Share

Bab 4

Penulis: Jamilah
Seketika, hatiku hancur berkeping-keping.

Aku menatap pria itu sekali lagi dan sejak saat itu, aku tak lagi menaruh harapan apa pun padanya.

Aku dikurung di loteng rumahnya.

Langit mulai gelap dan suara tikus yang bercicit mulai terdengar dari segala arah.

Seekor tikus muncul di hadapanku, menatapku penasaran cukup lama.

Tiba-tiba, pintu loteng terbuka.

Tikus itu langsung kabur, ketakutan.

Di depan pintu muncul Selina dengan wajah penuh kebencian.

Melihat tak ada orang lain di loteng, dia pun malas berpura-pura lagi dan langsung tersenyum sinis ke arahku.

“Nessi, akhirnya kamu merasakan ini juga!”

“Sudah kubilang, Kak Timo itu milikku! Tapi kamu malah nggak tahu malu merebutnya dariku, bahkan bermimpi menikah dengannya?”

“Kamu juga tahu jelas, akulah yang paling penting di hatinya dan kamu hanyalah alat pengisi waktu luangnya saja!”

Melihat senyuman sinis di wajah Selina, aku tak bisa menahan emosi lagi.

Dengan reflek, aku meraih benda yang ada di lantai dan melempar ke arahnya.

Selina menjerit ketakutan, jatuh terduduk di lantai.

Barulah setelah itu aku sadar, yang kulempar tadi adalah seekor tikus.

Langkah kaki tergesa-gesa terdengar semakin mendekat, Timo dan Grace pun muncul di depan pintu loteng.

Selina memegang perutnya, menangis dan berteriak keras, mengeluh kesakitan tanpa henti.

“Kak Timo, perutku sakit sekali. Jangan-jangan terjadi sesuatu pada anak kita?”

“Aku hanya niat baik, datang tanya Nessi mau makan apa, soalnya dia belum makan, tapi dia malah melempar tikus ke badanku!”

Selina terus mengeluh sambil terisak, tangannya memegangi perut.

Anehnya, akting seburuk itu tetap berhasil membuat semua orang percaya.

Grace melotot marah ke arahku, hendak maju tapi ditahan oleh Timo.

Dia mengernyitkan dahi, lalu menyuruh Grace membawa Selina turun untuk diperiksa, baru kemudian berbalik menatapku dengan tatapan dingin.

Tatapannya menunjukkan kekecewaan yang perlahan berubah menjadi sikap dingin.

“Nessi, kamu benar-benar mengecewakan aku!”

“Aku sempat berpikir untuk biarkan kamu tinggal di sini, supaya bisa saling menjaga. Tapi sekarang kulihat, dengan kondisimu seperti ini, sama sekali nggak cocok tinggal bersama Selina!”

Aku menutup mata dengan perasaan pilu, wajahku terlihat lelah dan dipenuhi keputusasaan.

“Tinggal bersama?”

“Semua orang tahu kalau Selina mengandung anakmu, sedangkan aku mengandung anak haram.”

“Aku sudah mengkhianatimu, lalu apa hakku untuk tinggal di sini?”

Tiba-tiba, tatapannya menjadi tajam, raut wajahnya menunjukkan ketidaksabaran.

Namun, dia berusaha menahan emosinya, lalu menurunkan nada suaranya dan berkata padaku,

“Aku bakal urus masalah ini, tapi nggak bisakah kamu lebih tenang sekarang? Nggak bisakah jaga kandunganmu baik-baik dan lahirkan anak ini?

“Kenapa harus terus-terusan menentang Selina?”

Aku diam saja, hanya menampilkan senyuman sinis, lalu mendengus dingin.

Akhirnya, Timo tak mampu lagi menahan amarah, membanting pintu dengan keras dan pergi.

“Mulai sekarang, kamu tinggal di loteng saja dan renungkan semuanya baik-baik. Aku bakal suruh orang mengantar makanannya tiap hari!”

Beberapa hari setelahnya, aku dikurung di loteng yang gelap dan pengap.

Setiap harinya hanya ditemani tikus.

Sepertinya Selina sudah mendapat peringatan dari Timo.

Meskipun kami tinggal di satu atap yang sama, dia sudah jarang sekali datang menantangku.

Sampai akhirnya, sebulan kemudian ….

Saat Selina lewat di dekatku, aku sengaja berkata dengan suara keras,

“Besok, aku bakal minta Timo temani aku periksa kandungan!”

Malam itu, aku bersikap jauh lebih penurut.

Waktu Timo datang mengantarkan makanan, aku dengan patuh membicarakan soal pemeriksaan kandungan.

“Sudah lewat sebulan, saatnya kita periksa kandungan lagi.”

Timo terlihat cukup puas melihat sikapku saat ini. Nada bicaranya terdengar agak terharu dan emosional.

“Nessi, kalau dari awal kamu begini, kamu nggak perlu menderita seperti sekarang.”

“Tenang saja, besok aku temani kamu periksa kandungan.”

Namun, keesokan harinya, Timo tetap tidak datang.

Dia malah menemani Selina ke rumah sakit, sementara aku hanya ditemani Grace untuk periksa kandungan.

Sepanjang jalan, Grace tampak sangat kesal. Dia terus sibuk dengan ponselnya dan bahkan tidak tahu aku melakukan apa saja.

Di ruang pemeriksaan, dengan bantuan dokter, aku meminum obat untuk menggugurkan kandungan.

Sementara itu, Timo yang baru saja selesai menemani Selina datang menyusul.

“Di mana Nessi? Selina bahkan sudah selesai, kok dia belum kelihatan juga?”

Begitu dia membuka pintu ruang rawat dan melihat darah segar mengalir di kakiku, dengan potongan-potongan daging tercecer di lantai ….

Wajah Timo langsung pucat seperti selembar kertas, bibirnya gemetar hebat.

“Ne … nessi, apa yang kamu lakukan?”
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dia Kehilangan Segalanya   Bab 8

    Keesokan harinya, aku mengajukan permohonan kepada perusahaan untuk dipindah ke cabang di kota lain.Tak disangka, satu-satunya posisi yang tersedia ada di luar negeri.Namun, itu justru sesuai dengan keinginanku.Semakin jauh dari kota ini, semakin baik!Tiga hari kemudian, dengan bantuan perusahaan, aku mengurus paspor dan naik pesawat keluar negeri.Sekejap mata, lima tahun berlalu.Selama lima tahun itu, aku mengesampingkan segala perasaan dan mencurahkan seluruh energiku untuk bekerja.Sesekali aku mendengar kabar di dalam negeri dari teman-teman dan klienku.Namun, aku tidak terlalu menanggapinya.Seiring berjalannya waktu, banyak luka lama pun perlahan terlupakan.Pada akhirnya, berkat usahaku sendiri, aku berhasil meraih pencapaian yang cukup membanggakan.Pelan-pelan, aku naik hingga menjadi direktur cabang perusahaan di luar negeri.Menjelang tahun baru, sebagai direktur cabang, aku ditugaskan untuk kembali ke dalam negeri untuk melapor ke kantor pusat.Begitu turun dari pesa

  • Dia Kehilangan Segalanya   Bab 7

    Karena keguguran, aku tinggal di rumah sakit untuk beberapa waktu.Beberapa hari berikutnya, Timo selalu muncul di ruang rawat tepat waktu setiap hari.Setiap kali dia datang, dia membawa sup ayam atau sup ikan yang sudah dia masak sendiri.Aku tidak pernah menggubrisnya.Setiap kali, dia akan berdiri di luar ruang rawat dengan wajah muram, berdiri cukup lama.Pada hari aku keluar rumah sakit, langit mendung dan gerimis.Aku sudah menebak bahwa Timo pasti akan mencari tahu kapan aku keluar, jadi aku memutuskan untuk pergi lebih awal.Saat langit baru saja mulai terang, aku sudah membereskan barang-barangku.Tak disangka, baru saja keluar dari rumah sakit, aku melihat Timo sedang bersandar di gerbang masuk rumah sakit.Entah sudah berapa lama dia menunggu di sana.Dia berdiri dengan tampak malang, rambutnya berantakan karena tertiup angin dan jaketnya juga basah terkena hujan.Begitu melihatku, dia langsung berdiri tegak, menatapku dengan cemas.“Nessi, aku datang menjemputmu.”Aku meng

  • Dia Kehilangan Segalanya   Bab 6

    “Kamu hanya lebih mencintai Selina!”Timo terdiam cukup lama, bahkan tak bisa menemukan satu pun alasan untuk membela diri.Jadi, aku membantunya membongkar kebenaran di dalam hatinya.Dia terpaku sejenak, lalu dengan cepat menghantamkan kepalanya keras-keras ke dinding, suara benturannya menggema.Saat itu, dari luar ruang rawat terdengar jeritan menyedihkan Timo, membuat Grace dan Selina buru-buru menerobos masuk.Begitu membuka pintu, mereka langsung melihatku berdiri di depan Timo yang tampak menderita hebat, sementara tubuhku sendiri hampir seluruhnya berlumuran darah. Selina bergegas maju dan mendorongku dengan keras.Karena belum pulih sepenuhnya usai keguguran dan kondisi lemah, aku langsung terhuyung dan jatuh ke lantai.Darah merah segar seketika mengalir, membentuk jejak panjang di lantai.Mata Timo langsung membelalak.Dia reflek ingin mendekat, tapi Grace segera menariknya.Dengan wajah penuh jijik, Grace berkata, “Kak, jangan pedulikan dia. Dia memang pantas mendapatkan

  • Dia Kehilangan Segalanya   Bab 5

    Aku menatap wajah ketakutannya yang bercampur dengan keputusasaan.Seketika, ada rasa lega yang menyeruak dari dalam hatiku.Aku tahu dia pasti sudah menebaknya, hanya saja tidak bisa menerimanya.Aku mengangkat alis, tertawa sampai bahuku ikut berguncang pelan, tak sabar untuk menusuknya lagi.“Seperti yang kamu lihat, anak yang bahkan nggak diakui ayahnya, untuk apa aku pertahankan?”Aku berhenti sebentar.Lalu dengan penuh kebencian, aku ucapkan setiap kata sambil menggertakkan gigi.“Tentu saja lebih baik digugurkan!”Seketika, Timo seperti disambar petir, terdiam membeku di tempat.Otot wajahnya berkedut pelan, tatapan matanya penuh ketakutan.Suaranya terdengar serak, seperti sudah lama tidak bicara.“Nessi, itu anak kita, kok kamu tega menggugurkannya?!”“Kamu lupa dengan masa depan yang pernah kita bicarakan? Kita sama-sama menantikan kelahiran anak ini!”“Kok kamu menggugurkannya? Kenapa nggak bicarakan dengan aku dulu?!”Tujuh tahun, dua ribuan hari bersama Timo.Sudah sering

  • Dia Kehilangan Segalanya   Bab 4

    Seketika, hatiku hancur berkeping-keping.Aku menatap pria itu sekali lagi dan sejak saat itu, aku tak lagi menaruh harapan apa pun padanya.Aku dikurung di loteng rumahnya.Langit mulai gelap dan suara tikus yang bercicit mulai terdengar dari segala arah.Seekor tikus muncul di hadapanku, menatapku penasaran cukup lama.Tiba-tiba, pintu loteng terbuka.Tikus itu langsung kabur, ketakutan.Di depan pintu muncul Selina dengan wajah penuh kebencian.Melihat tak ada orang lain di loteng, dia pun malas berpura-pura lagi dan langsung tersenyum sinis ke arahku.“Nessi, akhirnya kamu merasakan ini juga!”“Sudah kubilang, Kak Timo itu milikku! Tapi kamu malah nggak tahu malu merebutnya dariku, bahkan bermimpi menikah dengannya?”“Kamu juga tahu jelas, akulah yang paling penting di hatinya dan kamu hanyalah alat pengisi waktu luangnya saja!”Melihat senyuman sinis di wajah Selina, aku tak bisa menahan emosi lagi.Dengan reflek, aku meraih benda yang ada di lantai dan melempar ke arahnya.Selina

  • Dia Kehilangan Segalanya   Bab 3

    Sejak hari itu, aku dan Timo nyaris tak saling menghubungi.Dia sibuk mengurus Selina setiap hari, hanya sesekali menanyakan kabarku di tengah malam.Melihat aku tak pernah membalas pesannya, lama-lama dia pun makin jarang menghubungiku.Hingga akhirnya, di usia kandungan tiga bulan.Saat sedang kontrol kehamilan di rumah sakit, aku tanpa sengaja bertemu dengan adik perempuan Timo.Grace menatapku dengan wajah penuh keterkejutan. Dia langsung merebut laporan hasil pemeriksaan di tanganku, lalu suaranya naik beberapa oktaf karena emosi.“Nessi, berani-beraninya kamu mengkhianati kakakku? Hamil anak haram laki-laki lain pula?”Aku langsung mengernyit, tak menyangka dia bisa berpikiran seperti itu.Aku buru-buru menjelaskan, “Ini anaknya kakakmu, aku nggak mengkhianatinya!”Namun, Grace justru menatapku penuh rasa jijik dan tertawa sinis.“Sudah ketahuan begini masih saja cari alasan? Nessi, aku benar-benar nggak menyangka kamu yang kelihatannya polos ternyata begitu murahan. Hamil anak

  • Dia Kehilangan Segalanya   Bab 2

    Sebuah kalimat yang sebenarnya tidak terlalu lantang, tapi di telingaku terdengar seperti petir yang menggelegar.Aku langsung mendongak dan mendorong Timo dengan keras.Mataku menatap tajam ke arahnya, seolah ingin mencari sebuah jawaban.Namun, Timo hanya menunduk, sama sekali tidak berniat menjawabku, jelas sekali dia sedang merasa bersalah.Dengan mata memerah, aku menunjuk ke arah Selina, lalu bertanya pada Timo, “Benarkah yang dia katakan?”“Timo, kamu bahkan sudah menikahinya, lalu bagaimana dengan aku dan anak kita?”“Kamu bahkan rela meninggalkan anak kandungmu sendiri, demi menjadi ayah bagi anak yang bahkan nggak jelas siapa ayahnya?”Usai aku bicara, langsung terdengar tangisan sesenggukan Selina, sambil mengusap air matanya.Tangisannya begitu nyaring dan memilukan.“Anakku bukan anak haram! Anakku punya ayah!”Timo langsung panik.Dengan alis berkerut, tanpa ragu dia menamparku keras-keras.“Plak!” Suara tamparan itu begitu nyaring dan pipi kananku terasa panas terbakar.

  • Dia Kehilangan Segalanya   Bab 1

    Di bulan pertama saat tahu aku hamil, aku dengan penuh semangat memberitahu Timo.Namun, reaksinya waktu itu sangat aneh. Dia tidak kelihatan senang sama sekali.Justru malah mengernyit dan wajahnya terus memuram.Saat aku tanya kapan dia mau menikahiku, dia malah panik dan buru-buru ganti topik.Sampai hari ini, aku datang ke rumah sakit sendirian untuk periksa kehamilan.Tanpa sengaja, aku ketemu dengan sahabat kecilnya Timo di rumah sakit.Barulah aku tahu, ternyata mereka diam-diam sudah menikah dan hamil di belakangku.“Anak nakal, kamu harus jadi anak baik, biar ibu nggak terlalu capek. Kalau nggak, nanti setelah lahir, aku suruh ayahmu pukul pantatmu!”Timo keluar dari ruang periksa sambil membawa obat penunjang kehamilan khusus untuk ibu hamil.Wajahnya bersinar lembut, penuh kehangatan seperti calon ayah baru.Dia mengelus perut hamil Selina dengan lembut.“Dia masih begitu kecil, belum mengerti apa-apa, kamu sudah ancam dia duluan!”Detik berikutnya, mesin antrian memanggil

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status