Share

Dewi Malam Sang Penyelamat CEO Impoten
Dewi Malam Sang Penyelamat CEO Impoten
Author: Ibu Rumah Tangga

Alasan Memasuki Dunia Malam

Nirmala Dewi, selaras dengan namanya yang indah ia juga mempunyai tubuh seperti seorang Dewi yang digambarkan dalam potret yunani kuno. Kontur wajah yang tegas, hidung mancung, mata indah, bulu mata nan lentik, kulit putih bersih, juga tubuh semampai yang sangat proposional walaupun kelebihan pada bagian dada dan bokong. Memiliki paras sempurna itu tentu membuat siapapun yang memandang akan terpikat oleh kecantikan Dewi. Namun tidak dengan mereka yang mengetahui pekerjaannya, mereka akan menatap dengan tatapan mengejek dan hina.

“Tuh lihat ada yg lewat, hati-hati nanti suami kamu diambil juga sama dia.”Sarkas bu yuli, komentar tetangganya ketika melihat Dewi keluar dari kontrakannya.

“Coba saja kalau suami saya ketahuan sama itu orang, bakal saya habisin mereka berdua.”Jawab tetangga lain yang tak kalah pedas mulutnya.

“Siapa juga yang mau sama suami mereka, nggak ada duitnya juga.” Batin Dewi.

Dewi sudah biasa mendengar gunjingan yang ditujukan untuk dirinya, seolah tak mendengar apapun Dewi tetap melenggang anggun di malam hari yang cerah ini seolah tak mengindahkan ghibah para tetangga yang tidak menyukainya. Dewi pun tak ada pilihan lain untuk pindah karena dimana pun ia tinggal pasti mendapatkan sanksi sosial seperti ini. Ia hanya optimis untuk mengumpulkan banyak uang agar dapat membeli apartemen mewah setidaknya kelas atas karena ia tahu kalangan atas tidak akan mengurusi apapun pekerjaannya.

Dewi bekerja di sebuah klub ternama ibukota melayani para pria hidung belang walaupun hanya sekedar menemani minum tak sampai ke ranjang. Ia terikat kesepakatan untuk melunasi hutang orang tuanya yang telah meninggal karena sebuah kecelakaan maut. Dewi yatim piatu yang malang, karena ia harus menemani pria hidung belang setiap malam demi menebus hutang.

“Karena orang tuamu banyak meninggalkan hutang sebelum mereka meninggal, maka kamulah yang harus membayarnya.”Tutur sang Mami pemilik Klub.

“Bagaimana bisa saya melunasi dengan nominal sebanyak itu tante?.” Jawab Dewi mengiba.

“Hey! Panggil saya Mami.” Perintah Mami yang dibalas anggukan oleh Dewi.

“Kamu kerja di klub saya tanpa dibayar sampai akhir hayat kamu.” Lanjut Mami yang mengerikan mampu membungkam Dewi karena ia tahu seperti apa pekerjaan yang menantinya.

Kesepakatan yang lalu tak akan membuat Dewi lupa, ia bertekad jika bisa mendapatkan uang yang banyak akan mundur dari Dunia Malam ini.

Untungnya dengan paras dan tubuhnya yang menggoda ia banyak mendapat tips dari pelanggannya. Kesepakatan nya dengan mami si pemilik klub pun salah satunya adalah antar jemput Dewi dari kontrakan ke tempat kerja karena tentu tidak cukup jika bergantung semuanya pada gaji.

Dewi langsung saja masuk ke dalam sedan hitam yang biasa menjemputnya, ia tidak merasakan canggung dengan baju mini nya duduk disebelah kemudi. Tak heran sebab ia terlahir dari keluarga kaya yang hanya tau foya-foya saja serta sering dugem sana -sini sebelum harus menelan kenyataan pahit saat kepergian orang tuanya untuk selama-lamanya. Dewi yang saat itu hanya mengerti cara menghamburkan uang tak mengetahui bahwa pamannya yang licik membuat perusahaan orang tua nya mengalami kerugian hingga menjual semua aset lalu kabur.

Dewi suka dipandang jelalatan oleh para lelaki untuk merasakan kepuasan tersendiri. Malam ini Dewi menggunakan Dress mini ketat berwarna hitam yang menyuguhkan siluet tubuh indahnya. Bahu putihnya pun tak luput menggairahkan mata siapapun memandang.

“Udah ah Kang liatinnya, sambil jalan aja ntar kemaleman aku nggak kebagian pelanggan.” Tegur Dewi

“Abis kamu cantik banget dew, tiap malem Akang liatin aja nggak bosen.” Jawab Kang Narno sebagai supir Mami dan langsung tancap gas menuju klub.

Saat mobil berhenti di lampu merah ia melihat segerombolan pengamen.

“Walaupun antara aku dan mereka melakoni pekerjaan yang nggak baik, masih beruntung mereka yang tidak sehina aku sampai disentuh oleh banyak pria.” Dewi bermonolog saat merenungi nasib dirinya

“Eh kok melamun, lagi mikirin Akang ya?.” Ucap Kang Narno yang mencoba menggoda Dewi.

“Nggak kok Kang, aku ngerasa derajat mereka lebih tinggi aja dari aku.” Tutur Dewi sambil menunjuk para pengamen.

“Sabar Dew, nanti juga kamu bakal lepas dari cengkraman Mami. Akang yakin, jadi mesti semangat.” Kang Narno berbicara dengan nada menyemangati Dewi, karena ia tahu kenapa alasan Dewi sampai bisa bekerja di klub. Karena bisa dibilang Kang Narno tempat curhat Dewi saat berkendara.

Kang Narno kembali memacu pedal gas saat lampu sudah hijau.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status