Javi merapatkan gerahamnya. Di balik meja Javi menggenggam tangannya erat.
Diam-diam Melodi tersenyum melihat Javi yang mulai emosi.[Kalian balikan?]“Jawabannya mau gimana nih?” jawab Key pada komentar dengan senyum menggoda.Key meletakkan sumpit kemudian melap mulutnya dengan tisu. “Hubungan kami memang bermasalah beberapa waktu yang lalu. Namun, walau bagaimanapun kami tumbuh bersama dan atas permintaan bakkpak Neal agar kami selalu bersama. Jadi menurutku selalu bersama itu tidak harus menjadi pasangan. Kami bisa menjadi sahabat atau saudara angkat. Bukankah begitu?”[Tapi, bukankah bisa membuka pintu CLBK?]Key tertawa melihat komentar itu. “Mungkin saja. Tapi untuk saat ini, aku ingin fokus pada diri sendiri dulu. Dan aku tidak ingin menoleh ke belakang.”Neal mengangkat wajahnya. Javi dapat melihat tatapan pria itu masih menyimpan nama istrinya.“Coachella?” tanya Key pada komentar. “Ah benar. Lama tJavi beranjak pergi, tetapi baru selangkah tiba-tiba terhenti. Ia menoleh pada tangannya yang dipegang Key, kemudian beralih pada mata yang terpejam. Dengan pelan mencoba melepaskan pegangan itu, tetapi malah makin mengerat. “Key.”Tak ada jawaban dan mata Key masih terpejam. Ia memutuskan duduk di samping Key. Key masih memegang pergelangan tangannya saat ia melepaskan dasi, membuka sebiji kancing, mengeluarkan ponsel dan dompet dari saku. Key langsung merapatkan badannya begitu Javi berbaring. Rasa rindunya kembali membara. Ia hanya bisa melampiaskan dengan ciuman yang dalam ke ubun-ubun Key. Ia harus kuat menahan diri. “Key, besok aku akan bertandang ke rumah orang tua Melodi. Aku tidak tahu siasat apa yang mereka rencanakan. Hanya saja, aku merasa sesuatu yang besar akan terjadi. Aku hanya berharap, kita memiliki usia dan kebersamaan yang panjang. Memiliki anak cucu dan melihat mereka sehat dan terus berkembang.”Sesaat ia menatap langit-langit kamar. Teringat daftar obat yang
Javi merapatkan gerahamnya. Di balik meja Javi menggenggam tangannya erat. Diam-diam Melodi tersenyum melihat Javi yang mulai emosi. [Kalian balikan?]“Jawabannya mau gimana nih?” jawab Key pada komentar dengan senyum menggoda. Key meletakkan sumpit kemudian melap mulutnya dengan tisu. “Hubungan kami memang bermasalah beberapa waktu yang lalu. Namun, walau bagaimanapun kami tumbuh bersama dan atas permintaan bakkpak Neal agar kami selalu bersama. Jadi menurutku selalu bersama itu tidak harus menjadi pasangan. Kami bisa menjadi sahabat atau saudara angkat. Bukankah begitu?”[Tapi, bukankah bisa membuka pintu CLBK?]Key tertawa melihat komentar itu. “Mungkin saja. Tapi untuk saat ini, aku ingin fokus pada diri sendiri dulu. Dan aku tidak ingin menoleh ke belakang.”Neal mengangkat wajahnya. Javi dapat melihat tatapan pria itu masih menyimpan nama istrinya.“Coachella?” tanya Key pada komentar. “Ah benar. Lama t
“Tapi terpikirkankah olehmu bisa saja mereka melakukan konspirasi yang bisa merugikan keluarga Javi?” “Diusirnya kami itu sudah bentuk konspirasi. Bahkan tanah belum kering, Ferren sudah mengatur ulang rumah itu. Pernah terpikir untuk memberitahu Javi, tapi saat itu emosi Javi tidak labil. Tidak bagus jika Javi tahu fakta itu, mungkin saja malah merugikan nyawanya. Sekarang kau mengerti kan kenapa Javi mengikuti arus skenario yang diatur oleh ibunya?”Key mengangguk. Tiba-tiba saja ia ingin memeluk pria malang itu. “Lalu kenapa Pak Isa dan Bu Nurul masih bisa bertahan?”“Karena Bibi Nurul yang merawat Javi sejak kecil. Pak Isa juga sangat menyayanginya, apalagi mereka tidak memiliki anak.”Mengulang di memori Indra saat Javi yang memegang kaki ibunya sambil menangis supaya mempertahankan sepasang suami istri itu. Karena kesal Zivana malah menendang Javi hingga terpental. Ia yang membantu Javi, ikut terkena marah. “Jav, cobalah bersikap realistis. Tanpa Papamu, kita tidak tahu kelua
Saat Key kembali menatap Javi, pria telah meringkuk dan menutup wajahnya.Seketika ia membeku. Ia pernah melihat situasi itu saat SMA. Belakangan ia tahu saat itu Javi sedang tidak baik. Benar saja, terlihat badan Javi bergetar. Ia ikut berjongkok dan menatap kebun Bibi Nurul, tetapi pikirannya melayang pada waktu SMA. “Andai bisa memutar waktu, aku ingin kembali pada masa itu. Dan jika aku melihatmu lagi seperti itu, aku ingin memelukmu.”Javi mengangkat wajahnya dan menoleh pada Key. “Andai saat itu aku memelukmu, mungkin hubungan kita sudah sangat erat dan kita tidak perlu seperti ini.” Javi mengikuti pandangan Key. “Kau tau, aku sangat sedih melihat kau seperti ini tak bisa memelukmu,” sesalnya. “Tidak apa. Asal bisa melihatmu, hatiku sedikit terobati.”Key menghempaskan napasnya. “Seharusnya kau bawa kucing, supaya aku bisa menemanimu lebih lama.”Javi tertawa kecil.Key iku
“Benar ’kan Javi memang pekerja keras. Tapi kenapa Papa …?” Tiba-tiba ia seperti menemukan teka-teki dari raut wajah bapaknya. ***Javi membuka matanya, langsung terlihat gradasi sedikit keemasan di ufuk timur. Sayup terdengar azan entah dari mana. “Key, bangunlah. Langit indah sekali,” bisiknya. Hening. Yang terdengar hanyalah sayup bunyi burung entah dari mana. “Key!” Tiba-tiba ia teringat Key yang muntah saat berhadapan dengannya. Dengan pelan ia melepaskan pelukan Key dan bangkit. Sesaat merenggangkan badan yang terasa sakit, kemudian memesan taksi online. Ia memperhatikan estimasi waktu yang hanya beberapa menit. “Key, bangunlah. Taksi sebentar lagi datang,” bisiknya lembut. Nyatanya ia tak tega membangunkan istrinya yang terlihat masih tidur nyenyak.Ia menutupi badan Key dengan jasnya dan mengangkat pelan hingga sampai ke jalan universitas. Mobil mendekat begi
“Kenapa? Jangan katakan kau merindukanku.”“Javi.”Spontan Javi terdiri dengan mata terbelalak begitu mendengar suara di telpon itu. ***“Bisa lebih cepat lagi, Pak?” pinta Javi dengan nada cemas. Buku-buku jarinya sudah terasa sakit karena memendam emosi. Ia berjanji akan langsung memarahi istrinya itu jika sudah di sana. Ia langsung berlari begitu keluar dari mobil yang telah membawanya ke area universitas. Tak jauh ia sudah bisa melihat dua orang pria duduk di anak tangga. Salah seorang berdiri begitu melihat kedatangannya. “Key!” Kedua mata membesar seakan mau keluar dari cangkang melihat istrinya tertidur di tanah hanya beralas kain dan ditutup oleh jaket yang bukan miliknya. “Jangan marahi dia. Dia sepertinya kecapekan. Tanpa kami sadari dia tertidur,” ucap Dilan. Sesaat Javi menoleh Neal yang duduk di anak tangga. “Apa yang kalian lakukan?” tanya Javi, kemudian menoleh