Alex tersenyum tanpa melirik ke arah Cassandra. Cassandra bahkan sampai heran, kenapa akhir akhir ini Alex sering sekali tersenyum? Aneh bukan??
“Makan siang, makan siang yang sangat romantis.....” bisik Alex tanpa melirik ke arah Cassandra. Itu justru berefek sangat buruk pada Cassandra. Karena ia merasa kalau pipinya sangat merah dan terasa panas.
Sial! Apa yang aku pikirkan sebenarnya??!!
“Kenapa diam?”tanya Alex dengan sangat bingung, karena biasanya Cassandra akan protes. Pasti.
“Aku tidak mau makan siang.”
“Tapi ini kewajiban.”
“Aku tidak punya kewaj
Bugh!! Layangan tinju ke dua yang di layangkan Danil tepat di wajah Alex. “Sialan! Apa kamu tidak tau! Kesalahanmu selama ini Alex! Dan kamu masih merasa di atas awan! Sekarang aku berikan pelajaran padamu, kalau kamu bisa jatuh dan tersungkur, bahkan luka luka!!” Mereka saling beradu pukul, tinjuan yang makin membabi buta dan tanpa belas kasihan. Nyatanya kegaduhan itu berhasil menarik perhatian di lantai bawah. Dengan cepat Cassandra melihat ke lantai atas dan matanya menangkap siluet dua orang yang sedang bertengkar. Langkah Cassandra dengan cepat menapaki anak tangga dengan terburu buru hanya untuk mendapati kalau Alex sedang beradu tinju dengan Danil. “Hei! Apa yang kalian lakukan!!”teriakan Cassandra itu tak d
“Aku berbohong, jangan dengarkan omonganku barusan. Aku sedang tidak waras karena di pukuli Alex...” kilah Danil dengan gugup ia mengusap air matanya yang menjadi bukti kalau itu adalah kebohongan. “Bohong.” Desis Alexa dengan senyum yang terbit di bibirnya. “Kamu tidak pandai berbohong. Karena kamu tidak mau berbohong saat aku bertanya hari itu, kamu lebih memilih pergi dan menghindari cercaan pertanyaanku.” Dan Alexa tersenyum puas karena tubuh Danil mematung. “Jadi, kakak, bagaimana kalau kita mulai menjadi saudara yang baik?”tanya Alexa dengan alis yang terangkat.***&n
“Alex...? kamu tidur....?”tanya Cassandra dengan hati hati. Dan detik itu juga Cassandra ingin menusuk Alex dengan garpu!! “Kamu tidur..??!!”jerit Cassandra tak percaya dan dia langsung mematikan ponselnya. Memutuskan panggilannya dengan Alex. Justru saat ini jantung Cassandra sangat berdebar tak tau karena apa. “Bagaimana mungkin aku berkali kali berdebar saat Alex memperlakukanku dengan sangat berbeda. Aku ini sebenarnya masih menyukai Allen kan...?”*** Hubungan Alex dan Cassandra kian membaik dalam artian tidak saling bertengkar tapi Cassandra selalu saja membuat Alex frustasi.
“Aku kan bilang! Kita sudah tidak bertunangan Alex!!” “Kita tidak bertunangan, tapi aku masih punya kesempatan untuk membuatmu jatuh cinta padaku bukan...?” Bugh!! Lemparan bantal mengenai wajah Alex tapi laki laki itu terkekeh geli melihat kelakuan Cassandra,”Ini nyatanya yang membuat aku sangat menyukaimu Cassie, kamu sangat sulit di tebak. Saat aku mengira kamu akan menggigit seperti landak dengan durinya. Kamu malah melemparku dengan mata yang berurai air mata...” Cassandra menyadari kebenaran kata kata Alex, dan ia menghapus air matanya. Berani benar laki laki ini membuatnya menangis!! Setelah mengucapkan kata kata seperti ini dan menyentuh hati Cassandra. “Pergi sana! Dengan wanitamu saat itu
“Pertama tama Alex, aku tidak ingat. Kapan kita melakukannya, jadi aku akan menganggap kalau ini adalah hoax.” Cassandra akhirnya memutuskan. Ia sekarang kembali fokus ke mangkuk di depannya. Tapi laki laki di depan Cassandra nampak tak terima. “Hoax kamu bilang?”tanya Alex dengan geram. Cassandra justru memperburuk suasana, dengan menjawab hanya dengan anggukan. “Kita memang pernah.” Tegas Alex. Tapi Cassandra malah meledek Alex dengan memeletkan lidahnya dan membuat Alex menjadi gemas dan bercampur kesal. “Oke, kita akan reka adegan. Sekarang...!” Cassandra tak bisa mencerna kata kata Alex, karena tangan laki laki itu bergerak lebih cepat dari tangannya. Bergerak menarik kepala Cassandra da
“Dan ini juga hakku, untuk mencintaimu sampai kapanpun.” Lanjut Alex. Dan baru kali ini, Cassandra merasakan ketulusan Alex berkali kali lipat. Yang maknanya, laki laki itu menerima segala kondisinya. Dalam segala hal. Tanpa sadar, Cassandra tersenyum tipis. “Bodoh.” Umpat Cassandra sambil memukul Alex dengan sangat kencang, tapi kemudian Cassandra meraih lengan kekar itu dan melingkarkan tangannya pada lengan Alex. Kelakuan Cassandra membuat Alex mengernyit kebingungan. “Aku tidak melakukan apapun, dengan laki laki manapun.” Jelas Cassandra. Dan sepertinya, ada senyum kemenangan serta kebanggaan pada wajah Alex.*** Cassandra sedang berada di ruangan Alex, mendud
Alexa menutup panggilannya dengan sebal. Karena yang benar saja! Dua orang itu selalu mengganggunya, baik Alex maupun Cassandra. Bahkan Alexa sempat mengasihani dirinya sendiri. Karena ia jadi tak punya waktu untuk berkencan.... mengenaskan. Panggilan Alexa di tutup, tapi Cassandra malah berkaca kaca. Akhirnya...!! Alex pulang!! Cassandra sempat berpikir kenapa Alex tidak memberitahunya tentang jadwal kepulangannya. Terbesit kemungkinan kalau Alex akan memberikannya kejutan. Cassandra meraih tasnya dan tersenyum penuh kemenangan,”Kalau begitu, biar aku dulu yang mengejutkannya....”*** Cassandra langsung mengemudikan mobilnya ke arah bandara. Ia akan menunggu Alex di sana. Entah siang, atau malam. Ia sudah memutuskan untuk menjadi orang pertama yang Alex lihat saat menapakan kakiny
Cassandra masih memalingkan wajahnya ke jendela, ia ingi mengalihkan pikirannya ke jalanan yang ada di sampingnya. Nyatanya, berdiam diri tetap saja membuat ia terpikirkan seseorang. Alex. Dan saat Cassandra sedang memikirkan laki laki itu. tubuhnya seperti di sengat aliran listrik dengan jutaan volt yang bisa membunuh, dan sekarang. Hati Cassandra yang di bunuh. Alex sedang merangkul bahu seorang wanita, memasuki sebuah lobi apartemen. Cassandra tak bisa. Melihat ini lebih jauh lagi. Ia melemparkan wajahnya dan menahan air mata. “Kamu kenapa...?”tanya Damian dengan nada khawatir. Cassandra hanya menekuk wajahnya dan tak berani menjawab pertanyaan Ayahnya. “Tid