Share

Bab 3

Author: Fighter
Keesokan paginya, aku memakai riasan tipis.

Aku tidak ingin penampilanku terlihat menyedihkan sekalipun di saat-saat terakhirku.

Hanya saja, meski aku terus menunggu di Kantor Sipil, Riyan tidak kunjung datang.

Aku juga meneleponnya, tetapi dia tidak menjawab.

Aku langsung menelepon Monika. "Riyan ada di sana, 'kan? Suruh dia datang urus cerai!"

Suara jengkel Riyan terdengar. "Sofia, jangan nggak tahu diri! Kalau sempat aku tanda tangan surat cerai itu, kamu bakal nyesal!"

Suaraku terdengar tenang. "Apanya yang perlu disesalkan? Kalau kamu nggak berani datang, berarti kamu pengecut!"

Mana mungkin Riyan rela kehilangan harga diri seperti itu? Dia terpaksa datang juga.

Prosedur cerai berjalan lancar. Melihat akta cerai itu, hatiku merasa lega.

Aku nggak ingin nama Riyan ada di batu nisanku setelah aku meninggal. Sekalipun sudah meninggal, hal itu tetap terasa menjijikkan.

Wajahku refleks tersenyum. Sebaliknya, ekspresi Riyan sangat muram. "Sofia, kamu hebat sekarang! Di saat cerai, kamu masih bisa senyum! Kenapa? Kamu sudah temukan penggantiku?"

"Jangan coba-coba bawa putriku! Beberapa hari lagi, aku akan pergi jemput dia di rumah sakit. Kalau kamu berani macam-macam, aku juga nggak segan lagi!"

Monika menoleh ke belakang dan memberiku senyuman penuh kemenangan.

Dia tampak sangat bangga karena memungut 'sampah' yang tidak aku inginkan.

Riyan, kamu nggak akan bisa bertemu dengan putrimu lagi. Dia sudah meninggal. Dia meninggal di hari di mana Kristin sehat kembali.

Mungkin kamu seharusnya senang karena tidak perlu membayar tunjangan anak lagi.

Aku kembali ke tempat yang pernah kusebut sebagai rumah.

Sendirian mengemasi semua barang yang berhubungan denganku dan putriku.

Mengambil apa yang bisa kuambil. Yang tidak bisa diambil, maka dihancurkan saja.

Aku jelas merasa kondisi tubuhku jauh lebih lemah dalam dua hari ini. Hanya mengemasi barang-barang saja sudah membuatku hampir tidak bisa bernapas dengan normal.

Alasan aku memaksa untuk bercerai dan menghapus semua jejak sebenarnya sangatlah sederhana.

Aku tidak ingin melihat Riyan lagi. Aku juga tidak ingin ada barang milikku yang tertinggal di tempat Riyan lagi.

Bahkan, menghirup udara yang sama dengannya membuatku merasa mual.

Di hari itu juga, aku memesan tiket dan pergi ke rumah sahabatku dengan menenteng sedikit barang bawaan dan juga guci abu milik putriku.

Mulanya, aku ingin kembali ke kampung halaman. Namun, setelah aku menikah dengan Riyan, orang tuaku tidak punya siapa-siapa lagi yang merawat mereka di kampung halaman. Kesehatan mereka juga perlahan memburuk.

Aku menelepon mereka. Mereka juga hanya menceritakan kabar baik dan menghindari kabar buruk padaku.

Flu membuat kedua orangtuaku meninggal. Kalau aku kembali, aku takut akan teringat dengan masa lalu.

Sahabatku memarahi Riyan di depanku. Melihat kondisi tubuhku yang menyedihkan, sahabatku menangis.

Hari demi hari kulewati, tubuhku juga makin lemah. Wajah sahabatku pun tampak makin lelah.

Tiba-tiba aku merasa sedikit menyesal. Mungkin aku tidak seharusnya merepotkannya. Seharusnya aku mencari tempat yang sepi dan menunggu ajal datang dengan tenang tanpa mengganggu siapa pun.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Di Balik Topeng Cinta Pertama   Bab 13

    Riyan telah menakuti Monika hingga wanita itu terjatuh ke bawah.Riyan masih belum puas dan ingin memukulnya lagi. Monika melarikan diri dengan panik. Tak perlu waktu lama, ruang tamu telah menjadi berantakan.Kristin ketakutan sampai meringkuk di sudut. Dia tidak berani bergerak.Riyan perlahan mendekati Kristin layaknya si malaikat maut.Dia membelai lembut dada Kristin. "Jantung yang berdetak di sini seharusnya milik putriku.""Monika, kamu pasti bangga karena sudah mempermainkanku selama bertahun-tahun ini, 'kan?""Kalau aku nggak ke rumah sakit untuk memeriksa rekam medis, bagaimana aku tahu kalau Kristin bukan anakku! Kamu dan aku sama-sama punya golongan darah B, jadi mana mungkin bisa punya anak perempuan bergolongan darah A?""Demi kamu, aku membunuh putriku sendiri dengan tanganku sendiri! Apa kamu puas?"Melihat Riyan telah mengetahui kebenarannya, Monika tidak lagi takut. "Ini semua karena kebodohanmu sendiri! Kamu pikir kamu siapa? Raja? Yang harus dilayani setiap saat?""

  • Di Balik Topeng Cinta Pertama   Bab 12

    Riyan pergi dengan linglung. Semua bukti menunjukkan bahwa aku dan putriku sudah meninggal.Namun, dia masih tidak mau menyerah.Dia menggunakan banyak koneksi dan menghabiskan banyak uang untuk mencari tahu, tetapi jawaban yang dia dapatkan tetap sama."Mana mungkin? Bukannya baru setengah bulan nggak bertemu? Mana mungkin mereka sudah meninggal?"Riyan kembali ke rumah sakit dan bertanya, "Siapa yang mendiagnosis Sofia menderita leukemia?""Cepat keluar!"Riyan tidak peduli dengan harga dirinya lagi dan mulai membuat keributan di aula.Saat pimpinan rumah sakit mengetahuinya, mereka segera mengundangnya ke ruangan terpisah."Tuan Riyan, apa kamu nggak tahu masalah ini?""Tanggal 8 bulan lalu, gadis kecil yang selalu Anda dampingi itu operasinya berhasil. Bukankah Anda juga memberikan hadiah pada semua orang di rumah sakit kami?""Ada satu gadis kecil lain, Elis Tanardi. Mereka berdua sama-sama membutuhkan donor jantung waktu itu. Kamulah yang khusus berpesan pada kami agar memberikan

  • Di Balik Topeng Cinta Pertama   Bab 11

    Riyan tidak percaya dengan kabar kematian putrinya. Dia menggunakan koneksinya untuk mencari tahu keberadaanku dan putriku.Tak disangka, dia cukup beruntung dan menemukan kabar.Ada orang yang bilang dia melihatku naik pesawat. Dia kemudian mengikuti petunjuk ini dan menemukan sahabatku."Cepat bawa Sofia dan putriku keluar! Kamu kira trik seperti ini menyenangkan?""Kamu pikir aku nggak akan merebut hak asuh putri kalau dia mati? Konyol sekali!"Sahabatku menatap pria di depannya dengan tidak berdaya. "Kamu benar-benar bodoh! Ini sertifikat kremasi dari krematorium dan dua akta kematian mereka!""Kalau kamu mau menuduhku berbohong, aku juga nggak tahu mau bilang apa lagi! Baik itu Sofia ataupun Elis, mereka berdua sudah mati.""Kamu nggak pantas jadi suami ataupun ayah! Kenapa baru datang ke sini sekarang? Apa yang kamu lakukan sebelumnya?""Dulu aku nggak ngerti kenapa Sofia ngotot mau cerai denganmu, tapi sekarang aku sudah paham. Kalau namaku tertera di kartu keluarga yang sama de

  • Di Balik Topeng Cinta Pertama   Bab 10

    Genggaman tangan putriku makin erat."Apa Ayah suka Kristin? Tapi Kristin pernah menindasku. Aku nggak suka dia! Kenapa Ayah harus menemaninya? Kenapa Ayah nggak suka padaku?"Anak sekecil ini masih berada pada usia di mana dia merindukan kasih sayang seorang ayah.Namun, ayah kandungnya mencurahkan seluruh kasih sayangnya pada anak orang lain. Bahkan, di saat Elis sakit dan sekarat, ayahnya juga tidak datang menjenguknya.Mungkin orang dewasa pun tidak akan sanggup menerima kenyataan ini.Aku hanya bisa memeluk putriku, lalu memperlihatkan tatapan tegas sambil berkata, "Kamu adalah anak yang paling istimewa di dunia ini. Ayahmu bodoh. Dia sudah dipermainkan oleh dua perempuan itu.""Cintanya juga sampah! Percayalah, hanya Ibu yang paling mencintaimu di dunia ini. Apa pun yang terjadi, aku akan selalu ada di sisimu!"Elis memaksakan senyum di wajahnya. "Aku akan ikuti kata-kata Ibu! Aku paling sayang sama Ibu!"Aku tidak menyangka Riyan akan pergi ke rumah sakit untuk mencari tahu.Nam

  • Di Balik Topeng Cinta Pertama   Bab 9

    Keesokan harinya, Riyan duduk di ruangannya sepanjang pagi dan tidak melakukan pekerjaan apa pun.Dia bahkan sempat naik ke atap untuk menghirup udara segar.Kalau saja aku punya tubuh nyata, aku pasti akan mendorongnya jatuh dari gedung setinggi puluhan lantai itu.Bisa dianggap sebagai balas dendam."Pak Riyan, kenapa kamu ada di sini? Bentar lagi ada rapat. Apa perlu ditunda?"Riyan menggelengkan kepalanya dan menatap Adrian. "Pak Adrian, kamu tahu ke mana putriku pergi setelah dia keluar dari rumah sakit?"Wajah Adrian dipenuhi kebingungan. "Ini masalah keluarga Anda. Bagaimana saya bisa tahu? Saya hanya tahu operasi putri Anda berhasil pada tanggal 8 bulan lalu.""Semua orang di perusahaan sangat berterima kasih padamu. Kami juga berpikir untuk meminta Anda membawa putri Anda ke perusahaan untuk bertemu semua orang setelah dia sembuh nanti.""Kapan putriku dioperasi? Kok aku nggak tahu?"Riyan tertegun sejenak, seolah-olah merasakan ada sesuatu yang aneh. "Adrian, yang dioperasi t

  • Di Balik Topeng Cinta Pertama   Bab 8

    "Sudah ketemu belum? Jauh nggak? Mau kita jemput sekarang?" tanya Monika dengan khawatir.Ekspresi wajah Riyan bertambah muram. "Sofia diam-diam bawa anak pergi. Dia nggak angkat telepon. Pesan pun nggak dibalas!""Dia kira setelah cerai, aku nggak bisa mengendalikannya lagi. Sudah berani memberontak dia!"Wajah Monika dipenuhi kekhawatiran palsu. "Nggak tahu anak ada di mana? Mana bisa seperti itu?""Sofia sudah keterlaluan, 'kan! Penyakit jantung anak itu baru agak membaik. Dia sudah bawa anak itu berkeliaran ke mana-mana. Bagaimana kalau terjadi sesuatu pada anak itu?"Monika bahkan berpura-pura meneteskan air mata. "Sebenarnya, ini semua salahku. Kalau bukan karena aku nggak kompeten, Kristin juga nggak akan lahir dengan penyakit jantung. Kalau saja aku nggak menggunakan donor jantung milik Elis, Sofia juga nggak akan semarah ini.""Hanya saja, meski dia marah, dia juga nggak boleh mengabaikan kesehatan anaknya! Hais. Aku benar-benar khawatir..."Sekalipun aku sekarang sudah jadi h

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status