Home / Romansa / Di Antara Dua Pilihan / Bab 5. Kita Akan Menikah Apapun yang Terjadi!

Share

Bab 5. Kita Akan Menikah Apapun yang Terjadi!

last update Last Updated: 2025-11-30 16:27:15

Dhara sedang mencuci piring ketika Keenan kembali ke dalam rumah. “Hari ini saya kuliah, tapi tidak mungkin saya tinggalkan kamu.” Dia berdiri di sisi kiri Dhara, memandanginya.

Garis senyuman di mata Dhara sangat kontras. “Kuliah saja, saya tidak apa-apa kok.”

Sejenak, Keenan mengalihkan tatapannya ke lantai. “Saya juga harus pulang.” Suaranya sedikit menipis dan mendesah berat. “Papa udah telepon.”

Dhara mengerjap kecil, memandangi Keenan dengan gelisah. “Apa Papa kamu marah karena 5 hari kamu tidak pulang?”

Dengusan itu tipis, tetapi sangat jelas. “Bukan.” Langkahnya menuju meja, helm diraih. “Sorry ya, saya harus tinggalin kamu.”

Hati Keenan hanya untuk mantan kekasihnya, tetapi kini tatapan penuh kekhawatiran dimiliki oleh Dhara.

Lagi, senyuman Dhara mengudara bahkan sangat indah. “Pulang saja. Kapan-kapan kesini lagi, ya.”

Senyuman seperti itu sering didapatkan Keenan dari Asyifa, maka senyuman Dhara-- bukan apa-apa!

Pintu dibuka, sedikit berdecit karena gaya tarikan dengan angin ketika langit menghitam bersamaan dengan petir.

“Keenan, kayanya kamu jangan pulang sekarang deh!” Wajah cemas Dhara mendominasi di balik rambutnya yang tersibak angin.

Keenan menatap Dhara lewat bahunya, wajahnya datar. “Ya.” Namun, senyuman kecil melengkung singkat setelahnya.

Perapian dinyalakan. Ruangan ini cukup kecil, tetapi sangat hangat karena hawa api yang terperangkap.

Dua orang manusia duduk di atas sofa, di bawah selimut yang sama.

“Maaf ya ... karena rumah saya mungkin tidak sehangat dan senyaman rumah kamu,” ujar Dhara dengan polos yang membuat Keenan terkekeh.

“Apanya yang tidak sehangat rumah saya? Kita pakai selimut yang sama, ini hangat banget!”

Bias merah di pipi Dhara mulai muncul. Apalagi saat ini bahu mereka bersentuhan.

Kaki mereka menyentuh karpet tipis, tetapi Dhara merasa telapak kakinya terlalu panas karena Keenan selalu memandanginya dengan insten.

Pun, sesekali Dhara memutar bola matanya ke sudut, mencoba mencari tahu sedang apa Keenan sekarang?

Kenapa Keenan terus ngeliatin ...?

Gelisah. Dhara mulai berkeringat dingin, ini kali pertama Keenan memperlakukannya seperti ini.

Apa Keenan ... mulai suka saya? Ah, tidak mungkin!

Reflek, Dhara menepuk satu sisi kepalanya.

"Kenapa?" Sebelah alis Keenan terangkat dengan sedikit kekeh.

Bias kemerahan mulai merusuh di permukaan wajah Dhara. "Tidak apa-apa!"

Tangan hangat Keenan mengusap sebelah pipi Dhara tanpa mengatakan apapun. Hanya menatap. Tatapan yang tidak dapat ditebak.

Saat ini degupan jantung Dhara sudah lebih dari sekedar tidak karuan. Ini ... sangat kacau!

Apa Keenan mau cium?

Wajahnya sudah semerah tomat.

Namun, Keenan menarik kembali tangannya. Wajahnya terlihat kesal, tapi lagi-lagi Dhara tidak mampu mengartikan.

"Kapan kamu siap menikah?"

Pertanyaan Keenan membuat jiwa Dhara seakan keluar dari raganya karena terlalu mengejutkan.

"Be-lum tahu ... lagian Papa belum pulang. Terus ...." Bibir Dhara mulai bergetar.

Keenan hanya menunggu kalimat selanjutnya tanpa memotong.

Kini Dhara yang menatap, tentu saja tatapan yang mudah ditebak oleh Keenan.

"Saya serius mau menikah sama kamu."

Kalimat Keenan sangat romantis, tetapi wajahnya sama sekali tidak selaras hingga akhirnya Dhara mengerti. Pun, percakapan Keenan dan Langit kembali menari di pikirannya. Itu tidak akan pernah hilang!

"Jangan terburu-buru." Ujung bibirnya digigit perih. "Ini akan mengejutkan orangtua kita. Terutama orangtua kamu."

Saat ini Keenan tidak berhasil menebak isi kepala Dhara, jadi dia sangat berhati-hati. "Kamu berubah pikiran?"

Dhara terkekeh renyah. "Hari ini cuacanya dingin banget."

Ujung mata hitam legam itu memicing tanpa membalas ucapan Dhara. Dan seketika suasana berubah hening.

Alih-alih menenangkan, justru Dhara merasa tidak nyaman. “Saya mau ke toilet dulu,” alasannya.

Satu tangan dengan urat-urat menonjol di permukaannya menahan lengan Dhara. “Jangan kemana-mana.” Pun, pelukan hangat di bahu didapatkan si gadis dari lelaki yang selama ini tidak pernah mencintainya.

“Anggap saja saya sedang menebus dosa-dosa saya ke kamu.”

Dhara mengerjap mendengar kalimat yang rasanya tidak mungkin diucapkan oleh Keenan-si manusia dingin.

“Selama ini saya sudah keterlaluan. Saya minta maaf untuk semuanya.” Sejak tadi tatapan Keenan mengarah pada Dhara walaupun tidak berhasil menatap wajah si gadis yang selalu menunduk, tetapi jemarinya membelai sebelah pipi Dhara dengan lembut.

Kamu cuma kasian sama saya, tapi kenapa kamu rela berkorban sejauh ini? Orang yang terlalu baik pun tidak akan mengambil resiko sebesar ini. Apa untungnya buat kamu menikahi saya. Keenan ....

Dhara berkata dengan suara yang hampir tenggelam, “Kamu tidak usah minta maaf.”

“Pokoknya, apapun yang terjadi saya akan menikahi kamu dan tidak akan biarkan kamu menikah sama temen kamu itu. Ck!”

Dhara mendongak kaget, menatap bingung, “Kenapa jadi bahas Langit?”

“Dia suka kamu!” Wajah cemberut sangat nyata, lalu di baliknya terdapat rasa cemburu dan kekhawatiran yang Dhara pikir itu mustahil.

Dhara terkekeh renyah. “Kita berteman dari kecil.” Seakan perasaan Langit bukan apa-apa, tetapi sebenarnya Dhara merasa telah sengaja melukai orang yang selalu ada untuknya kapanpun dan di mana pun.

“Cowok cuma ngerespon cewek yang dia suka!” Tatapan Keenan berubah sangat sengit seolah Dhara adalah mangsanya, hanya miliknya.

Dhara tersenyum kaku mendengar ucapan Keenan. Dia juga menggaruk kepala tidak gatal.

Kedua bahu Dhara dipegangi oleh kedua telapak tangan kekar Keenan hingga hampir membuatnya melonjak. “Dengar, kita akan menikah apapun yang terjadi. Saya akan mengatur semuanya, kita cuma butuh dukungan orangtua, dan kamu tidak perlu melakukan apapun.”

Kini, puncak bahu itu diremas cukup kencang hingga membuat Dhara mengeluarkan erangan kecil.

Hanya kurang dari satu detik salah satu telapak tangan Keenan sudah menopang bagian belakang kepala Dhara, lalu menyatukan bibir mereka dengan lembut tetapi Keenan melakukannya penuh gairah.

Bersambung ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Di Antara Dua Pilihan   Bab 7. Keenan dan Langit-Dua Orang yang Bertolak Belakang

    Langit menghilang di balik hujan, diguyur perih karena Dhara menabur garam di atas luka.Begitupun Dhara, ia terluka, entah karena apa? Tetapi luka Langit menjadi lukanya juga.***Amir pulang sesuai janjinya. Pelukannya, perhatiannya, kasih sayang, semua ditumpahkan untuk Dhara. Pun, bersama ayahnya gadis ini bisa tertawa lepas dan mengekspresikan diri sesuai kata hatinya.“Langit temani Dhara? Hampir setiap senggang Papa telepon Langit, tapi sudah dua hari Langit tidak angkat telepon. Apa kalian berjalan-jalan?” Tatapan serta senyumannya menggambarkan harapan besar untuk kebahagiaan putrinya.Namun, Dhara membalas datar, “Kok bisa sih, Papa percayakan Dhara ke Langit? Gimana pun Langit itu laki-laki.”Tubuh Amir segera condong ke arah Dhara dengan wajah pucat. “Dia melecehkan Dhara!”“Bukan Pa ... ya ampun ....” Teh hangat disodorkan pada Amir. “Maksud Dhara, Langit kan laki-laki. Gimana kalau Langit tiba-tiba sentuh Dhara?”Sejurus kemudian Amir terkekeh. “Karena Papa tahu bagaiman

  • Di Antara Dua Pilihan   Bab 6. Orang yang Kamu Cintai atau Orang yang Mencintai Kamu?

    Suhu tubuh Keenan meningkat sengit karena sentuhan insten dengan Dhara. Embusan udaranya menghangat, menyapu leher dan daun telinga si gadis.Di luar hujan sangat deras, tetapi sunyi di dalam. Hal itu membuat isi kepala keduanya sangat liar. Mereka memandangi satu sama lain dengan sayu.Perlahan, selimut ditarik ke atas oleh Keenan hingga mengubur mereka. Di atas sopa sempit ini keduanya mulai mencoba melakukan hal gila. Degupan jantung yang seolah saling bertaberakan, embusan udara hangat, sentuhan panas.“Dhara!” seru seorang lelaki dari balik kaca yang tertutup tirai.“Langit?” gumam Dhara seiring dorongan kecil yang membuat Keenan bangkit. “Kayanya itu Langit.” Panik di bola matanya sangat kontras.“Ck!”Segera Dhara beringsut dari sofa, merapikan pakaian yang kusut dan rambutnya yang berantakan. “Keenan, pakai baju kamu!” paniknya.“Buka saja pintunya!” Keenan tidak peduli, ia hanya bersantai di atas sofa dengan kedua tangan terlentang dan satu kaki terangkat.“Pakai dulu baju ka

  • Di Antara Dua Pilihan   Bab 5. Kita Akan Menikah Apapun yang Terjadi!

    Dhara sedang mencuci piring ketika Keenan kembali ke dalam rumah. “Hari ini saya kuliah, tapi tidak mungkin saya tinggalkan kamu.” Dia berdiri di sisi kiri Dhara, memandanginya.Garis senyuman di mata Dhara sangat kontras. “Kuliah saja, saya tidak apa-apa kok.”Sejenak, Keenan mengalihkan tatapannya ke lantai. “Saya juga harus pulang.” Suaranya sedikit menipis dan mendesah berat. “Papa udah telepon.”Dhara mengerjap kecil, memandangi Keenan dengan gelisah. “Apa Papa kamu marah karena 5 hari kamu tidak pulang?”Dengusan itu tipis, tetapi sangat jelas. “Bukan.” Langkahnya menuju meja, helm diraih. “Sorry ya, saya harus tinggalin kamu.”Hati Keenan hanya untuk mantan kekasihnya, tetapi kini tatapan penuh kekhawatiran dimiliki oleh Dhara.Lagi, senyuman Dhara mengudara bahkan sangat indah. “Pulang saja. Kapan-kapan kesini lagi, ya.”Senyuman seperti itu sering didapatkan Keenan dari Asyifa, maka senyuman Dhara-- bukan apa-apa!Pintu dibuka, sedikit berdecit karena gaya tarikan dengan angi

  • Di Antara Dua Pilihan   Bab 4. Kamu cuma Berpura-pura

    Aroma masakan menggelitik rongga hidung Dhara. Gadis ini bergegas ke dapur karena mungkin Langit membuat kekacauan lagi. Namun, ternyata itu Keenan, ia memasak dengan terampil.“Pagi.” Senyuman lembut dengan pembawaan shunsine didapatkan Dhara dari lelaki yang berhasil mengisi hatinya setelah Amir.“Saya masak beberapa menu. Saya tidak tahu kamu suka atau tidak, tapi di kulkas cuma ada ini.” Bahkan penataan meja pun terkesan elegan jika di tangan Keenan.Dhara masih menganga kala Keenan terkekeh.“Makan, yuk.” Keenan segera menggiring Dhara ke arah kursi yang sudah disiapkan. Kedua bahu si gadis disentuh lembut.“Kamu masak semua ini?”Apa ini mimpi? Keenan, seseorang yang sering mengacuhkannya tiba-tiba sangat perhatian, dan ... tindakannya selalu di luar dugaan!“Iya.” Keenan masih dengan senyuman yang sama.Dhara masih dalam suasana tidak percaya, tetapi ini nyata. Lalu memperhatikan hidangan di meja makan dengan heran, “Sebanyak ini?”Keenan mengangguk kecil. Ia menggeser kursi di

  • Di Antara Dua Pilihan   Bab 3. Masa Lalu atau Orang Baru?

    “Polisitemia Vera.”Dhara sudah mendengar penyakitnya dari dokter bahkan sebelum ayahnya tahu, tetapi ia sembunyikan agar Amir tidak bersedih. Jadi gadis ini membiarkan ayahnya tahu dengan sendirinya, sedangkan dirinya tetap berpura-pura seolah tidak tahu apapun.Lalu, sekarang di hadapan Keenan, ia melakukan hal yang sama. Bukan karena ingin dikasihani agar Keenan tetap menjadi miliknya, tetapi ia ingin seseorang memeluk ayahnya ketika dirinya sudah tidak di dunia ini.Namun, walaupun begitu, perasaan dalam dadanya sangat nyata. Dhara jatuh cinta pada pandangan pertama pada seniornya di kampus yang sempat memarahinya ketika ospek. Keenan tampak kaku, tetapi sangat tegas. Kuat walau sebenarnya memiliki kelemahan.Hanya butuh 2 bulan sejak awal bertemu hingga menjalin hubungan spesial, tetapi Keenan tidak seperti pacar pada umumnya. Dia dingin, tetapi hangat sesekali.Awalnya Dhara tidak tahu apapun, hingga akhirnya ia tahu jika Kenaan pernah ditinggal mati oleh Asyifa-perempuan yang d

  • Di Antara Dua Pilihan   Bab 2. Penyakit Langka

    Air mata? Bukan. Keenan sudah menyelesaikan semuanya saat bersama Asyifa. Yang dilakukannya kini hanya menatap nanar ke arah Dhara yang terbaring dengan beberapa alat di tubuhnya.“Kenapa kamu bisa bertahan sejauh ini, dan kenapa cuma saya yang tidak diberi tahu. Lalu, kenapa kamu tetap memilih saya. Kamu cuma buang waktu, kamu tahu itu?”Dua jam lalu, setelah percakapan dengan dokter, Keenan berbicara banyak dengan ayahnya Dhara-Amir. Pria itu membenarkan penyakit yang diderita putrinya. Penyakit langka, yang hidupnya hanya mengandalkan keajaiban.Gejala penyakit itu muncul tidak lama setelah kepergian ibunya Dhara-Deswita Maharani yang hingga saat ini keberadaannya tidak pernah diketahui oleh Amir sekali pun. Wanita itu pergi tanpa alasan. Ia hanya berkata ‘Ibu pergi karena terlalu mencintai Dhara, tapi Dhara boleh membenci Ibu.’Genggaman lemah tangan Dhara menyadarkan Keenan dari lamunan. Tatapannya sayu, tetapi senyumannya indah. “Keenan, kamu di sini ....”Dhara tampak bagai bun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status