Share

Bab 2. Pencuri.

Hana merenggut surai pendek tetapi tebal milik Axel, kebiasaannya saat panik. Tuhan! Bagaimana ini!’

“Ada apa? Ada apa?” terdengar beberapa anak kos bertanya -tanya keributan pagi ini. Kosan Hana terdiri tiga lantai, dengan jumlah dua puluh satu anak kos. 

“Ada yang mesum katanya, bawa cowok ke dalam kamar,” jawab seseorang di dekat jendela kamar Hana sambil mencoba mengintip pada kamar kos yang terletak di lantai dua itu. Untunglah Hana selalu mengunci pintu dan jendela kamarnya, selain itu ia juga sudah menutup gordennya rapat-rapat.

“Mbak Hana mesum, gak nyangka.”

“Hana kan anaknya polos masa sih?”

“Iya itu buktinya gak mau buka pintu,”

Rasanya gadis dalam tubuh seorang lelaki itu ingin berteriak “Fitnah!” Tapi  apa daya suara Axel yang mirip penyanyi jazz pria itu malah akan semakin membuktikan bahwa perkataan teman satu kosannya itu benar. 

Gadis itu meringkuk bingung, berharap bos nya segera datang, bahkan napas Hana mulai sesak. Kaos spongebob kuning lunturnya yang ukuran oversize untuknya malah menjadi crop tee di tubuh pria tinggi besar itu, begitupun celana pendek longgar terasa sesak di bagian pinggang Hana dalam tubuh Axel itu.

Suara-suara sumbang semakin marak terdengar di depan pintu kamar Hana. Gadis itu merasakan kepalanya berdenyut pusing kekurangan oksigen, seperti keadaannya yang seperti telur di ujung tanduk ini membuatnya semakin mual.

“Sesak…,” gumam Hana sambil mengambil gunting dan memotong sedikit karet celana dalamnya, agar ia bisa bernapas lega. Tapi ia tak berani membuka celananya, takut melihat hal yang tak sedap dipandang matanya itu muncul kembali. Hana bahkan masih bergidik mengingat sesuatu yang menggantung di tengah tubuhnya kini.

“Mana kunci, mana kunci,” terdengar gemerincing bunyi anak kunci di depan pintu kamar Hana.

“Sudahlah, mati sajalah aku…,” ratap gadis itu sambil meletakan kepalanya di atas meja rias. ‘Pasrah sajalah, toh sepertinya mati dengan tubuh pak Axel tidak buruk juga, tapi sepertinya langsung masuk neraka mungkin ya. Bapak ini kan banyak nyusahin orang semasa hidupnya.’ Kembali Hana mencoba berpikir jernih dan bangkit dari keadaannya yang terhimpit ini. ‘Aku tak mau masuk neraka!’  

Ceklek! Pintu kamar berwarna biru muda terbanting membuka, menampilkan wajah-wajah beringas di baliknya. Mulai dari Ibu kos yang bertubuh subur, Lina, tetangga kos sebagai saksi utama dan beberapa teman kosan Hana yang membawa panci, penggorengan hingga sutil siap mengarak siapa pun yang berbuat mesum.

Hana dalam tubuh Axel melihat semua wajah yang ia kenal itu dengan mata abu terang berkaca-kaca.

“Itu cowoknya? Kenapa mirip aktor bollywood?”

“Bukan lebih mirip artis timur tengah itu, siapa sih namanya?”

“Reza Arab?” jawab Lina yang langsung dibalas toyoran bertubi-tubi dari arah belakang.

Sedangkan ibu kos masih diam terpesona melihat brondong tampan jelmaan aktor Marvel berada di depannya. ‘Eh! Tidak boleh terpesona! Harus menegakan aturan ketat di kos-kosan putri putih-putih melati ali baba ini!’ batin ibu kos sambil menggeleng keras. Mengenyahkan pikiran ‘minta foto bareng’ dengan si penyelinap ini.

“Kamu siapa?” tanya Ibu Kos dengan nada tinggi delapan oktaf. Suara yang khas saat menagih beberapa anak-anak kosannya yang tak bisa membayar upeti tiap bulan.

“Ha-.” Hana tercekat. ‘Tak mungkin ada yang percaya kalau aku ini Hana, aku harus memikirkan jawaban lain-’

Belum sempat Hana berpikir, kembali teriakan Ibu Kos seakan memecah ruang kamar gadis dalam tubuh lelaki tinggi besar itu. “KAMU SIAPA?!!” tanya ibu kos murka.

Refleks Hana menjawab, “maling jemuran Bu!” Sambil menyodorkan celana dalam merah berenda miliknya sendiri -milik Hana-.

“APAAA!!!” jerit semua anak gadis di kosan itu berikut induk semangnya.

Tak ayal gerombolan massa yang sudah beringas itu merangsek masuk ke kamar Hana dan menggebuki gadis -eh pria malang itu.

Axel baru saja memarkirkan mobil bugatti chironnya di depan kos-kosan milik Hana. “Kembali lagi kesini,” gumamnya seraya memencet kunci mobilnya dan melangkah ke ruang tamu kos-kosan itu. Lelaki tampan yang sekarang berada di tubuh gadis berambut panjang tergerai itu melangkah masuk dengan sedikit canggung. Kemarin ia hanya mengantar Hana di ujung gang, dan karena peristiwa aneh yang menimpa mereka, pria itu terpaksa datang ke kos kosan putri.

‘Selamat datang di kos-kosan Putri Putih Putih Melati Ali Baba! yang punya batang berhenti sampai di pintu ini’  tulisan di depan teras membuat Axel menghentikan langkahnya.

“Tapi sekarang kan lagi enggak punya?” tanyanya lebih kepada diri sendiri. Ia menoleh kiri kanan tak ada seorangpun di halaman depan kos-kosan itu, hanya saja suara ramai terdengar dari dalam rumah yang terpisah oleh pintu besar itu.

“Kenapa sih ramai-ramai?” tanya Axel lagi sambil merogoh handphonenya hendak menelpon Hana.

Belum sempat jari putih lentik milik Hana menekan tombol hijau di gawainya, seseorang tiba-tiba menggamit tangan Axel yang sekarang ada di tubuh seorang gadis mungil itu

“Mbak Hana!” panggil perempuan itu, membuat Axel mengerutkan keningnya. Terlebih ia diseret masuk ke rumah kos-kosan oleh gadis yang tak ia ketahui namanya itu, melewati pintu yang terdapat tulisan peringatan tadi.

Setelah melewati pintu terlihat bangunan berlantai tiga dengan tujuh kamar tiap lantai. Lipatan di dahi Axel semakin tegas melihat kerumunan para gadis merubung di depan sebuah kamar. Lelaki dalam tubuh wanita itu masih saja ditarik oleh gadis yang sedari tadi menggandengnya itu. 

‘Kenapa ada kerumunan di sana? Kenapa ia menarikku? Apa Hana ketahuan? Gawat!’ batin Axel sambil menelan salivanya.

“Ada yang maling daleman di kamar Mbak Hana,” jelas gadis itu begitu mereka baru saja sampai di lantai dua.

“HAH!” pekik Axel sontak terkejut. Ia kemudian melepaskan tangan gadis yang sedari tadi mencengkram tangannya itu.

“Berhenti!” teriak Axel nyaring ketika mendekati  gerombolan para gadis itu. Sontak semua menoleh kebelakang dan melihat sosok Axel.

Axel cuma bisa nyengir salah tingkah ditatap para gadis dan berjalan ke tengah-tengah mereka.

“Hana! Ada maling celana dalam di kamarmu!” ujar Ibu Kos seraya menarik tangan anak kosan itu dan menunjukkan seorang lelaki di kamarnya.

‘Sial.’ batin Axel melihat sosok dirinya yang meringkuk bersembunyi di bawah kolong tempat tidur. Hanya tubuh bagian atasnya saja yang tertutup ranjang kayu itu, sisanya tak bisa masuk karena badan pria itu cukup besar. Bahkan belahan ketapel dari bokong mempesona milik Axel terpampang jelas di mata anak-anak kosan putri itu.

Axel terlihat menarik napas panjang, berusaha agar tidak menumpahkan kemarahannya. Ia bahkan sudah berada di level tertinggi kemarahan, Axel murka.

Melihat wajah yang dikenalnya merah padam, Hana langsung keluar dari persembunyian. “Bos… tolong…,” isaknya dengan air mata membanjiri pipi dan ingus yang tak kunjung turun ke bibir karena disusut terus olehnya.

Axel tak pernah menyangka bisa melihat penampilannya yang begitu menyedihkan ini di tanggal lima belas bulan februari. “Apa yang kau lakukan dengan tubuhku?” geram Axel dengan nada bertanya mengerikan. Tapi bagi orang-orang malah terdengar seperti pengisi suara anime heroine yang imut-imut.

“Dia maling daleman mu, Hana. Mau ibu bawa ke kantor polisi sekarang juga! Minggir!” perintah ibu kos. Mendengar perkataan wanita gendut di sebelahnya, dan wajah dirinya yang begitu tersiksa terpampang di depan Axel sendiri. Ia langsung menghalangi jarak antara ibu kos dengan sosok dirinya menggunakan tubuh Hana.

“Biar aku yang membawanya ke kantor polisi!” tegas Axel sambil mencengkram tangan Hana dan segera menyeretnya keluar kamar kos.

Melihat Hana dengan tatapan mematikan menggelandang sosok pria tinggi besar di belakangnya, membuat teman-teman kosannya langsung menyingkir kembali memberi jalan. Ibu kos juga hanya dia termangu kebingungan sambil bertanya-tanya dalam hati, ‘sejak kapan anak itu begitu berani?’

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
Axel udah gak punya harga diri wkwkkw
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status