Share

6

***

Semua teman-teman nya sudah berkumpul di sebuah cafe, Nayra baru saja sampai, membuka pintu cafe membuat lonceng disana bersuara. Semua mata para sahabatnya berbinar bahagia saat kedatangannya, tapi Nayra tetap bersikap biasa saja.

Nia melambaikan tangannya kearah Nayra, gadis itu tersenyum simpul sambil berjalan ke arah mereka.

"Kok lama?" tanya Raya.

"Macet, udah kayak Jakarta aja.." gerutu Nayra yang kemudian mengambil tempat duduk disamping Vivia. Sahabatnya itu sedang fokus memainkan permainan yang ada di ponselnya dan tak menyadari kehadiran nya.

"Main apa Vi?" tanya Nayra sembari mengintip.

"Permainan" jawab Via singkat tanpa menoleh sedikit pun.

Nayra mendelikkan matanya malas "gue tahu, maksud gue permainan apa?.. mobile legend kah? atau apa?" tanya Nayra.

" main si pou!" jawab Via asal.

Semuanya menghembuskan nafas kesal,  mereka fikir Via sedang memainkan permainan yang menantang hingga fokusnya tak dapat teralihkan sedikit pun, nyatanya dia malah memainkan permainan ecek-ecek untuk anak kecil.

"Hihihi.. gue fikir main permainan yang menantang, eh.. ternyata permainan anak kecil..huuh " kekeh Nia membuat kedua teman yang lain ikut tertawa.

Yang merasa ditertawakan langsung mendongakkan kepala, menatap mereka satu persatu dengan wajah kesal, ia menghentikan permainan nya karena sudah kalah, konsentrasinya buyar Karena teman-temannya berisik .

Sampai tatapan bingung ia berikan untuk Nayra "laaah... kapan lo datang?" tanya Via polos.

Mereka menepuk dahi, tak menyangka bahwa Via tidak menyadari bahwa yang tadi bertanya adalah Nayra.

"Yang tadi nanya itu gue Vi, se seru apa sih sampai fokus banget sama permainan?"

Via menyengir "maaf, tadi lagi seru-seru nya si pou naik mobil, takut nabrak, jadi enggak nyadar kalau yang nanya itu lo... heheheh... sorry deh!" balas Via dengan tangan yang menggaruk tengkuknya tak jelas, dia mana tahu Nayra sudah datang.

"Ini masih belum ada yang mesen?" tanya Via ketika melihat meja yang masih tetap kosong.

Semuanya menggelengkan kepala secara bersamaan.

"Kenapa?"

"Nunggu lo selesai main dulu, kita makan bareng!" jawab Nayra.

Via malah mengernyitkan dahinya bingung "kenapa enggak bilang dari tadi, kan gue bisa nyimpen hp gue dulu, payah kalian!" omel Via dengan santai nya.

 Ketiga nya menatap Via kesal "diiih, ni anak enggak nyadar banget, udah di tunggu in malah ngomel! " sewot Raya.

Disisi lain, terlihat Nayra tersenyum yang melihat kebahagiaan sahabatnya. Meski dengan cara sederhana, itulah yang selama ini ia pertahankan dalam persahabatan nya. Jika tanpa mereka, entah akan menjadi apa kehidupan Nayra, mungkin akan terasa sangat sepi dan hampa.

" dari pada ribut, langsung pesen aja!" kata Nayra menghentikan percekcokan antara sahabatnya.

Dan semuanya kembali pada suasana normal.

Mereka membicarakan banyak hal, hingga lupa akan adanya waktu yang sudah menjelang maghrib.

Raya menatap lingkaran jam yang bertengger manis di tangan kirinya "udah mau maghrib aja, pulang yu?. Nanti dimarahin emak sama bapak kita lagi!"

Nia,via dan Nayra mengangguk.

Mereka pergi bersama setelah membayar makanan dan minuman yang tadi di pesan.

Nia dan Raya membawa motor milik mereka, Nayra dan Via yang tadi datang nya menggunakan taxi akhirnya harus pulang dengan berboncengan.

Mereka menjalankan motor dengan sangat hati-hati, waktu yang sudah mulai malam, mengharuskan mereka berhenti di suatu mesjid terdekat untuk melaksanakan shalat maghrib.

Inilah yang membuat hati Nayra begitu tenang memiliki sahabat yang masih ingat akan tuhan. Meskipun mereka disekolah seolah tak perduli, tapi pada kenyataannya mereka takut untuk meninggalkan kewajibannya sebagai seorang muslim.

"Kita shalat dulu aja ya, kalau lanjut takut enggak keburu!"ajak Nia pada ketiga temannya,dan anggukan kepala sebagai jawaban mereka menyetujuinya.

Turun dari motor dan melangkah menuju mesjid " ayo Nay, kita shalat dulu?" ajak Via saat melihat Nayra hanya diam sambil duduk di jok motor milik Raya dengan santai nya.

"Lo tahu gue kan?" ucap Nayra malas, tangan nya sudah sibuk dengan ponsel kesayangan nya.

Via menatap Nayra "enggak seharusnya lo kayak gitu Nay, lo masih hidup aja udah untung, mana tanda syukur lo?.. Shalat itu kewajiban Nay..." ujar Via sebelum benar-benar meninggalkan gadis itu sendirian.

Setelah merasa para sahabatnya sudah masuk kedalam, kini waktunya Nayra yang masuk, tanpa sepengetahuan para sahabatnya pasti. Nayra pergi berwudlu dan melaksanakan shalat sebagaimana mestinya, memilih tempat yang lebih berjarak bersama sahabatnya.

Itulah hal yang tak pernah diketahui banyak orang, menyembunyikan sikap dan sifat aslinya, dan nampak lah Nayra yang memang lupa akan tuhan, tapi nyatanya itu tidak terjadi.

Nayra menyembunyikan segalanya, bahkan ibadah pun harus tanpa sepengetahuan orang yang ia kenal. Orangtua dan keluarganya pun berfikir bahwa ia sudah meninggalkan semua itu, jauh dari keta'atan pada Tuhan.

Dan lagi-lagi Nayra mendo'akan mereka dalam setiap ibadah nya, dalam diamnya, berharap orang-orang terdekatnya mampu mengerti akan perubahan nya selama ini, setitik harapan selalu ia simpan, menyemogakan do'a nya dikabulkan Tuhan.

Kenapa ia seolah berpetak umpat?

Yang Nayra mau adalah semua kata-kata yang telah diucapkan oleh banyak orang terhadap dirinya akan ia jadikan motivasi bagi dirinya. Bahwa hidup tak semudah yang di bayangkan, bahwa takdir selalu berputar tak tentu arah, kapan saja bisa terjadi. Sebanyak apapun merencanakan nya, kalau memang nasib nya dengan cara itu, tidak bisa lagi berbuat seenaknya.

Ia tak ingin jika dirinya harus dibeda-bedakan dengan Naura, meski nyatanya memang berbeda. Ia ingin menjadi dirinya sendiri,bukan orang lain. Dan dengan inilah caranya, walau semua ini adalah jalan yang salah, tapi setidaknya ini proses nya untuk merubah cara pandang orang lain  terhadap dirinya

Beberapa menit berlalu..

Raya ,via, dan Nia sudah berada di parkiran dekat mesjid, mereka kebingungan mencari kemana Nayra pergi, karena setelah mereka selesai melaksanakan shalat, Nayra tidak ada ditempat sebelumnya.

Mereka khawatir.

Tapi kepanikan itu hilang saat Nayra kembali menampakkan batang hidungnya. Gadis itu berjalan santai kearah mereka, Semua sahabatnya berkacak pinggang dengan wajah marah.

Dan dengan santai nya Nayra berkata "Apa?" seraya menaikkan alisnya.

"Lo bilang apa? lo kemana aja? kita nyariin lo, kita khawatir Nayra!" omel Via kepada Nayra.

Dialah via, orang yang selalu mengkhawatirkan keadaannya disaat orang lain tak perduli dengan kehadiran dirinya. Via satu satunya teman yang selalu ada disampingnya, menguatkan nya walau tidak tahu apa penyebab dirinya berubah. Via sosok penguat yang dia miliki, padahal awalnya Via bukan siapa-siapa baginya, tapi sekarang ia berharap pada tuhan untuk menetapkan Via tetap ada disampingnya sampai nanti.

Nayra tersenyum "gue dari toilet, kebelet, lagian masa iya gue harus terus diem disini, kalian kan lama, mending bersih-bersih dulu!"alasan Nayra.

Kau berbohong Nay.

Selalu seperti itu.

Ketiga temannya bernafas lega.

"Syukur deh,tapi lo gak papa kan?" tanya Raya memastikan.

Nayra mengangguk dan merentangkan tangannya, memberi ijin agar para sahabatnya melihat keadaan tubuhnya yang baik-baik saja tanpa ada cacat sedikit pun.

"Ya udah, keburu malem, kita lanjut pulang aja yuk?" ajak Nia.

****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status