tepat di atas puting Perry.

"Aaaahhhkk," Perry meneteskan air matanya, ia tak mengerti mengapa pria itu begitu tega memperlakukan dirinya sekejam ini.

"Tenanglah Kyle, ini hanya pelajaran kecil untukmu, apakah ini sakit Kyle?" Ucap Sam meremas erat payudara Perry yang baru saja ia lukai.

"Aaasshhh... lepaskan aku!" Ucap Perry mendongak ke atas.

"Aku bertanya padamu apakah ini sakit?" Teriak Sam semakin erat mencekram payudara Perry.

"Aaahhkkk.... in-ini sakit," teriak Perry tak bisa menahan rasa sakit itu, seakan itu adalah hal tersakit selama hidupnya.

Sam melihat darah di telapak tangannya, ya, tentu itu adalah darah Perry karena Sam terlalu erat meremasnya. "Kau akan merasakan lebih dari ini Kyle, Kau akan merasakan sakit lebih dari ini, aku akan membuatmu berteriak sekencang mungkin, ya, kau akan merasakannya saat ini juga," teriak Sam begitu kencang menampar keras pipi Perry, Sam melepas seluruh pakaiannya, ia mengambil sebuah tongkat panjang terbuat dari kayu di belakang dan mendekati Perry kembali.

Ctas

Sam memukulkan tongkat kayu itu pada paha kanan Perry. "Aahhk," teriak Perry merasakan sakit luar biasa di pahanya, membuat kakinya semakin tak kuat untuk berjinjit.

"Kyle apa kau masih virgin?" Tanya Sam menarik celana dalam Perry dengan tongkat kayu itu.

Tak ada jawaban dari bibir Perry, sekujur tubuh Perry bergetar mendengar pertanyaan itu. "Baiklah aku akan membuktikannya sendiri," ucap Sam mendekati tubuh Perry dan menyentuh alat kewanitaannya.

_______________________________________

VOTE DAN KOMENTAR WAJIB...

hai... ha-ha-ha... kayaknya udah ketebak ya next chapter apa yang bakal terjadi... 

Tunggu kelanjutannya yaaa...

Muawchhh...

I*: Hes_Ree

Vote dan komentar yang banyak biar aku semangat ketik cerita ini ha-ha-ha... karena jujur aku sangat sibuk... tapi aku sempetin ketik ini... 😳😳😳😳

Belum sadis kok ini... next mah bakal sadis.. dikit tapi...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status