Share

Chapter 13

“Kau yakin, Nan?” Yudha tersenyum setelah mendengar cerita Adnan tentang perubahan perasaan Adnan terhadap mahasiswi koasnya itu. Lucu juga ya kalau laki-laki berumur macam Adnan jatuh cinta? Rasanya Yudha jadi ingin tertawa terbahak-bahak.

“Yakin lah, Yud! Kasian juga kalau dipikir Redita harus dapat suami seumuran bapaknya kayak aku gini, eh tapi tuaan aku ketimbang bapaknya Redita, Yud!” Adnan menghela nafas panjang, sebuah alasan yang tidak egois bukan?

“Uhuk ... uhuk ... uhuk ...."

Yudha yang tengah meneguk teh hangatnya itu sontak tersedak dan terbatuk-batuk mendengar apa yang tadi Adnan katakan itu. Apa? Lebih tua Adnan ketimbang bapaknya Redita? Ia tidak salah dengar kan? Memangnya berapa umur bapaknya Redita? Kenapa dengan Adnan masih tua Adnan?

“Apa katamu, Nan? Lebih tua kamu ketimbang bapaknya Redita?” Yudha kembali bertanya, ia berharap bahwa ia salah dengar. Ditatapnya Adnan dengan tatapan tidak percaya. Rasanya sungguh lucu dan sulit dipercaya.

“Faktanya begitu, tahun ini aku sudah lima puluh lima tahun, Yud. Bapaknya Redita baru lima puluh satu tahun. Apa namanya kalau tidak lebih tua aku?”

Yudha melongo, ia masih menatap Adnan dengan tatapan tidak percaya.Yang benar saja! Ini nanti ceritanya tidak Cuma Edo yang lebih tua dari mama tirinya, tetapi Adnan juga bakal lebih tua dari bapak mertuanya. Astaga kenapa bisa seperti ini sih?

“Kamu nggak sekalian mau nikahin anak umur empat belas tahun gitu, Nan? Biar aku makin ikut pusing mikirnya,” guman Yudha sambil menghela nafas panjang.

“Ngeledek kamu, gelud yuk, Yud! Tua-tua gini aku masih sanggup kok kalau mau kamu ajakin gelud,” balas Adnan sewot.

“Lagian kok bisa sih ...,” Yudha mengacak rambutnya dengan gemas, “Lupa aku kalau cinta itu buta!”

“Oleh karena itu sebelum semuanya makin dalam, aku mau mundur, Yud. Aku memilih setuju hendak kamu kenalkan sama residenmu itu, siapa namanya?”

“Amanda Ginanjar, janda anak satu, laki-laki masih berumur enam tahun,” jelas Yudha sebelum Adnan bertanya lebih lanjut.

“Cerai kenapa?” Adnan benar-benar penasaran, ia sudah pernah gagal tentu ia tidak ingin gagal lagi bukan?

“Suaminya dulu otoriter dan suka main tangan,” Yudha merogoh saku celananya, mengeluarkan iPhone miliknya dan menyodorkan foto wanita itu kepada Adnan.

Adnan menerima iPhone itu dan mengamati segurat wajah yang terpampang di layar iPhone milik Yudha. Cantik sih, kan kemarin kata Yudha dia mantan model kan? Pernah ikut kontes kecantikan juga dan dapat juara? Tapi kenapa Adnan tidak bisa langsung sreg seperti ketika dulu ia pertama kali bertemu dengan Redita?

“Cantik,” komentar Adnan lalu mengembalikan iPhone milik Yudha.

“Nggak, bagiku biasa saja. Cantikan isteriku,” guman Yudha sambil nyengir lebar.

“Oh gitu? Sini aku nikahin saja isterimu, nggak apa-apa deh dapat bekasmu!” guman Adnan gemas, gimana sih orang ini?

“Ngajakin gelud beneran nih? Ayo deh!” Yudha sontak menimpuk Adnan dengan bantal sofa.

Adnan sontak tertawa terbahak-bahak, dasar si Yudha! Mereka kan sedang membahas residen interna itu, lantas kenapa Yudha malah nyambung membahas isterinya? Ya jangan salahkan Adnan dong!

“Nih catat nomornya,” guman Yudha lalu kembali menyodorkan iPhone miliknya.

Adnan hanya menghela nafas panjang, ia meraih smartphone miliknya dan mencatat nomor W******p wanita bernama Manda itu, ya meskipun ia tidak yakin bahwa setelah ini ia akan langsung menghubungi Manda. Namun tidak ada salahnya kan kalau dia catat dulu nomornya?

“Cepet dihubungi ntar,” pesan Yudha sambil kembali meneguk teh hangatnya.

“Terus aku harus bilang apa nanti?”

Yudha kembali hampir tersedak teh yang memenuhi mulutnya itu, ia meletakkan cangkirnya dan menatap Adna dengan gemas.

“Gimana sih? Katanya mantan playboy? Mantan buaya? Kenapa begitu aja pakai tanya sih Nan?”

“Yud, itukan dulu! Sekarang mah sudah beda, Yud!” balas Adnan sengit.

“Lha kemarin kamu PDKT sama Redita gimana?”

“Macam kamu sama isterimu dulu lah, perkoasan dia yang aku jadikan alasan,” desis Adnan sambil meletakkan smartphone miliknya di meja.

Yudha tampak berpikir, Adnan dapat melihat dari raut wajahnya tampak Yudha begitu serius memikirkan masalahnya itu. Ahh ... Adna jadi tersenyum kecut, padahal jujur di dalam hatinya ia belum benar-benar yakin akan mendekati wanita itu. Apakah ini karena perasaannya kepada gadis itu sudah sedemikian dalam? Tidak! Tidak boleh! Redita harus dapat laki-laki yang lebih baik, yang terbaik untuk kelak ia jadikan suami, dan itu bukan dia!

***

“Eh tapi ngomong-ngomong nih ya, si Rico itu dokter gobl*k berarti, ceweknya juga gobl*k,” guman Yanven sambil mengunyah isi toples Redita.

Redita melirik sekilas, “Kok bisa?”

“Iya lah, secara yang satu dokter, yang satu lagi bidan kan? Harusnya paham dong harus bagaimana supaya gituan tapi nggak hamil? Yang bukan anak FK dan Akbid aja paham kok gimana caranya ena-ena tanpa terjadi kehamilan, kenapa mereka yang anak medis malah kebobolan?” cerocos Yanven dengan mulut penuh camilan.

Redita tampak berpikir sejenak, benar juga ya? Bukankah mereka dari pre-klinik sudah diberi materi perihal reproduksi dan kontrasepsi? Apalagi kalau masuk stase obsgyn, mereka harus paham mengenai metode-metode pencegahan kehamilan dari yang kovensional sampai yang emergency, lantas kenapa bisa ....

“Biarlah, itu tandanya yang Di Atas ngasih tahu ke aku kalau si Rico itu bukan pasangan yang baik buat aku, makanya di bikin bunting!” guman Redita sambil tersenyum kecut, untung saja bidan itu hamil, kalau tidak? Astaga, tidak bisa Redita bayangkan!

“Iya juga sih, lalu kamu gimana, sudah dapat bidikan dokter baru buat gandengan?”

Redita menghela nafas panjang kemudian mengangguk sejenak, membuat Yanven melotot hampir tersedak camilan dalam mulutnya.

“Serius? Dokter koas juga? Atau dokter magang?” tanya Ynaven penasaran, gila cepet banget dapat gandengan baru? Apa dia banting setir cari jodoh dokter juga kali ya? Biar masa jomblonya berakhir.

“Bukan, ini malah sudah spesialis.” jawab Redita santai.

Yanven kembali melotot, ia tidak berkedip menatap Redita yang duduk bersandar sambil memeluk bantalnya itu. Gila, ditinggal dokter internship menikah dan sekarang dia malah dapat ganti dokter spesialis? Yang benar saja! Topceer sekali Redita ini! Pakai ajian apa? Semar mesem? Jarang goyang? Atau bulu perindu? Eh ... kenapa dia jadi hafal bener macam-macam ilmu pelet?

“Dokter spesialis? Sudah spesialis?” teriak Yanven syok, ia berharap bahwa ia salah dengar.

“Iya, sudah spesialis!” balas Redita setengah berteriak.

“Spesialis apa, Re?” Yancen meletakkan toples yang sejak tadi ia pengang, ia serius menyimak apa yang Redita katakan sekaligus penasaran dengan sosok dokter spesialias yang jadi gebetan baru Redita itu. Gila rejeki nomplok dong kalau ia bisa benar-benar dapat spesialis.

“Bedah!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status