Home / Rumah Tangga / Di Atas Ranjang Om Rudy / Yang hilang dari Om Rudy

Share

Yang hilang dari Om Rudy

Author: Joya Janis
last update Huling Na-update: 2022-11-14 09:01:09

“Hai Lia! Bagaimana dengan hasil USG kandunganmu tadi siang?” Myla menyapa Lia saat mereka akan makan malam. Om Rudy menyusul kemudian dan menyisakan satu kursi yang kosong.

“Kata dokter bayi Lia kecil jadi dia harus menambah asupan gizinya, Papa udah beliin Lia susu hamil, buah-buahan dan tambahan suplemen vitamin.” Om Rudy menjawab pertanyaan putrinya.

“Mulai dari sekarang kalau makan apa aja bilang sama Bi Inah yaa supaya dimasakin, jangan sungkan kamu di sini, dulu aku juga suka langsung nyelonong ke dapur ibu kamu untuk makan.” Myla tersenyum jahil, itu adalah kenangan terakhir yang paling menyenangkan bersama mendiang ibunya Liany.

“Myla, mama belum pulang yaa?” Om Rudy melirik sekilas kursi yang biasa dipakai tante Katrin.

“Belum, Pa. Paling cepat Mama pulang besok deh, biasanya kan juga seperti itu. Oh ya, Pa, Myla juga mau keluar kota besok tapi Myla usahakan pulang pergi aja. Klien kita yang dari Jepang minta ketemuannya di salah satu resort koleganya, jadi Myla bisa iyakan saja.”

“Hhhmmmhh… kalian wanita-wanita Papa seneng banget tinggalin Papa yaa? Begini niih Lia, kesibukan tante dan adik sepupu kamu ini, hampir aja mereka lupa kalau suami dan papanya masih ada,” sindir Om Rudy yang hendak menyendokkan nasinya. Liany tersenyum kecil lalu menyendokkan nasi ke piring Om Rudy.

“Salah sendiri Papa angkat aku jadi kepala cabang kantor Papa, aku aja sampai lupa cari pacar, Pa,” Myla pura-pura mengeluh dan memberengut. Om Rudy memandangi Myla lalu tertawa dengan keras. Tawa renyah om Rudy terdengar hangat di telinga Liany. Liany menyodorkan ayam goreng tepung kesukaan Myla ke gadis itu yang seketika semringah melihat menu itu.

“Waaah … Lia! Jangan bilang kamu buat ini dengan resep tante Lily (ibu kandung Liany) yang enak banget itu?” seru Myla dengan mata berbinar, di gigitnya sekali dan mengunyahnya perlahan.

“Yaa ampun rasanya masih sama!”puji Myla dengan senang hati.

“Aku masih sering membuatnya, mendiang mas Adam juga suka. Tadi aku lihat masih ada ayam di kulkas, aku ingat kamu suka banget ayam goreng tepung buatan ibu, jadi aku buatkan ini untuk kamu.”

Melihat putrinya menyantap dengan lahap om Rudy juga ingin mencobanya.

“Sini, Lia, Om juha mau coba masakan kamu,” pinta om Rudi sambil menyodorkan piringnya. Liany memberinya potongan yang paling besar.

“Hhhmmm … rasanya memang benar enak, kamu pintar masak yaa? Kamu boleh memasak apa saja yang kamu suka tapi ingat, kamu tidak boleh kelelahan, mengerti?” pesan om Rudy yang terlihat menikmati ayam goreng itu. Liany kini merasa sedikit lega, tempatnya bernaung sungguh memberikannya kehidupan yang layak, aman dan tentram.

“Non Lia gak usah cuci piring yaa, biar Bi Inah aja, Non Lia lagi hamil butuh tadi kan udah bantuin masak. Sekarang istirahat yaa, Non?” pinta bi Inah ketika Lia hendak menyalakan kran air.

“Baiklah, Bi, di rumah mertua dulu saya gak boleh istirahat sebelum semuanya beres, jadi saya sudah terbiasa membersihkan semuanya dulu baru istirahat.” Lia akhirnya menjauhi bak cucian piring itu dan membiarkan bi Inah maju menggantikannya.

“Itu dulu Non, sekarang Non Lia tinggal di rumah ini, tuan Rudy, nyonya dan non Myla orang baik-baik semua, apalagi Non Lia masih kerabatnya mereka. Jadi Non Lia itu majikan Bibi juga, sudah kewajiban Bibi untuk perhatikan Non Lia juga.”

“Terima kasih banyak yaa, Bi. Kalau begitu saya mau bikin susu dulu.” Lia mengeluarkan kotak susu hamilnya dan membuatnya dengan suhu agak panas karena dia masih merasa sedikit mual jika meminumnya dengan suhu hangat saja. Tiba-tiba dia teringat dengan selimut yang di jemurnya dan lupa dimasukkannya, mumpung dia ingat bergegas Liany menuju halaman samping tempatnya menjemur selimut lalu membawanya masuk ke kamar. Karena aktifitasnya di kamar dia jadi lupa dengan susu yang sudah dibuatnya.

Ketukan di pintu membuatnya menghentikan tarikan sprei yang agak susah dipasangnya. Perlahan dia turun dari tempat tidur dan membuka pintu. Om Rudy berdiri dengan segelas susu di tangannya.

“Mungkin kau lupa jadi Om bawakan susu ini,” Om Rudy menyodorkan susu yang dibawanya dengan tatakan piring kecil lengkap dengan penutup gelas.

“Kau sedang apa?” Om Rudy memiringkan sedikit kepalanya dan melihat seprei yang belum sepenuhnya terpasang.

“Engh .. itu, saya sedang mengganti spreinya, Om. Oh iya, terima kasih sudah dibawakan susu ini, saya lupa tadi.” Liany tersenyum canggung, Om Rudy melangkahkan kakinya melewati Liany yang masih memegang gelas susu.

“Minum susunya sekarang, biar Om yang bantu kamu pasang seprei ini.”

“Ti-tidak usah, Om biar saya saja yang pasang,” kejar Liany yang merasa tidak enak jika om Rudy berada di kamarnya.

“Tidak apa, Om juga biasa bereskan ranjang Om sendiri kalau tantemu sedang keluar kota dan bi Inah banyak pekerjaan.” Dengan cekatan Om Rudy menarik sisi sprei yang tadi dikerjakan Liany, diselipkannya di bawah kasur lalu dia merapikan sudut-sudut yang lainnya.

“Habiskan susunya yaa dan beristirahatlah, kalau ada apa-apa, Om jam segini hingga larut malam ada di ruang kerja Om.” Om Rudy melemparkan senyum kecilnya pada Liany. Liany pun mengangguk dan mengucapkan terima kasih.

Liany meraba tempat tidurnya yang sudah rapi lalu duduk sambil meminum susunya yang mulai dingin. Rasanya sedikit mual ketika susu itu sudah melewati tenggorokannya. Diusapnya bibirnya perlahan, dia tak pernah menyangka jika seluruh anggota keluarga ini sangat memperhatikan dan menjaga dirinya.

Dari balik tirai jendela ruang kerjanya Om Rudy berdiri sambil memandangi jendela kamar Liany yang masih terang. Beberapa kali siluet bayangan wanita hamil itu mondar-mandir dan menjadi tontonan tersendiri bagi Om Rudy. Pria itu kembali mengingat masa dimana istrinya tengah mengandung Myla, saat itu tante Katrin muda yang mandiri berubah menjadi wanita manja yang selalu ingin diperhatikan olehnya. Om Rudy tidak keberatan dan menyukai sikap manja tante Katrin muda, dia merasa dibutuhkan dan benar-benar berperan sebagai laki-laki. Setelah beberapa bulan kelahiran Myla, bisnis keduanya berkembang sangat pesat. Tante Katrin tidak lagi bermanja-manja padanya, tidak memiliki waktu lagi untuk menghabiskan waktu berdua. Om Rudy selama ini selalu menepis kecurigaannya jika tante Katrin menyimpan suatu rahasia.

Lampu kamar Liany sudah mati, kamar di seberang taman depan ruang kerjanya sudah gelap. Seketika lamunannya tentang masa lalu ikut terputus, Om Rudy sebagai komisaris perusahaan juga tak kalah sibuknya tetapi dia selalu berusaha melebihkan waktu untuk keluarganya. Beberapa jurnal laporan sudah dibacanya termasuk laporan dari kantor cabang yang dipegang Myla putrinya. Pria itu pun sudah merasa lelah dan kembali ke kamarnya. Ranjangnya dirasakan begitu dingin, sepi tanpa kehadiran tante Katrin. Om Rudy pun akhirnya terlelap dan bermimpi dia tidur memeluk Liany di ranjang besar miliknya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Husni Dayat
om Rudy sangat sayang dan menggunakan hargai kamu
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Di Atas Ranjang Om Rudy    Akhir kisah

    Setahun kemudian …Lilis membuka kembali album foto-foto kenang-kenangannya setahun yang lalu saat keluarga majikannya mengantarkan Yelena kembali ke Inggris. Suasana haru terjadi saat Tuan Clark awalnya menolak kepulangan putrinya tetapi Satria berhasil meyakinkan ayah angkatnya itu dan membuat ayah dan anak kembali berdamai. Di sana juga mereka merayakan ulang tahun pertama Rangga dengan sangat istimewa. Lilis sungguh tak menyangka jika majikannya kali ini memperlakukan dirinya dan Lastri seperti anggota keluarga, bukan hanya sekedar majikan dan bawahan mereka.Liany dan Satria benar-benar majikan yang sangat baik dan murah hati, bahkan anak sulung Lastri diberikan beasiswa oleh perusahaan Karisma agar bisa melanjutkan pendidikannya di bangku perkuliahaan. Liany juga memberikan hadiah mesin jahit untuknya dan mengizinkan kapanpun Lilis hendak mandiri setelah menamatkan Kursus menjahitnya. Namun, Lilis masih menganggap Rangga masih kecil dan Liany masih membutu

  • Di Atas Ranjang Om Rudy    Akhir Tragedi

    Yelena akhirnya dilepaskan juga oleh anak buah Mike dan menjauhkan diri hingga ke sudut ruangan. Demian melangkah mendekat dengan tatapan mata yang berkilat, aura ingin membunuhnya terasa kuat.“Kau … kau keluarga korban kecelakaan itu? Waaahh … kejutan besar kita bertemu kembali, Yelena, apa kau sudah tahu ini Sayang?” Mike menoleh ke arah Yelena yang memandang takut-takut kepada Demian.“Jangan mengalihkan perhatian bangsat!” hardik Demian yang membuat Mike sedikit gentar. Moncong pistol itu sudah sangat dekat jaraknya dengan kepalanya.“Apa kau ingin membalaskan dendammu sekarang?” Mike memamerkan seringainya yang mengejek Demian. Darah Demian bergejolak hebat, ingin rasanya dia segera melesatkan satu peluru tepat ke jantung Mike, tetapi keinginannya itu ditahannya, dia tidak ingin jadi pembunuh dan merusak masa depannya sendiri. Dia hanya ingin memberikan Mike pelajaran.Demian menumbuk kepala Mike den

  • Di Atas Ranjang Om Rudy    Face To Face

    “Tolong ambilkan aku air minum, Sayang,” pinta Satria lirih ketika dia terbangun dari tidurnya. Bergegas Liany mengambil segelas air minum dan membantu suaminya untuk duduk. Satria terbatuk kecil, dia masih kesulitan untuk bernapas panjang. Perlahan diminumnya air pemberian istrinya. Dia menolak saat Liany ingin membantunya berbaring, Satria hanya ingin duduk saja sambil bersandar.“Yelena, apa dia pulang?” tanya Satria setelah memperhatikan jika di ruangan itu hanya ada dia dan Liany.“Iya, aku menyuruhnya pulang untuk istirahat, dia sedang hamil muda tak baik jika kelelahan.” Liany memperbaiki selimut Satria dan merapatkannya.“”Bagaimana keadaanmu, Sayang? Apa masih sakit?” tanya Liany sambil memandangi wajah suaminya.“Aku sudah merasa lebih baik, kau jangan khawatir, Sayang.” Satria meraih tangan Liany dan menggenggamnya erat. Namun, sesaat ekspresi Satria berubah dan Liany bisa membac

  • Di Atas Ranjang Om Rudy    Rasa Sesal Yelena

    Demian mengantarkan Myla pulang, berbagai perasaan berkecamuk di dalam kepalanya. Keselamatan calon istrinya, Liany dan putranya serta keselamatan Satria atasannya.“Ingat jangan jauh-jauh dari ponselmu, jika ada hal yang mencurigakan segera telpon aku, mengerti?” Tak bosannya Demian memperingatkan Myla agar tetap waspada.“Dem, apa kau tak mau menjelaskan kepadaku apa yang sebenarnya terjadi atau apa yang sebenarnya kau ketahui. Sikapmu pada Yelena mencurigakan!” Myla menatap tajam kepada lelaki muda itu yang tampaknya berpikir keras untuk menjawab todongan Myla.Demian sepertinya tak bisa berkelit lagi dan Myla berhak tahu kaitan antara dirinya dan Yelena. Myla menunggu sambil melipat tangan di dadanya. Mereka duduk berhadapan di sofa tamu, sesaat Demian menghela napasnya panjang.“Kamu masih ingat ketika ketika pemakaman ibumu aku mengatakan jika aku pernah merasakan kehilangan yang pedih itu?” Demian memandang Myla

  • Di Atas Ranjang Om Rudy    Lindungi Mereka

    Lamat-lamat suara ambulans terdengar, Satria berusaha membuka matanya dan mencari tahu di mana dirinya sedang terbaring. Seluruh tubuhnya terasa remuk sepertinya ada beberapa tulang rusuknya yang patah akibat perkelahian tadi. Pandangan matanya kabur dan hanya mampu menangkap beberapa bayangan yang ada di dalam ambulans yang tengah melarikannya ke rumah sakit.Satria mengerang pelan, suaranya tertahan oleh masker oksigen yang digunakannya untuk membantunya bernapas. Meskipun dia merasa sangat buruk tetapi rasa bersyukurnya lebih besar karena Mike dan para begundal itu tidak menikamnya dengan senjata tajam atau menembaknya seperti yang ada di dalam pikirannya sebelum dia pingsan. Hal terakhir yang didengarnya adalah raungan Dora yang ketakutan, mungkin karena wajahnya yang sudah berlumuran darah dan terkulai seperti tanpa nyawa lagi.“Pak Bos…! Bertahan yaa Pak Bos … sedikit lagi kita tiba di rumah sakit,” ujar Dora dengan suara yang terdengar

  • Di Atas Ranjang Om Rudy    Penyerangan

    “What the hell are you doing?!” maki Yelena yang terkejut dengan sikap kasar Myla kepadanya.“Myla?!” seru Demian dan Liany yang tak percaya dengan apa yang dilakukan Myla barusan.“Kenapa? Apa karena kau dan keluargamu telah mengadopsi kakakku dan memberikannya kehidupan yang lebih baik kau merasa berhak untuk mengacak-acak rumah tangga kakakku, hah?! Kau tak akan pernah bisa jadi istri kedua kakakku!” bentak Myla yang benar-benar murka dengan kelakuan Yelena.“Myla … Myla… kamu salah paham, Yelena tidak…”“Lia, Please, jangan membela dia, akar busuk harus segera diamputasi sebelum dia menyebar kebusukannya!” sergah Myla yang melihat Liany masih berbaik hati kepada Yelena.“Myla, tenang sedikit, aku tidak mau kamu bersikap bar-bar seperti ini,” ujar Demian sambil merengkuh bahu gadis itu dan membawanya sedikit menjauh.Satria membereskan berkas yang

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status