Share

Bab 2

Author: Jamilah
Sebuah kalimat yang sebenarnya tidak terlalu lantang, tapi di telingaku terdengar seperti petir yang menggelegar.

Aku langsung mendongak dan mendorong Timo dengan keras.

Mataku menatap tajam ke arahnya, seolah ingin mencari sebuah jawaban.

Namun, Timo hanya menunduk, sama sekali tidak berniat menjawabku, jelas sekali dia sedang merasa bersalah.

Dengan mata memerah, aku menunjuk ke arah Selina, lalu bertanya pada Timo,

“Benarkah yang dia katakan?”

“Timo, kamu bahkan sudah menikahinya, lalu bagaimana dengan aku dan anak kita?”

“Kamu bahkan rela meninggalkan anak kandungmu sendiri, demi menjadi ayah bagi anak yang bahkan nggak jelas siapa ayahnya?”

Usai aku bicara, langsung terdengar tangisan sesenggukan Selina, sambil mengusap air matanya.

Tangisannya begitu nyaring dan memilukan.

“Anakku bukan anak haram! Anakku punya ayah!”

Timo langsung panik.

Dengan alis berkerut, tanpa ragu dia menamparku keras-keras.

“Plak!” Suara tamparan itu begitu nyaring dan pipi kananku terasa panas terbakar.

Tatapan Timo dingin saat melihatku, lalu dia menarik kembali tangannya dengan santai. Tatapan itu penuh ketidakpedulian.

“Nessi, kamu ini semakin lama semakin nggak tahu sopan santun! Kamu pikir semua hal bisa sembarangan diucapkan?”

“Kamu tahu nggak, ucapanmu tadi bisa menyakiti Selina sedalam apa?”

Aku tidak tahu seberapa besar rasa sakit yang dirasakan Selina, yang aku tahu, pria di depanku ini sudah berubah!

Aku mengusap luka di ujung bibir karena tamparan itu, rasa amis mulai menyebar di mulutku.

Setiap kali menyangkut Selina, dia selalu kehilangan kendali atas emosinya.

Dengan suara nyaris putus asa, aku bertanya padanya,

“Lalu kamu mau aku bilang apa?”

“Tunanganku bahkan nggak mau bertanggung jawab atas aku dan anakku lagi, malah siap menjadi suami untuk perempuan lain dan ayah untuk anak orang lain. Kamu pikir aku bisa dengan tenang bertepuk tangan dan mendukungmu?”

Suara yang tadinya tenang, kini perlahan meninggi karena emosi.

Timo sempat terdiam, matanya tampak menyimpan sedikit rasa iba dan bersalah.

Namun akhirnya, dia hanya menjawab dengan dingin,

“Selina berbeda denganmu, hanya aku satu-satunya keluarganya. Dia nggak akan sanggup menanggung gosipan hamil di luar nikah!”

“Bersabarlah, Nessi. Setelah Selina melahirkan, aku pasti menikahimu!”

Usai bicara begitu, dia memelukku erat, seakan sedang memberiku janji.

“Percayalah padaku, Nessi. Setahun lagi, setelah semua ini selesai, aku pasti akan menikahimu dengan resmi dan megah!”

Aku tidak menjawab.

Di belakangnya, Selina tampak tak senang dan langsung memotong,

“Kak Timo, anakku sudah lapar. Ayo kita pulang dan masak di rumah!”

Tubuh Timo sempat menegang, tapi dia tidak ragu sedikit pun.

Saat melepas pelukannya, dia menepuk kepalaku pelan, lalu meninggalkanku sendirian di rumah sakit.

Melihat sosok mereka yang menjauh, saat itulah aku benar-benar menyadari sangat mudah membedakan dicintai atau tidak dicintai.

Selesai kontrol kehamilan di rumah sakit, aku pulang ke rumah sendirian.

Rumah terasa jauh lebih sepi dari biasanya.

Baru selesai mandi dan rebahan di kasur, mataku sudah mulai mengantuk.

Tiba-tiba, terdengar suara pintu dibuka. Tak lama kemudian, terdengar suara Timo yang terdengar kesal tapi lembut.

“Rambutmu masih basah, kamu bisa sakit kalau tidur seperti ini.”

Aku tetap tak bergerak sedikit pun, Timo menghela napas, lalu menggendongku dan membawaku ke depan meja rias.

Dengan cekatan, dia memegang pengering rambut dan perlahan merapikan rambutku dengan tangannya.

Sampai rambutku kering, aku juga belum mengucapkan sepatah kata pun.

“Kamu masih marah soal kejadian tadi?”

“Bukannya aku sudah janji, begitu semuanya selesai, aku pasti menikahimu!”

Timo tahu betul cara membuat emosiku goyah.

Dia baru saja meniupkan napas hangat ke telingaku, membuat seluruh tubuhku merinding.

Aku tak tahan dan akhirnya bertanya,

“Bagaimana kalau aku nggak setuju?”

Wajah pria itu langsung berubah muram.

“Nessi, aku sedang memberitahumu keputusanku. Aku bukan sedang meminta pendapatmu!”

Setelah mengatakan itu, dia terdiam sejenak, lalu kembali dengan nada lembut,

“Kamu juga tahu, sekarang Selina hanya punya aku. Nggak ada orang lain yang bisa dia andalkan.”

“Aku nggak mungkin nggak membantunya.”

Setelah itu, Timo mulai membereskan pakaian. Tak butuh waktu lama, satu koper sudah penuh.

Sebelum pergi, dia hanya meninggalkan satu kalimat,

“Selina sering mual parah belakangan ini, aku mau temani dia beberapa hari. Kalau ada apa-apa, langsung hubungi aku saja.”

Hingga Timo pergi dengan kopernya, barulah aku menyadari air mataku sudah mengalir di wajahku.

Ternyata ini tujuan dia datang hari ini.

Bukan karena dia tidak tahu bahwa aku juga tak punya siapa-siapa untuk bergantung.

Bukan karena dia tidak tahu bahwa aku juga mual setiap malam sampai tak bisa tidur.

Tapi, karena dia sudah tidak peduli padaku lagi!

Dibandingkan dengan Selina, aku memang tidak ada artinya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Dia Kehilangan Segalanya   Bab 8

    Keesokan harinya, aku mengajukan permohonan kepada perusahaan untuk dipindah ke cabang di kota lain.Tak disangka, satu-satunya posisi yang tersedia ada di luar negeri.Namun, itu justru sesuai dengan keinginanku.Semakin jauh dari kota ini, semakin baik!Tiga hari kemudian, dengan bantuan perusahaan, aku mengurus paspor dan naik pesawat keluar negeri.Sekejap mata, lima tahun berlalu.Selama lima tahun itu, aku mengesampingkan segala perasaan dan mencurahkan seluruh energiku untuk bekerja.Sesekali aku mendengar kabar di dalam negeri dari teman-teman dan klienku.Namun, aku tidak terlalu menanggapinya.Seiring berjalannya waktu, banyak luka lama pun perlahan terlupakan.Pada akhirnya, berkat usahaku sendiri, aku berhasil meraih pencapaian yang cukup membanggakan.Pelan-pelan, aku naik hingga menjadi direktur cabang perusahaan di luar negeri.Menjelang tahun baru, sebagai direktur cabang, aku ditugaskan untuk kembali ke dalam negeri untuk melapor ke kantor pusat.Begitu turun dari pesa

  • Dia Kehilangan Segalanya   Bab 7

    Karena keguguran, aku tinggal di rumah sakit untuk beberapa waktu.Beberapa hari berikutnya, Timo selalu muncul di ruang rawat tepat waktu setiap hari.Setiap kali dia datang, dia membawa sup ayam atau sup ikan yang sudah dia masak sendiri.Aku tidak pernah menggubrisnya.Setiap kali, dia akan berdiri di luar ruang rawat dengan wajah muram, berdiri cukup lama.Pada hari aku keluar rumah sakit, langit mendung dan gerimis.Aku sudah menebak bahwa Timo pasti akan mencari tahu kapan aku keluar, jadi aku memutuskan untuk pergi lebih awal.Saat langit baru saja mulai terang, aku sudah membereskan barang-barangku.Tak disangka, baru saja keluar dari rumah sakit, aku melihat Timo sedang bersandar di gerbang masuk rumah sakit.Entah sudah berapa lama dia menunggu di sana.Dia berdiri dengan tampak malang, rambutnya berantakan karena tertiup angin dan jaketnya juga basah terkena hujan.Begitu melihatku, dia langsung berdiri tegak, menatapku dengan cemas.“Nessi, aku datang menjemputmu.”Aku meng

  • Dia Kehilangan Segalanya   Bab 6

    “Kamu hanya lebih mencintai Selina!”Timo terdiam cukup lama, bahkan tak bisa menemukan satu pun alasan untuk membela diri.Jadi, aku membantunya membongkar kebenaran di dalam hatinya.Dia terpaku sejenak, lalu dengan cepat menghantamkan kepalanya keras-keras ke dinding, suara benturannya menggema.Saat itu, dari luar ruang rawat terdengar jeritan menyedihkan Timo, membuat Grace dan Selina buru-buru menerobos masuk.Begitu membuka pintu, mereka langsung melihatku berdiri di depan Timo yang tampak menderita hebat, sementara tubuhku sendiri hampir seluruhnya berlumuran darah. Selina bergegas maju dan mendorongku dengan keras.Karena belum pulih sepenuhnya usai keguguran dan kondisi lemah, aku langsung terhuyung dan jatuh ke lantai.Darah merah segar seketika mengalir, membentuk jejak panjang di lantai.Mata Timo langsung membelalak.Dia reflek ingin mendekat, tapi Grace segera menariknya.Dengan wajah penuh jijik, Grace berkata, “Kak, jangan pedulikan dia. Dia memang pantas mendapatkan

  • Dia Kehilangan Segalanya   Bab 5

    Aku menatap wajah ketakutannya yang bercampur dengan keputusasaan.Seketika, ada rasa lega yang menyeruak dari dalam hatiku.Aku tahu dia pasti sudah menebaknya, hanya saja tidak bisa menerimanya.Aku mengangkat alis, tertawa sampai bahuku ikut berguncang pelan, tak sabar untuk menusuknya lagi.“Seperti yang kamu lihat, anak yang bahkan nggak diakui ayahnya, untuk apa aku pertahankan?”Aku berhenti sebentar.Lalu dengan penuh kebencian, aku ucapkan setiap kata sambil menggertakkan gigi.“Tentu saja lebih baik digugurkan!”Seketika, Timo seperti disambar petir, terdiam membeku di tempat.Otot wajahnya berkedut pelan, tatapan matanya penuh ketakutan.Suaranya terdengar serak, seperti sudah lama tidak bicara.“Nessi, itu anak kita, kok kamu tega menggugurkannya?!”“Kamu lupa dengan masa depan yang pernah kita bicarakan? Kita sama-sama menantikan kelahiran anak ini!”“Kok kamu menggugurkannya? Kenapa nggak bicarakan dengan aku dulu?!”Tujuh tahun, dua ribuan hari bersama Timo.Sudah sering

  • Dia Kehilangan Segalanya   Bab 4

    Seketika, hatiku hancur berkeping-keping.Aku menatap pria itu sekali lagi dan sejak saat itu, aku tak lagi menaruh harapan apa pun padanya.Aku dikurung di loteng rumahnya.Langit mulai gelap dan suara tikus yang bercicit mulai terdengar dari segala arah.Seekor tikus muncul di hadapanku, menatapku penasaran cukup lama.Tiba-tiba, pintu loteng terbuka.Tikus itu langsung kabur, ketakutan.Di depan pintu muncul Selina dengan wajah penuh kebencian.Melihat tak ada orang lain di loteng, dia pun malas berpura-pura lagi dan langsung tersenyum sinis ke arahku.“Nessi, akhirnya kamu merasakan ini juga!”“Sudah kubilang, Kak Timo itu milikku! Tapi kamu malah nggak tahu malu merebutnya dariku, bahkan bermimpi menikah dengannya?”“Kamu juga tahu jelas, akulah yang paling penting di hatinya dan kamu hanyalah alat pengisi waktu luangnya saja!”Melihat senyuman sinis di wajah Selina, aku tak bisa menahan emosi lagi.Dengan reflek, aku meraih benda yang ada di lantai dan melempar ke arahnya.Selina

  • Dia Kehilangan Segalanya   Bab 3

    Sejak hari itu, aku dan Timo nyaris tak saling menghubungi.Dia sibuk mengurus Selina setiap hari, hanya sesekali menanyakan kabarku di tengah malam.Melihat aku tak pernah membalas pesannya, lama-lama dia pun makin jarang menghubungiku.Hingga akhirnya, di usia kandungan tiga bulan.Saat sedang kontrol kehamilan di rumah sakit, aku tanpa sengaja bertemu dengan adik perempuan Timo.Grace menatapku dengan wajah penuh keterkejutan. Dia langsung merebut laporan hasil pemeriksaan di tanganku, lalu suaranya naik beberapa oktaf karena emosi.“Nessi, berani-beraninya kamu mengkhianati kakakku? Hamil anak haram laki-laki lain pula?”Aku langsung mengernyit, tak menyangka dia bisa berpikiran seperti itu.Aku buru-buru menjelaskan, “Ini anaknya kakakmu, aku nggak mengkhianatinya!”Namun, Grace justru menatapku penuh rasa jijik dan tertawa sinis.“Sudah ketahuan begini masih saja cari alasan? Nessi, aku benar-benar nggak menyangka kamu yang kelihatannya polos ternyata begitu murahan. Hamil anak

  • Dia Kehilangan Segalanya   Bab 2

    Sebuah kalimat yang sebenarnya tidak terlalu lantang, tapi di telingaku terdengar seperti petir yang menggelegar.Aku langsung mendongak dan mendorong Timo dengan keras.Mataku menatap tajam ke arahnya, seolah ingin mencari sebuah jawaban.Namun, Timo hanya menunduk, sama sekali tidak berniat menjawabku, jelas sekali dia sedang merasa bersalah.Dengan mata memerah, aku menunjuk ke arah Selina, lalu bertanya pada Timo, “Benarkah yang dia katakan?”“Timo, kamu bahkan sudah menikahinya, lalu bagaimana dengan aku dan anak kita?”“Kamu bahkan rela meninggalkan anak kandungmu sendiri, demi menjadi ayah bagi anak yang bahkan nggak jelas siapa ayahnya?”Usai aku bicara, langsung terdengar tangisan sesenggukan Selina, sambil mengusap air matanya.Tangisannya begitu nyaring dan memilukan.“Anakku bukan anak haram! Anakku punya ayah!”Timo langsung panik.Dengan alis berkerut, tanpa ragu dia menamparku keras-keras.“Plak!” Suara tamparan itu begitu nyaring dan pipi kananku terasa panas terbakar.

  • Dia Kehilangan Segalanya   Bab 1

    Di bulan pertama saat tahu aku hamil, aku dengan penuh semangat memberitahu Timo.Namun, reaksinya waktu itu sangat aneh. Dia tidak kelihatan senang sama sekali.Justru malah mengernyit dan wajahnya terus memuram.Saat aku tanya kapan dia mau menikahiku, dia malah panik dan buru-buru ganti topik.Sampai hari ini, aku datang ke rumah sakit sendirian untuk periksa kehamilan.Tanpa sengaja, aku ketemu dengan sahabat kecilnya Timo di rumah sakit.Barulah aku tahu, ternyata mereka diam-diam sudah menikah dan hamil di belakangku.“Anak nakal, kamu harus jadi anak baik, biar ibu nggak terlalu capek. Kalau nggak, nanti setelah lahir, aku suruh ayahmu pukul pantatmu!”Timo keluar dari ruang periksa sambil membawa obat penunjang kehamilan khusus untuk ibu hamil.Wajahnya bersinar lembut, penuh kehangatan seperti calon ayah baru.Dia mengelus perut hamil Selina dengan lembut.“Dia masih begitu kecil, belum mengerti apa-apa, kamu sudah ancam dia duluan!”Detik berikutnya, mesin antrian memanggil

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status