Share

Bab 2

Author: Fighter
Riyan tertegun di tempat. Matanya terbelalak. Dia kelihatan tidak percaya.

Aku berinisiatif minta cerai dengannya?

"Sofia, kamu salah minum obat? Kamu minta cerai denganku?"

Aku menarik napas dalam-dalam. "Riyan, apa kamu tuli? Aku bilang aku mau cerai sama kamu!"

Selesai bicara, aku lempar surat perjanjian cerai yang sudah aku cetak sebelumnya ke hadapannya.

"Aku nggak akan ambil sepeser pun dari hartamu. Aku akan tinggalkan rumah ini dengan tangan kosong. Satu-satunya permintaanku adalah kita harus cerai secepatnya!"

"Kalau besok kamu ada waktu, kita langsung urus ke kantor sipil."

Seketika, rasanya dunia menjadi tenang.

Monika juga jarang sekali tidak mengeluarkan suara.

Riyan tidak mengambil surat perjanjian perceraian yang tergeletak di bawah.

Ada kerutan di dahinya. "Mau sampai kapan kamu ribut-ribut?"

"Hanya karena jantung itu nggak diberikan pada Elis? Memangnya sepenting itu? Kristin jelas lebih butuh jantung ini. Apa kamu nggak ngerti?"

"Sofia, kamu juga seorang ibu. Mengapa kamu nggak bisa sedikit lebih pengertian?"

Monika juga berpura-pura menangis. "Kalau tahu kamu bakal begitu marah, meski Kristin bakal mati, aku juga nggak akan membiarkan dia mengambil jantung ini!"

"Ini semua salahku. Kamu boleh pukul aku atau marahi aku."

Riyan memapah Monika duduk di sofa. "Jangan salahkan dirimu. Ini semua keputusanku sendiri. Tubuhmu lemah. Jangan nangis lagi. Aku bisa atasi semua ini!"

Saat Riyan menoleh ke arahku, wajahnya tampak sedingin es. "Kamu pikir kamu bisa mengancamku dengan cerai? Jantung sudah diberikan pada Kristin, jadi percuma saja kamu ribut!"

"Kalau kamu sungguh mau cerai denganku, jangan harap kamu bisa bertemu dengan putrimu lagi!"

Riyan memapah Monika kembali ke kamarnya untuk beristirahat. Sesampainya di tangga, pria itu berbalik dan memelototiku. "Jangan bahas soal cerai lagi!"

Pintu terbanting dengan keras. Aku memeluk guci abu erat-erat dalam pelukanku.

Rasanya seperti putri kecilku masih ada di sisiku.

Sejak aku pulang sampai sekarang, Riyan sama sekali tidak menanyakan hal yang menunjukkan kepeduliannya padaku dan putriku.

Dia hanya melihat penampilanku yang menyedihkan dan merasa aku sudah mempermalukannya.

Namun, dia tidak melihat guci di tanganku, yang mana tertempel foto putriku di atasnya.

Aku memandangi rumah yang luas itu. Putriku dan aku punya banyak kenangan di sana.

Putriku menari dan bermain-main di sini.

Terakhir, putriku terjatuh di sana dengan tidak berdaya.

Aku memanggilnya, tetapi dia tidak bisa bangun.

Riyan melewatkan saat-saat terakhir putrinya. Dia juga ditakdirkan untuk tidak melihat saat-saat terakhirku.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Di Balik Topeng Cinta Pertama   Bab 13

    Riyan telah menakuti Monika hingga wanita itu terjatuh ke bawah.Riyan masih belum puas dan ingin memukulnya lagi. Monika melarikan diri dengan panik. Tak perlu waktu lama, ruang tamu telah menjadi berantakan.Kristin ketakutan sampai meringkuk di sudut. Dia tidak berani bergerak.Riyan perlahan mendekati Kristin layaknya si malaikat maut.Dia membelai lembut dada Kristin. "Jantung yang berdetak di sini seharusnya milik putriku.""Monika, kamu pasti bangga karena sudah mempermainkanku selama bertahun-tahun ini, 'kan?""Kalau aku nggak ke rumah sakit untuk memeriksa rekam medis, bagaimana aku tahu kalau Kristin bukan anakku! Kamu dan aku sama-sama punya golongan darah B, jadi mana mungkin bisa punya anak perempuan bergolongan darah A?""Demi kamu, aku membunuh putriku sendiri dengan tanganku sendiri! Apa kamu puas?"Melihat Riyan telah mengetahui kebenarannya, Monika tidak lagi takut. "Ini semua karena kebodohanmu sendiri! Kamu pikir kamu siapa? Raja? Yang harus dilayani setiap saat?""

  • Di Balik Topeng Cinta Pertama   Bab 12

    Riyan pergi dengan linglung. Semua bukti menunjukkan bahwa aku dan putriku sudah meninggal.Namun, dia masih tidak mau menyerah.Dia menggunakan banyak koneksi dan menghabiskan banyak uang untuk mencari tahu, tetapi jawaban yang dia dapatkan tetap sama."Mana mungkin? Bukannya baru setengah bulan nggak bertemu? Mana mungkin mereka sudah meninggal?"Riyan kembali ke rumah sakit dan bertanya, "Siapa yang mendiagnosis Sofia menderita leukemia?""Cepat keluar!"Riyan tidak peduli dengan harga dirinya lagi dan mulai membuat keributan di aula.Saat pimpinan rumah sakit mengetahuinya, mereka segera mengundangnya ke ruangan terpisah."Tuan Riyan, apa kamu nggak tahu masalah ini?""Tanggal 8 bulan lalu, gadis kecil yang selalu Anda dampingi itu operasinya berhasil. Bukankah Anda juga memberikan hadiah pada semua orang di rumah sakit kami?""Ada satu gadis kecil lain, Elis Tanardi. Mereka berdua sama-sama membutuhkan donor jantung waktu itu. Kamulah yang khusus berpesan pada kami agar memberikan

  • Di Balik Topeng Cinta Pertama   Bab 11

    Riyan tidak percaya dengan kabar kematian putrinya. Dia menggunakan koneksinya untuk mencari tahu keberadaanku dan putriku.Tak disangka, dia cukup beruntung dan menemukan kabar.Ada orang yang bilang dia melihatku naik pesawat. Dia kemudian mengikuti petunjuk ini dan menemukan sahabatku."Cepat bawa Sofia dan putriku keluar! Kamu kira trik seperti ini menyenangkan?""Kamu pikir aku nggak akan merebut hak asuh putri kalau dia mati? Konyol sekali!"Sahabatku menatap pria di depannya dengan tidak berdaya. "Kamu benar-benar bodoh! Ini sertifikat kremasi dari krematorium dan dua akta kematian mereka!""Kalau kamu mau menuduhku berbohong, aku juga nggak tahu mau bilang apa lagi! Baik itu Sofia ataupun Elis, mereka berdua sudah mati.""Kamu nggak pantas jadi suami ataupun ayah! Kenapa baru datang ke sini sekarang? Apa yang kamu lakukan sebelumnya?""Dulu aku nggak ngerti kenapa Sofia ngotot mau cerai denganmu, tapi sekarang aku sudah paham. Kalau namaku tertera di kartu keluarga yang sama de

  • Di Balik Topeng Cinta Pertama   Bab 10

    Genggaman tangan putriku makin erat."Apa Ayah suka Kristin? Tapi Kristin pernah menindasku. Aku nggak suka dia! Kenapa Ayah harus menemaninya? Kenapa Ayah nggak suka padaku?"Anak sekecil ini masih berada pada usia di mana dia merindukan kasih sayang seorang ayah.Namun, ayah kandungnya mencurahkan seluruh kasih sayangnya pada anak orang lain. Bahkan, di saat Elis sakit dan sekarat, ayahnya juga tidak datang menjenguknya.Mungkin orang dewasa pun tidak akan sanggup menerima kenyataan ini.Aku hanya bisa memeluk putriku, lalu memperlihatkan tatapan tegas sambil berkata, "Kamu adalah anak yang paling istimewa di dunia ini. Ayahmu bodoh. Dia sudah dipermainkan oleh dua perempuan itu.""Cintanya juga sampah! Percayalah, hanya Ibu yang paling mencintaimu di dunia ini. Apa pun yang terjadi, aku akan selalu ada di sisimu!"Elis memaksakan senyum di wajahnya. "Aku akan ikuti kata-kata Ibu! Aku paling sayang sama Ibu!"Aku tidak menyangka Riyan akan pergi ke rumah sakit untuk mencari tahu.Nam

  • Di Balik Topeng Cinta Pertama   Bab 9

    Keesokan harinya, Riyan duduk di ruangannya sepanjang pagi dan tidak melakukan pekerjaan apa pun.Dia bahkan sempat naik ke atap untuk menghirup udara segar.Kalau saja aku punya tubuh nyata, aku pasti akan mendorongnya jatuh dari gedung setinggi puluhan lantai itu.Bisa dianggap sebagai balas dendam."Pak Riyan, kenapa kamu ada di sini? Bentar lagi ada rapat. Apa perlu ditunda?"Riyan menggelengkan kepalanya dan menatap Adrian. "Pak Adrian, kamu tahu ke mana putriku pergi setelah dia keluar dari rumah sakit?"Wajah Adrian dipenuhi kebingungan. "Ini masalah keluarga Anda. Bagaimana saya bisa tahu? Saya hanya tahu operasi putri Anda berhasil pada tanggal 8 bulan lalu.""Semua orang di perusahaan sangat berterima kasih padamu. Kami juga berpikir untuk meminta Anda membawa putri Anda ke perusahaan untuk bertemu semua orang setelah dia sembuh nanti.""Kapan putriku dioperasi? Kok aku nggak tahu?"Riyan tertegun sejenak, seolah-olah merasakan ada sesuatu yang aneh. "Adrian, yang dioperasi t

  • Di Balik Topeng Cinta Pertama   Bab 8

    "Sudah ketemu belum? Jauh nggak? Mau kita jemput sekarang?" tanya Monika dengan khawatir.Ekspresi wajah Riyan bertambah muram. "Sofia diam-diam bawa anak pergi. Dia nggak angkat telepon. Pesan pun nggak dibalas!""Dia kira setelah cerai, aku nggak bisa mengendalikannya lagi. Sudah berani memberontak dia!"Wajah Monika dipenuhi kekhawatiran palsu. "Nggak tahu anak ada di mana? Mana bisa seperti itu?""Sofia sudah keterlaluan, 'kan! Penyakit jantung anak itu baru agak membaik. Dia sudah bawa anak itu berkeliaran ke mana-mana. Bagaimana kalau terjadi sesuatu pada anak itu?"Monika bahkan berpura-pura meneteskan air mata. "Sebenarnya, ini semua salahku. Kalau bukan karena aku nggak kompeten, Kristin juga nggak akan lahir dengan penyakit jantung. Kalau saja aku nggak menggunakan donor jantung milik Elis, Sofia juga nggak akan semarah ini.""Hanya saja, meski dia marah, dia juga nggak boleh mengabaikan kesehatan anaknya! Hais. Aku benar-benar khawatir..."Sekalipun aku sekarang sudah jadi h

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status