Orang tuaku meninggal saat aku masih kelas 3 SMA, hanya meninggalkan rumah bata yang reyot untukku. Namun, aku menemukan seorang adik laki-laki di tempat sampah. Dia adalah siswa teladan kelas 2 SMA di sekolahku. Namun, semua orang meremehkannya. Bahkan ketika dia ditindas di sekolah, para guru juga menutup mata. Karena meskipun orang lain tidak memukulnya, ayahnya yang pecandu alkohol akan memukulinya setiap hari, dan ibunya yang pengecut tidak pernah berani melawan. Dengan susah payah aku menyeretnya pulang, membalutnya, dan merawatnya selama beberapa hari. Kemudian, ibunya dipukuli sampai mati, dan aku menelepon polisi untuk menangkap ayahnya. "Hei, tinggallah bersamaku mulai sekarang. Aku nggak punya keluarga lagi. Panggil aku kakak, dan akan kubayar uang sekolahmu!" Dia ingin kuliah di universitas bergengsi, jadi aku putus sekolah dan mulai bisnis kios jalanan, menjual darah, bahkan melakukan pekerjaan ilegal. Setelah lulus, dia bilang ingin memulai bisnis, jadi aku memberinya semua tabunganku. Hari itu, dia dan seorang wanita muda yang cantik berdiri di atas panggung yang gemerlap untuk menerima Penghargaan Kewirausahaan Muda. Aku menatap diagnosis kanker di tanganku. Aku tersenyum kecut. Aku telah membesarkannya menjadi seseorang yang tidak pantas untukku. Sudah waktunya aku pergi.
View MoreDia meludahiku dengan geram. "Bah! Kenapa aku nggak bisa reinkarnasi? Gara-gara kalian aku seperti ini!""Kau tahu nggak, sejak kecil, aku harus merebut segalanya dengan kakakku. Aku harus merebut penghapus, aku harus bertengkar biar nggak mewarisi baju-baju lamanya, dan bahkan kasih sayang orang tuaku juga perlu kuperjuangkan sendiri!""Apa salahku? Aku hanya dilahirkan. Kenapa nggak ada yang berinisiatif untuk mencintaiku?""Lalu kubunuh kakakku dengan tanganku sendiri. Baru saat itulah ayahku sadar dia perlu memberiku kasih sayang dan perhatiannya. Tapi dia membenciku! Dia membenciku karena membunuh putranya ketika aku masih di bawah umur dan nggak bisa dihukum! Jadi dia menipuku dan menjualku kepada seorang pedagang manusia!""Jadi aku membunuhnya juga.""Kupikir akhirnya aku bisa berhenti memohon sedikit cinta, tapi kemudian aku bertemu Jack.""Aku jatuh cinta padanya pada pandangan pertama. Kukira dia merasakan kesedihan yang sama denganku, bahwa kami adalah tipe orang yang sama
Sebelum ada yang bisa menghentikannya, dia lari.Sepuluh menit kemudian, polisi tiba dan langsung memborgol Howard.Aku bertanya dengan bingung, "Kenapa?"Dia tersenyum lega. "Jenny, aku yang menyerahkan diri, dan aku juga yang memberi tahu Jack tentang rencana Lindy.""Ingatkah aku pernah bilang aku kagum dengan optimismemu?""Sebenarnya, selama bertahun-tahun, aku menjalani hidup yang sangat pesimis. Aku kecewa dilahirkan di keluarga seperti itu, dan aku merasa malu karena nggak bisa menyembuhkan penyakit ibuku.""Meskipun aku hanya bersamamu selama enam hari, itu adalah enam hari terbahagia yang pernah kualami. Aku sudah menerima kenyataan bahwa segala sesuatu yang nggak berasal dari usaha sendiri pada akhirnya akan hilang. Ibuku selalu berkata, sekeras apa pun hidup ini, harus tetap berbaik hati. Jenny, maafkan aku."Aku menggelengkan kepala dengan putus asa. "Aku nggak menyalahkanmu."Pamannya Lindy juga menghampirinya."Jangan khawatir, kami bisa obati penyakit ibumu. Rumah saki
Tapi tatapan Jack semakin teguh, suaranya juga berubah tegas, “Jenny! Asal kau tahu, setiap kali dia bersamaku, selalu ada orang lain di sekitar kami!”“Semua foto yang dikirimkannya padamu juga bukan foto kami berdua saja.”“Perjalanan dinas kali ini aku juga ajak rekan lainnya untuk menemaninya, biar kau nggak berpikir sembarangan.”“Tapi aku nggak kira kau sebodoh ini! Emang kau nggak lihat dia selalu berdiri paling ujung? Biar dia bisa meng-edit orang lainnya."“Jenny, kita tinggal bersama selama 10 tahun, kau sama sekali nggak percaya padaku? Haruskah aku teriak aku mencintaimu?”Aku langsung berhenti menggeleng.Dengan air mata mengalir di wajahku, aku tertawa, “Jack, apa katamu? Bisa ulangi lagi?”“Kubilang aku mencintaimu, aku mencintaimu! Kau yang memberiku kehidupan kedua, kau juga adalah nyawaku, ngerti?”Aku mengangguk berulang kali. “Ngerti, Jack. Pantesan kau nggak pernah panggil aku kakak. Kau menyukaiku sejak awal ya?” Aku memeluknya. Saat air mata kebahagiaan mengali
“Jadi Jack, di akhir hayatku ini, aku harap kau menjauh dariku, ngerti? Aku membencimu lebih dari siapa pun! Pergilah! Lindy adalah gadis baik yang memilih untuk bersamamu, kalian berdua lanjutkan saja hubungan kalian, mau nikah atau gimana terserah, jangan ganggu aku lagi, oke? Terima kasih!" Pandanganku menjadi tajam lalu tiba-tiba aku mencengkeram tangannya dan menuliskan [lari] di telapak tangannya dengan cepat. Meskipun Lindy mengancamku, aku tetap tidak tega melihat Jack dalam bahaya. Jika bisa terselamatkan satu, syukurlah. Lindy bukanlah orang yang bisa diajak hidup bersama. Jack harus melarikan diri! Tapi yang tidak kuduga, dia malah balik mencengkeram tanganku. “Oke, Jenny, kau sudah siap bicara. Sekarang giliranku.”Aku terbelalak, dengan cemas mengisyaratkannya untuk lari.Tapi dia tidak bergeming sama sekali.“Aku pernah menanyaimu, dua orang yang seperti apa yang dianggap cocok, kau bilang jika semuanya merasa cocok, berarti mereka cocok.”“Tapi aku nggak setuju denga
Berbaring lemah di tempat tidur rumah sakit, aku menatap Howard yang telah lama diam dan memaksakan sebuah senyuman.“Kau yang ganti obat kanker di rumahku?”Dia mendongak menatapku. “Kau... sudah tahu?”“Iya, aku tahu kondisi tubuhku. Dokter bilang aku masih bisa bertahan hidup selama 3 bulan, tapi beberapa hari ini kondisiku turun drastis.”“Kau ... benci aku kah?”Aku menggeleng. “Nggak ada artinya membenci. Terima kasih sudah menemaniku beberapa hari ini. Aku cukup senang, bahkan tangisanku pun sudah berkurang.”Tiba-tiba, matanya memerah dan dia mulai menceritakan kisahnya.Ceritanya tidak ada yang mengejutkan, alurnya seperti yang kuduga. Dia berasal dari keluarga miskin. Ayahnya meninggal muda, meninggalkan ibunya yang sakit kronis yang berjuang keras untuk menyekolahkannya ke universitas sebelum akhirnya kolaps. Dia harus membagi waktu antara kuliah dan pekerjaan paruh waktu untuk membiayai pengobatan ibunya.Setelah lulus, dia membawa ibunya ke kampungku di mana biaya hidup
Mengabaikan rasa sakit di tubuhku, aku mengusap darah dari bibirku dan berlari ke luar. Aku bertabrakan dengan Howard yang tiba-tiba muncul.“Jenny, kau baik-baik saja kah? Kuantar ke rumah sakit ya?”Aku menariknya dengan panik. “Antar aku ke stasiun!”“Tapi keadaanmu sekarang ...”Air mataku langsung mengalir. “Kumohon.”Dia mempererat cengkeramannya pada lenganku, kilatan emosi yang rumit melintas di matanya. Akhirnya, dia memanggil taksi dan menemaniku ke stasiun, bahkan naik kereta bersamaku. Begitu aku turun dari kereta, Lindy langsung menjemputku dengan mobilnya.Aku bertanya dengan cemas, “Apa yang terjadi? Gimana keadaannya?”Tapi Lindy tidak terlihat setegang saat di telepon. Sebaliknya, dia bersandar di kursinya, terlihat sangat rileks. “Untuk apa banyak tanya? Kau akan tahu sebentar lagi.” Rasa cemas mulai muncul dalam diriku. Tak lama kemudian, mobilnya berhenti di depan rumah sakit swasta. Dia membawaku masuk ke ruang rawat yang tertutup rapat. Yang bisa kulakukan hany
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments