Share

Bab 3. Pelecehan.

Author: missingty
last update Last Updated: 2022-05-01 00:14:47

“Masuk!” perintah Axel yang membukakan pintu penumpang bugatti chiron itu. Dengan patuh Hana masuk sambil melekukkan badan di dalam mobil buatan Italia itu, sebelum Axel membanting pintu mobil itu begitu keras. Hingga si penumpang dan semua anak kos yang tadi menggiring kepergian Hana dan Axel juga ikut terlonjak kaget.

Axel memutari mobil, kemudian ia duduk di kursi pengemudi. Tak lama kakinya menekan pedal gas begitu kencang dan sudah menghilang di depan para anak kos dan induk semangnya.

“Eh sejak kapan Hana punya mobil keren begitu?” celetuk salah seorang anak kos. Para gadis sekarang saling menatap bingung.

“Memang Hana bisa nyetir?” tanya yang lainnya menambah tanda tanya di benak mereka masing-masing.

Ckit!

Axel menghentikan mobilnya tepat di sebuah parkiran toko busana. 

“Kamu gila Hana! Kamu ngancurin imej aku dengan mengatakan aku seorang maling celana dalam, di kosan wanita! Kamu ada dendam kesumat ya sama aku Hana!” bentak Axel yang tak mampu lagi membendung amarahnya.

“Keceplosan bos,” balas Hana lirih, masih lengkap dengan air mata dan ingusnya.

“Berhenti menangis! Ya ampun kamu mau buat aku lebih jijik lagi!”

“Maaf Pak…”

“Diam!”

Hana terisak-isak lagi.

“Diam! Berhenti menangis, Hana!” geram Axel dengan nada falseto. “Kamu mau buat muka saya viral, General Manager perusahan Harisson Food, tertangkap maling celana dalam dan menangis di pinggir jalan, kamu mau taruh muka saya di mana? di mana!”

Hanya dengungan tangis dari Hana yang menjawab kekesalan Axel. Akhirnya Axel hanya bisa menahan amarah sembari menyodorkan tisu di mobil yang langsung diambil Hana dengan brutal untuk menghapus sisa-sisa air mata di wajah tampannya  -wajah Axel-. Melihat pemandangan itu membuat pria yang sekarang memiliki buah dada itu menghembuskan napas, mencoba sabar. ‘Sial wajahku yang menangis ternyata semenjijikan itu.’

"Aku mandi tadi," ucap Axel akhirnya menjelaskan penyebabnya telat setelah beberapa saat.

Hana langsung menghentikan kegiatan mengusap air mata dan ingusnya mendengar perkatan Axel barusan. “Mandi Pak?” tanya Hana seolah tak percaya.

“Kan baru bangun tidur, ya kali pergi keluar gak mandi, Han,” jawab Axel sambil memainkan rambutnya yang sekarang panjang. ‘Lucu juga.’

“Mandi, Pak?” tanya Hana lagi kali ini lebih dingin.

Axel mengangguk polos, tapi ia merasa hawa kegelapan di hadapannya semakin pekat. “Kenapa?” Kali ini Axel bertanya bingung walau tahu ada yang salah dari ucapannya, karena sekarang seseorang di hadapannya terlihat sedang menahan amarah. Axel hapal betul itu adalah ekspresi mukanya saat siap meledak.

“BAPAK MANDI PAKAI TUBUH AKU! BAPAK ITU NAMANYA PELECEHAN!” teriak Hana kuat sembari menggebrak dashboard mobil keluaran Italia itu. Hana tampaknya lupa lawan bicaranya adalah bos besar di perusahaan tempatnya bekerja. Bahkan terkenal diktator, sekali perintah pemecatan dari Axel maka mata pencaharian Hana yang bernilai dua digit itu bisa hilang lenyap begitu saja.

“Ya tapi yang kamu lakukan tadi juga pencemaran nama baik,” balas Axel nyaris bercicit, membela diri. ‘Kenapa Hana serem banget kalau marah? Apa karena dalam tubuhku?’

“TAPI BAPAK NGAPAIN MANDI, BAPAK LIHAT TUBUHKU DONG!” Hana masih berteriak-teriak murka, yang membuat beberapa orang di parkiran toko busana itu melihat mereka.

“Ya ampun Hana, bisa kita bahas hal yang lebih penting sekarang? Ini kenapa kita bisa begini?” Axel mengalihkan pembicaraan. “Kamu juga kalau mau lihat punya aku, aku ikhlas.”

“Ya aku ogah!” jawab Hana berang. “Jadi Bapak lihat aset aku dong?” 

“Enggak,” jawab Axel singkat tapi pikirannya terbayang hal lain. Aset Hana.

“Bohong! Terus gimana mandinya?” cecar Hana masih geram. “Aku bisa nuntut Bapak juga!” lanjutnya sambil menggebrak dashboard mobil, menghasilkan bunyi bedebam keras, karena tangan Hana yang sekarang berotot.

Awalnya tukang parkir dengan tulisan Bejo di rompi jingga itu terkagum-kagum melihat mobil bugatti chiron, tapi teriakan di dalam mobil keluaran Italia yang seperti orang berkelahi menarik perhatiannya.

Tok! Tok!

Hana berhenti berteriak karena melihat tukang parkir yang menempelkan wajah di jendela mobil tepat di tempatnya duduk. Gadis dalam raga lelaki itu menurunkan kaca jendela.

“Ada apa ya, Pak?”

Bejo berdecak sebentar sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. “Ckck… mas-mas jangan kasar dong sama cewek, sini keluar kalau mau kelahi! Kasihan itu mbaknya!” ujar tukang parkir mulai pasang kuda-kuda.

Hana menatap hampa ke arah tukang parkir itu. ‘Tuhan cobaan apalagi ini.’

“Neng gak apa-apa?” tanya Bejo sambil berkedip ke arah Axel.

Axel langsung bergidik sembari menutup kaca jendela Hana melalui tombol kontrol yang ada di sebelahnya. Segera ia kembali menekan pedal gas dan membawa kabur mobilnya sejauh mungkin dari tempat itu.

“Hih!” gumam Axel masih sambil bergidik membayangkan senyuman dan kedipan manis milik si Bejo. “Kamu jangan marah-marah mangkanya! Kan dikira kamu KDRT-in aku nanti,” protes Axel walau dalam hati bersyukur bukan main karena akhirnya Hana bungkam dan berhenti marah-marah.

“Maaf,” gumam Axel akhirnya begitu pelan. Seumur hidupnya ia jarang minta maaf, tapi kali ini lelaki itu merasa dirinya sangat salah.

Hana mengangguk kemudian berkata, "aku juga minta maaf."

Kriukk!

Tiba-tiba suara perut Axel dan Hana berbunyi bersamaan memecah keheningan.

“Sepertinya kita sarapan dulu sekalian mikir apa yang terjadi kemarin,” putus Axel sembari memutarkan arah mobilnya ke sebuah restoran.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Di Dalam Tubuh Bos Tampan   65. Maumu apa?

    “Pagi!” Hana menyapa teman-temannya dengan ceria di depan cafetaria. Gadis berkulit putih itu seakan lupa apa yang terjadi dengannya kemarin. Tampaknya Axel yang menghibur Hana semalaman cukup mampu membuat gadis itu berhenti ketakutan.“Hana! Sini kumpul!” panggil Jennie yang langsung melambai-lambaikan tangannya di salah satu pojok favorit mereka di kantin kantor. Seperti biasa mereka melakukan ritual pagi hari, apalagi kalau bukan sarapan bareng.Hana langsung memesan teh kembang telang di kasir sebelum berjalan ke tempat teman-temannya berada.“Eh kamu kok jarang sarapan sih, Han? Beberapa hari terakhir ini aku lihat? Diet ya?” tanya Jennie perhatian, sesaat sebelum Hana merebahkan bokongnya di kursi.“Eh, ah iya.” Hana terlihat bingung menjawabnya. Jennie dan teman-temannya saja yang tidak tahu kalau setiap pagi ia selalu sarapan tepat jam enam bersama bos besar perusahaan ini. Axel memang setertib itu kalau urusan makan. ‘Tapi kenapa ia malah makan steak malam-malam denganku k

  • Di Dalam Tubuh Bos Tampan   64. Pedagang Bakso Boraks

    “Siapa yang mereka maksud dengan pedagang bakso boraks! Tuduhan macam apa itu!” teriak Axel kesal. Selama ini, pria itu bahkan selalu menghindari makan daging yang dicampur tepung yang dibentuk bulat itu. Hal itu semata-mata agar tubuhnya tetap atletis. Bagaimana mungkin sekarang seseorang membuatkannya skandal dengan pedagang bakso? Sudah begitu pedagang bakso borak pula!“Aku akan menuntut media ini karena telah menyebarkan hoax,” geram Axel. Tapi belum sempat ia membuka kunci ponsel pintarnya. Sebuah video diputar dalam acara gosip itu.Tampak Salia yang sedang berjalan di selasar apartemen yang sangat Axel hafal sekali karena itulah jalan yang selalu ia lewati setiap pulang dan pergi dari apartemennya.Sampai pada adegan Salia membeberkan bahwa dirinya sedang menuju kediaman tunangannya membuat Axel mengumpat pelan. "Sialan! Aku bahkan sama sekali tidak ada niat untuk melanjutkan hubungan ini."Video yang masih terputar di ponsel Hana pun berlanjut dengan adegan Salia mengetuk pin

  • Di Dalam Tubuh Bos Tampan   63. Ketahuan!

    Hana langsung membanting pintu apartemen Axel hingga menutup, segera gadis itu juga mengunci rapat akses keluar masuk kediamannya sekarang. Hal itu sontak membuat gadis berambut ungu yang berada di balik pintu itu semakin murka dan menggedor-gedor dengan ganas. Terdengar suara teriakan-teriakan Salia. Gadis yang berprofesi sebagai artis itu kemudian menghadap kamera dengan wajah yang basah karena air mata. “Aku diselingkuhi, guys. Ini salahku kah? Ah, tentu saja salahku. Apa kalian melihat wanita itu? Aku atau dia yang lebih cantik menurut kalian?” Salia membaca komentar-komentar yang berseliweran di layar media sosialnya. “Ah aku seperti malaikat menurut kalian, dan wanita barusan seperti pedagang bakso boraks. Kita tidak boleh seperti itu, para KUMIS. Jangan body shaming walau dia lebih jelek, pendek, bulat seperti tahu bulat digoreng dadakan kita tidak boleh menjudge seseorang.” “Ah malaikat sepertiku kenapa diselingkuhi kata kalian? Mungkin aku tidak lebih baik dari gadis itu,”

  • Di Dalam Tubuh Bos Tampan   62. Live Streaming

    “Hai guys! Para KUMIS ngapain nih di malam ini? Sudah makan belum? Di temenin siapa? Sendirian dong, kalau ada yang nemenin Salia sedih nih,” ucap gadis berparas cantik dengan tinggi semampai pada sebuah benda pipih yang dipegang oleh seorang wanita yang mengikutinya sejak tadi. “Mundur,” Salia memberikan kode pada asistennya itu dengan tatapan mata. Tapi Ratna -si asisten tak mengerti-. Gadis berambut ungu kembali tersenyum pada kamera. “Sebentar teman-teman ada yang meminta tanda tangan nih,” ucapnya padahal mereka ada di parkiran mobil yang sepi dan tak ada seorang pun kecuali mereka berdua. “Jangan terlalu dekat! Aku enggak mau hidungku terlihat besar! Dan pakai filter untuk panas terik, kalau filter yang ini membuatku terlihat pucat karena ini khusus filter saat cuaca turun hujan dan di tempat yang sedikit pencahayaan. Gimana sih? Masa setting filter saja enggak bisa! Terus kalau ada orang lain, alihkan kameranya biar enggak kena filter! Jadi enggak kelihatan aku pakai filter! D

  • Di Dalam Tubuh Bos Tampan   61. KUMIS

    "APA!" jerit Hana yang langsung otomatis berdiri. Ia bahkan menyenggol es timunnya hingga jatuh mengenai Zidan."Hana elu ah bar bar betul!" protes Zidan yang bajunya terkena tumpahan es timun."Sama siapa Kak Zidan?" tanya Elira yang dari raut mukanya juga tak kalah terkejutnya dengan Hana."Sama… emak gue!" jawab Zidan yang langsung mendapat hadiah berupa toyoran kepala dari Jennie sebagai reaksi atas jawaban Zidan itu."Kamu yang benar saja! Sudah buat kaget tahu!" cecar janda beranak tiga itu."Ish becanda, Mbak. Raja Neraka sudah nikah sama Salia itu sudah pasti, siapa lagi? Kita tinggal tunggu saja mereka go publik. Paling sebentar lagi.""Kenapa mereka belum umumin tapi ya?" tanya Elira sembari melirik penasaran ke arah Hana. "Apa ada hati yang harus dijaga?""Oh tentu! Sebagai seorang artis, Salia kan punya banyak penggemar. Mungkin menunggu momentum yang tepat biar para fans tidak kecewa terlalu berat," jawab Zidan terkesan bijaksana. Zidan sebagai salah satu admin fanbase t

  • Di Dalam Tubuh Bos Tampan   60. "APA!"

    “Dia tidak ada kaitan dengan hal ini,” geram Axel dengan tatapan tajam. Zidan saja yang berada di samping pria tampan itu bergidik ketakutan.“Luar biasa, kau yang ku kenal selalu hati-hati sekarang malah kecolongan seperti ini,” ucap Gerrard kemudian tertawa meremehkan. “Aku akan tetap mengusut hal ini Axel, kau terlalu cepat sepuluh tahun untuk menggurui ku hanya karena ibuku berpihak padamu.”“Bukankah kau sudah melihat sendiri laporan keuangan itu? Bersih!”Gerrard menaikkan sebelah alisnya. “Hanya ada satu syarat Axel agar aku tidak lagi membahas hal ini. Kau tahu kan bagaimana aku mengusut sesuatu hingga aku mendapatkan apa yang aku inginkan? Lubang semut pun akan ku gali.”“Bahkan lubang pantat pun akan kau masuki jika perlu,” ejek Axel. Zidan nyaris tertawa saat mendengar bosnya membalas perkataan Gerrard seperti itu.Axel kemudian menyerahkan laporan keuangan itu ke pangkuan Zidan. “Kembalikan pada tempatnya,” perintah Axel, hal itu sekaligus sebuah bentuk pengusiran halus pa

  • Di Dalam Tubuh Bos Tampan   59. Tamu lainnya.

    “Bapak tahu kan maksud kiasan itu,” bantah Hana kesal. “Kamu pikir saya suka sama siapapun bahkan kambing? Wah, saya tersinggung jika kamu berkata seperti itu Han!” “Ya, menurut Bapak, apa lebihnya saya yang membuat Bapak tertarik? Enggak ada kan?” tanya Hana dengan kesal menatap bosnya. “Jadi kamu kambing?” Zidan yang dari tadi ingin masuk ke ruangan Axel jadi menarik ulur niatnya karena mendengar Hana dan Axel di dalam teriak-teriak perkara kambing. ‘Ini mau akikahan apa bagaimana? Kenapa bahas kambing sampai segitunya?’ “Permisi Pak,” ucap Zidan akhirnya memberanikan diri untuk masuk. “Ada Pak-.” “Kambing! Siapa suruh kamu masuk?” hardik Axel yang malah melemparkan kemarahan pada Zidan. Ah, bukan. Ia juga kesal sedari tadi pada lelaki tambun yang merupakan sekretarisnya itu. “Ma-maaf, Pak,” ucap Zidan ketakutan sambil tertunduk-tunduk. “Ada tamu, Pak.” “Kenapa enggak bilang dari tadi!” ucap Axel dengan nada ketus. ‘Yeu, belum juga gue ngomong sudah dipanggil kambing, bias

  • Di Dalam Tubuh Bos Tampan   58. Kambing

    “Kita ngapain semalam?” Tampak lipatan di antara kedua alis Axel sebelum laki-laki itu tersenyum samar. “Menurut kamu ngapain?” "Saya nanya. Kenapa malah Bapak balik nanya?" Hati Hana sudah dongkol maksimal kali ini. Ia lupa lelaki lawan bicaranya merupakan bos besar, kreditur, juga suami sahnya. "Bukannya kamu sudah bisa simpulin sendiri kita ngapain semalam? Bahkan kamu kan sudah cerita dengan leluasa masalah ranjang sama rekan kerja." "Maksudnya?" Hana kebingungan. "Tadi saya dengar kamu bahas masalah ini sama Zidan, bahkan dia juga ngasih testimoni buat kamu kan? Kamu bisa naikin nafsu dia," jelas Axel. “Enggak nyangka saja sih pembahasan karyawan perusahaan ini semenjijikan itu, bahkan bisa membahas masalah ranjang dengan santai. Yah walau kamu hanya wanita yang menikah di atas kertas tapi kenapa itu menjijikan sekali, ya. Apa kamu biasa membahas hal itu dengan lelaki?” Suasana langsung hening dan canggung sesaat setelah Axel berkata seperti itu. Mereka berdua masih menatap d

  • Di Dalam Tubuh Bos Tampan   57. Ngapain?

    Zidan langsung berlari panik ke tempat Axel berada. Kemudian pemandangan pria tambun itu tampak sangat menyedihkan dimarahi sebegitu rupa oleh General Manager Harrison Food. Sembari tertunduk-tunduk Zidan dengan langkah gontai mengikuti Axel, sedangkan lelaki itu menatap Hana dengan tatapan tajam sebelum berpaling naik ke ruangannya yang berada di lantai atas. “Raja Neraka kenapa dah? Makin hari makin serem saja,” celetuk Jennie sambil bergidik. “Dia enggak marah sama kita juga kan? Tatapannya membunuh banget tadi.” Hana menggeleng menjawab pertanyaan Jennie. ‘Kenapa ia harus marah sama kita? Tepatnya aku? Aku enggak salah kan? Apa semalam aku yang malah memaksanya meniduriku? Lagipula ini kan karena minuman dari Nenek? Masa aku yang salah? Itu kan Neneknya!' Hana menggeram kesal karena pikirannya sibuk dengan berbagai macam pertanyaan. Akhirnya ia memutuskan akan berbicara dengan Axel sesegera mungkin, karena hanya lelaki itu yang bisa menjawab segala pertanyaan di kepalanya. “Mau

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status