Home / Romansa / Di Ranjang Majikanku / 132. Pasangan Ideal

Share

132. Pasangan Ideal

Author: Keke Chris
last update Last Updated: 2025-12-23 21:52:42

Binar dengan cepat beradaptasi dengan pekerjaan barunya sebagai kasir.

Cukup satu hari dia didampingi, hari-hari setelahnya pekerjaannya cukup lancar dan tak menemui kesulitan berarti.

Binar sudah pindah ke mes karyawan dan mengosongkan rumah yang dibelikan oleh Bhaga. Tapi meski begitu, jejak Bhaga di tubuh dan pikirannya tak pernah bisa hilang.

Siang ini, dia membantu merapikan meja karena restoran sedang sepi. Binar sedang mengobrol santai dengan rekannya, sampai suara televisi, mengaburkan fokusnya.

“… dan dari dunia bisnis, konfirmasi telah datang dari pihak pengacara Kusumo Group. Proses perceraian Bhaga Kusumo dengan Celia Wicaksana, telah memasuki tahap final dan diperkirakan akan selesai dalam waktu dekat.”

Binar terdiam, langsung menoleh ke arah televisi di sudut ruangan mendengar berita itu dari pembawa acara.

“Sumber terpercaya kami menyatakan bahwa begitu perceraian resmi, Bhaga Kusumo akan segera mengumumkan pertunangannya dengan Selene Atmajaya, putri dari…”

Gelas di ta
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Nur Hadi
seru,, kurang panjang kak
goodnovel comment avatar
Elisda Turnip
semoga Binar hamil dan Selene teryata mandul biar tau rasa sinenek tua..trus suatu saat mrk tau kl cucunya darah daging kevin..
goodnovel comment avatar
Kuseri
bhaga nyebelin
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Di Ranjang Majikanku   143. Ego Terlalu Besar

    Nurma menatap wajah cucunya yang sedang tidur dengan damai, pertahanan terakhir egonya muncul. Baik, pikirnya, sambil mengelus lembut rambut Ardan. Mungkin untuk Ardan, dia baik. Mungkin Bhaga memang mencintainya. Tapi wanita selalu punya topeng. Dia meletakkan Ardan dengan lembut di atas bantal, kemudian menatapnya lama. Tapi itu tidak cukup. Dia mendengus. Nurma berdiri, mendekati jendela, memandang ke arah paviliun di mana Binar mungkin sedang berada. Hatinya mungkin sudah sedikit luluh, mungkin sudah mulai memahami. Tapi untuk mengakui itu? Untuk menunjukkan kelemahan itu di depan Binar? Untuk menyerah dan menyambutnya dengan tangan terbuka? Tidak. Belum. Dia masih seorang Nurma. Perempuan yang membangun segalanya dari nol, yang menjaga martabat keluarga dengan ketat. Binar harus membuktikan lebih dari sekadar kata-kata manis dan pelukan pada seorang anak. Binar harus layak. Dan menurut ukuran Nurma, dia masih sangat, sangat jauh dari pantas. Dia akan diam. Tidak akan lag

  • Di Ranjang Majikanku   142. Kalau Kak Bin Sedih

    Binar tahu dirinya sedang diancam. Ancaman itu begitu nyata dan dia tahu, Djati lebih dari mampu untuk mewujudkannya. Namun, setelah beberapa menit dalam ketegangan, sebuah senyuman lembut justru merekah di bibir Binar. Senyuman penuh kelegaan. Djati sedikit terkejut melihat reaksi itu. “Terima kasih, Pak Djati,” ucap Binar dengan tenang. “Untuk apa?” tanya Djat, heran. “Terima kasih,” ulang Binar, kali ini dengan mata yang berbinar. “Karena tidak menyuruh saya pergi.” ** Nurma membanting pintu kamarnya, mengunci diri di dalam ruangan yang tiba-tiba terasa pengap. Tak dibela oleh suaminya, dipermalukan di depan perempuan yang selama ini dianggap hina. Harga dirinya serasa direndahkan. Dia duduk di salah satu sofa dengan tangan gemetar menahan marah. Napasnya terengah karena ego yang tertampar. Ketukan di pintu membuyarkan gerutuan dalam hatinya. “Mami. Boleh aku masuk?” “Pergi!” hardik Nurma. “Mami tidak ingin bertemu siapa pun. Terutama kau yang sudah dibutakan oleh per

  • Di Ranjang Majikanku   141. Menusuk Tajam

    Djati yang sedang beristirahat akhirnya terusik oleh suara keributan yang terdengar dari luar kamarnya. Perlahan dia bergerak bangun dan melangkah tertatih berpegangan pada apa pun yang bisa diraihnya. Tadinya dia tak mau ikut campur, tapi suara Bhaga yang meninggi dan pekikan Nurma membuatnya tak tenang. Pasti ada Binar di luar, pikirnya. Dia berdiri di balik pintu, menyaksikan pemandangan yang membuatnya menghela napas lelah. Binar berdiri kaku dengan kepala tertunduk, sementara istrinya menuding wajah Binar dengan kemarahan yang meletup-letup. Sedangkan di taman samping rumah, Bhaga sedang menggendong Ardan yang masih menangis tersedu-sedu. Perlahan, dengan langkah tertatih, Djati mendekati mereka dan langsung duduk di dekat Nurma. “Mami... Binar....” Meski terdengar lemah, terdengar ketegasan di sana. Nurma terkejut, lalu wajahnya berubah semakin masam. “Lihat! Suamiku jadi terbangun karena kau!” hardiknya pada Binar. “Pergi! Pergi sekarang juga!” Binar baru mengangkat ke

  • Di Ranjang Majikanku   140. Mencintai Dengan Tulus

    Djati sudah diperbolehkan pulang hari ini. Nurma yang menemaninya pulang dan karena harus istirahat total, makanya kamar Djati dipindahkan untuk sementara di lantai satu. Wajahnya masih terlihat pucat meski sudah lebih segar, tapi semua orang menjauhinya dari segala macam pekerjaan. Sedangkan Bhaga, sengaja menjemput Binar. Dia ingin merekatkan hubungan Binar dengan kedua orang tuanya. Awalnya Binar terus menolak, tapi rayuan Bhaga berhasil meyakinkannya. Di sinilah mereka, di depan pintu rumah utama. “Tenanglah,” ujar Bhaga saat menggenggam tangan Binar dan menyadari tangan itu begitu dingin dan berkeringat. “Papi sudah tahu semuanya, dan Ardan pasti akan senang sekali.” Binar hanya mengangguk dengan wajah pias. Namun, sebelum mereka sampai ke ruang keluarga, Nurma muncul dari balik pintu. Wajah yang tadinya terlihat kelelahan, kini mengeras dan terlihat masam saat memandang Binar. “Kau yang bawa dia kemari?” tanya Nurma. “Ya, Mami. Binar mau menjenguk Papi dan bertemu Arda

  • Di Ranjang Majikanku   139. Serangan Kejutan

    Suara bunyi monitor jantung terdengar stabil. Djati terbaring lemah, wajahnya masih pucat, tapi matanya terus melihat Bhaga dengan penuh penyesalan. “Batalkan, Bhaga.” Suara Djati terdengar lirih, tapi tegas. “Batalkan kontrak itu dan pernikahan kalian. Aku tak mau perusahaanku hancur dan keluargaku menderita.” Bhaga menggenggam tangan Djati. “Papi yang tenang. Aku akan mengurusnya.” “Tapi denda—“ “Biarkan jadi urusanku,” sahut Bhaga. “Papi cukup istirahat dan sembuh.” ** Pertemuan di kantor kuasa hukum keluarga Kusumo dengan tim dari keluarga Atmajaya berlangsung alot. Ayah Selene menuntut rugi dengan nilai yang fantastis. “Keluarga Kusumo mempermalukan anak saya dan menghentikan kontrak sepihak. Semua kerugian ada di keluarga saya. Nama baik saya dan anak saya!” Bhaga yang duduk di seberangnya tak gentar. Dengan tenang dia menggeser tablet ke tengah meja.“Sebelum kita bicara tentang ganti rugi, ada baiknya Bapak melihat ini terlebih dahulu.” DI layar tablet, semua bukti vi

  • Di Ranjang Majikanku   138. Bertahanlah, Papi!

    "Bhaga, stop!!" Binar menjerit, histeris.Tak memedulikan Tristan maupun Binar yang panik, Bhaga berbalik badan dan segera menarik Binar bersamanya keluar hotel itu. “Kita pulang, Binar. Kau sudah tak aman di sini dan aku tak bisa membiarkanmu jauh dariku.” Binar masih menoleh ke belakang dengan gelisah, melihat kerumunan orang yang membantu Tristan di belakang sana.“Pulang? K-Kemana? Tempat tinggalku di sini, Bhaga!”Bhaga melirik tajam. “Ke rumah. Tempat tinggalmu yang sebenarnya. Di sini tidak aman, Binar.”Dengan tenaga yang tak kuasa Binar lawan, Bhaga melempar Binar ke dalam mobil. Begitu Bhaga juga masuk, dia langsung mengunci pintu dari dalam.Binar menatap Bhaga was-was, merasa yakin kalau keputusan Bhaga sudah final.“Tapi … aku tidak bisa pergi begitu saja, Bhaga. Aku ada pekerjaan, dan juga aku betah di sini. Semua orang baik padaku.” Binar perlahan mengelus lengan Bhaga. “Semua orang? Atau Tristan?” Suara tajam Bhaga membuat Binar menelan ludah.“A-aku janji tidak aka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status