Home / Romansa / Dibalas Dengan Dusta / 21. Melepaskanmu

Share

21. Melepaskanmu

Author: nanderstory
last update Last Updated: 2025-05-01 20:30:26

Sudah hampir empat jam Raga juga belum kembali.

Kinan menunggu di dalam rumah dengan gelisah. Dirinya melangkah mondar-mandir di tengah rumah dan sesekali mengintip dari jendela.

Rentetan pesan yang ia kirimkan kepada suaminya hanya dibalas satu kalimat singkat dan menusuk.

Raga: Nanti kita bahas di rumah.

Hanya itu. Dari sekian isi pertanyaan mengenai kondisi Tari hingga penjelasan dari apa yang sebenarnya terjadi, pria itu hanya membalas singkat tanpa mengatakan apapun lagi.

Lima belas menit kemudian suara mobil yang ia kenali itu akhirnya terdengar. Raga memarkirkan mobilnya di depan rumah, dan melangkahkan kakinya gontai memasuki rumah. 

Kinan bangkit dari duduk dan menghampiri Raga p

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Dibalas Dengan Dusta    22. Kemenangan Istri Kedua

    Tak pernah dibayangkan sebelumnya bahwa ia akan menyeret kopernya keluar dari rumah yang sudah ditempatinya seumur rumah tangganya berjalan bersama Raga Satria, suaminya –kini mantan suaminya dan pernah hidup tentram damai sebelum perusak rumah tangga itu mulai menggerogoti pernikahannya. Di depan pagar rumah, Kinan menolehkan kepala dan menatap sekali lagi rumah yang menjadi saksi bisu pernikahan yang akhirnya harus ia lepaskan. “Mestinya sejak dulu aku menyerah,” gumamnya lirih. “Mestinya aku nggak luluh sama ucapannya,” lanjutnya kemudian sebelum akhirnya berbalik badan dan kembali menyeret kopernya. Hari masih siang dengan sinar matahari yang sudah setinggi ubun-ubun kepalanya. Kinan menegakkan kepalanya meski hal itu menjadi sangat menarik perhatian oleh orang yang melihatnya. Bertepatan dengan itu, sebuah mobil taksi tanpa penumpang terlihat melintas. Kinan dengan cepat melambaikan tangan untuk mencegat taksi tersebut. Kinan buru-buru membuka pintu belakang dan membiarkan Sa

    Last Updated : 2025-05-02
  • Dibalas Dengan Dusta    23. Healing

    Butuh tiga hari untuk Kinan akhirnya bangkit dari keterpurukannya. Tangisannya berhenti di hari ini, menyisakan ruang hampa yang cukup besar di hatinya. Bohong jika Kinan mengatakan bahwa rasa cintanya sudah menguap begitu saja. Ia pernah jatuh hati dengan dalam pada pria yang mencuri hatinya dan pria yang pertama kali membuktikan keseriusannya di depan kedua orang tuanya. Meski pada akhirnya perjuangannya harus dibuang begitu saja. Kehadirannya tak cukup membuat Raga mempercayainya lagi. Sudah cukup, Kinan. Semua tinggal persoalan waktu. Kinan bangkit dari ranjang dan berjalan untuk membuka tirai jendela kamar hotel. Sinar matahari langsung menyergap matanya dan sontak saja langsung memenuhi seluruh ruangan. Seolah menamparnya bahwa hidupnya masih bisa berjalan meski kemarin sedang diterpa kegelapan. Langkah selanjutnya ialah membersihkan diri sekaligus menyegarkan badannya selama tiga hari ini hanya berdiam diri di kamar hotel. Yang ia lakukan hanya tidur dan bangun hanya untu

    Last Updated : 2025-05-03
  • Dibalas Dengan Dusta    1. Janji

    “Kalau saja waktu itu kamu jadi nikah sama Astari, mungkin kamu nggak akan kesulitan punya anak begini,” ujar Nenek Lasmini pada suatu pagi di hari Minggu kepada Cucu Kesayangannya, Raga Satria. Pria yang baru saja genap berusia 33 tahun itu hanya menarik napas panjang sebelum kemudian menghembuskannya sangat perlahan. “Mungkin belum jodoh aja kali,” jawab Raga singkat. “Belum jodoh tapi kok pacarannya lama banget. Dia itu cinta pertamamu, kan?” Nenek Lasmini mencibir pelan. Raga memilih untuk tidak menjawab. Diam-diam, dia melirik ke sebuah sekat tembok tanpa pintu yang mana ada istrinya, Kinanti Sahara sedang membuatkan makanan untuk mereka bertiga. Ia hanya tidak mau perkataan Neneknya akan membuat wanita yang sudah dinikahinya selama tiga tahun terakhir itu akan membuat huru-hara. “Dia yang nikahnya setahun lebih telat dari kamu aja bisa tuh langsung hamil. Tapi kenapa istrimu tidak bisa?” Mendengar pertanyaan yang terus dilontarkan oleh Sang Nenek membuat dirinya menghembu

    Last Updated : 2025-03-26
  • Dibalas Dengan Dusta    2. Kabar Mantan

    “Assalamu’alaikum.” Kinan setengah berlari ke arah pintu dan menjawab salam. Terlihat seorang wanita yang tidak ia kenali itu tengah berdiri di luar pintu pagar yang terbuka. Sesuai dengan janji Raga, bahwa ia akan mengantarkan Nenek Lasmi untuk mengunjungi rumahnya yang sudah lama ditinggali. Selepas subuh, mereka semua sudah jalan agar menghindari macet dan agar mereka masih sempat berburu jajanan pasar kesukaan Raga. “Wa’alaikumsalam, cari siapa ya?” “Mau cari Nenek Lasmi, apa beliau ada di rumah?” “Oh, ada di dalam. Maaf dengan siapa ya?” “Astari, atau biasa dikenal sebagai Tari,” jawabnya dengan senyuman manis. Senyuman dari bibir Kinan sontak saja memudar secara perlahan. Ia ingat betul bagaimana suami dan neneknya tengah membahas seseorang dengan nama yang persis sama. ‘Astari? Apa dia Astari mantannya Mas Raga?’ tanya Kinan dari dalam hatinya saja. Tatapan meneliti seorang wanita bertubuh sedikit berisi tapi juga tidak bisa dikatakan gemuk. Wanita itu mengenakan rias

    Last Updated : 2025-03-26
  • Dibalas Dengan Dusta    3. Pertanda

    “Nenek yakin mau ditinggal sendirian disini?” tanya Raga sekali lagi pada keesokan harinya. Dengan keyakinan penuh Nenek Lasmi berkata bahwa ia tidak ingin ikut kembali bersama Raga kembali ke ibu kota. “Iya, Nenek mau tinggal disini lagi.” “Kenapa, Nek?” tanya Raga lagi. “Kok mendadak, Nek?” tanya Kinanti tak kuasa untuk menahan rasa penasarannya. Pasalnya, semenjak kepergian Sang Kakek, Nenek Lasmi kerap kali larut dalam kesedihan yang mendalam jika berada di rumah seorang diri. Hingga hal itu membuat Sang Nenek pun merengek ingin ikut bersama Raga di kota. “Nenek cuma kangen suasana disini yang tenang dan bisa ngobrol sama tetangga. Kalau di rumah kamu di kota kan Nenek nggak bisa kayak gitu,” tutur Nenek Lasmi kemudian berusaha keras untuk menghindari tatapan matanya. “Bukannya Nenek juga sudah berteman dengan ibu-ibu di komplek perumahan?” tanya Kinanti dengan nada lembut namun tetap saja disalahartikan oleh Nenek Lasmi. Ia hanya mendengus pelan. Matanya mendelik tak suka

    Last Updated : 2025-03-26
  • Dibalas Dengan Dusta    4. Kejadian

    Mobil hitam yang dikendarai oleh Raga berhenti di pekarangan rumah Nenek yang cukup luas. Masih dari balik kemudi, ia melihat Sang Nenek tengah duduk di kursi santai di samping rumah yang disuguhkan dengan hamparan pegunungan dan persawahan yang hijau. Nenek tidak sendirian, di sampingnya ada Astari yang sudah berada di rumah pada jam sepagi ini. “Nah, itu Raga sudah datang.” Nenek menyambut kedatangannya ketika Raga sudah turun dari mobil dan menghampiri dua orang wanita yang berbeda generasi. “Bawakan pesanannya Nenek.” Raga mengangkat sebelah tangannya yang menggenggam sebuah tote bag berukuran sedang. Melihat itu Sang Nenek melebarkan senyumnya. “Raga…” Sementara Tari menyapanya dari tempatnya duduk. Senyumnya merekah begitu melihat pria yang pernah mengisi hidupnya dulu itu kini datang. “Tari, sudah ada disini pagi-pagi?” Tari memberi anggukan singkat. “Tari menginap tadi malam,” sambung Nenek Lasmi seraya mengambil tote bag dan mengintip pesanan yang dibawakan oleh cucuny

    Last Updated : 2025-03-26
  • Dibalas Dengan Dusta    5. Permintaan Nenek

    Sayup-sayup Kinan mendengar dering ponsel dari dalam kamarnya. Buru-buru ia mematikan kompor dan setengah berlari mengambil ponsel yang layarnya tertera nama suaminya yang tengah memanggil. Kondisi dirinya saat ini sudah cukup jauh lebih baik, berkat istirahatnya yang cukup dan juga obat yang sempat ditinggalkan Raga untuk dirinya. Maka ketika sore hari menjelang, ia buru-buru bangkit untuk menyiapkan makan malam untuk kepulangan suaminya. “Halo, Mas Raga?” “Kinan, apa kamu belum baca pesanku?” sahut Raga dari seberang panggilan. Tersirat kecemasan dari nada suaranya. “Oh, maaf, Mas. Aku lagi di dapur tadi jadi nggak terdengar ada bunyi pesan masuk. Ada apa, Mas? Apa kamu sudah di jalan pulang?” “Sepertinya aku tidak bisa pulang malam ini.” Pria itu mendesah berat. Kinan mengerutkan keningnya. “Ada yang terjadi, Mas?” “Tadi Nenek jatuh di dapur dan sekarang sedang ada di puskesmas.” Kinan terkesiap. Matanya terbelalak saking terkejutnya. “Astaghfirullah. Bagaimana keadaan Nen

    Last Updated : 2025-03-26
  • Dibalas Dengan Dusta    6. Keanehan Suaminya

    “Mas?” Kinan menyambut kedatangan suaminya dua hari kemudian. Pria itu tampaknya mengambil satu hari cuti dadakan karena kejadian ini.Kinan mengulurkan tangan dan mengecup lembut punggung tangan Raga yang tampak lebih diam dari biasanya. Tidak ada senyuman yang keluar dari bibir Raga. Wajah pria itu tampak berbeda dari biasanya.‘Mungkin itu karena Mas Raga terlalu lelah karena insiden kemarin.’ Kinan menepis pikiran negatif yang sudah mulai menari-nari dalam benaknya.Raga melangkahkan kakinya gontai menuju dalam rumah sederhana yang ia beli melalui proses KPR sebelum ia menikahi Kinan tiga tahun yang lalu. Kinan pikir, pria itu akan duduk di sofa tapi langkah kakinya masih berjalan mantap menuju dapur hingga membuka lemari pendingin dan mengambil satu botol air mineral dingin lalu meneguknya seperti orang yang kehausan atau seperti orang yang sedang ingin mendinginkan kepalanya yang panas? “Apa terjadi sesuatu, Mas?” Kinan tak kuasa menahan rasa penasarannya. Raga sontak terbatu

    Last Updated : 2025-03-30

Latest chapter

  • Dibalas Dengan Dusta    23. Healing

    Butuh tiga hari untuk Kinan akhirnya bangkit dari keterpurukannya. Tangisannya berhenti di hari ini, menyisakan ruang hampa yang cukup besar di hatinya. Bohong jika Kinan mengatakan bahwa rasa cintanya sudah menguap begitu saja. Ia pernah jatuh hati dengan dalam pada pria yang mencuri hatinya dan pria yang pertama kali membuktikan keseriusannya di depan kedua orang tuanya. Meski pada akhirnya perjuangannya harus dibuang begitu saja. Kehadirannya tak cukup membuat Raga mempercayainya lagi. Sudah cukup, Kinan. Semua tinggal persoalan waktu. Kinan bangkit dari ranjang dan berjalan untuk membuka tirai jendela kamar hotel. Sinar matahari langsung menyergap matanya dan sontak saja langsung memenuhi seluruh ruangan. Seolah menamparnya bahwa hidupnya masih bisa berjalan meski kemarin sedang diterpa kegelapan. Langkah selanjutnya ialah membersihkan diri sekaligus menyegarkan badannya selama tiga hari ini hanya berdiam diri di kamar hotel. Yang ia lakukan hanya tidur dan bangun hanya untu

  • Dibalas Dengan Dusta    22. Kemenangan Istri Kedua

    Tak pernah dibayangkan sebelumnya bahwa ia akan menyeret kopernya keluar dari rumah yang sudah ditempatinya seumur rumah tangganya berjalan bersama Raga Satria, suaminya –kini mantan suaminya dan pernah hidup tentram damai sebelum perusak rumah tangga itu mulai menggerogoti pernikahannya. Di depan pagar rumah, Kinan menolehkan kepala dan menatap sekali lagi rumah yang menjadi saksi bisu pernikahan yang akhirnya harus ia lepaskan. “Mestinya sejak dulu aku menyerah,” gumamnya lirih. “Mestinya aku nggak luluh sama ucapannya,” lanjutnya kemudian sebelum akhirnya berbalik badan dan kembali menyeret kopernya. Hari masih siang dengan sinar matahari yang sudah setinggi ubun-ubun kepalanya. Kinan menegakkan kepalanya meski hal itu menjadi sangat menarik perhatian oleh orang yang melihatnya. Bertepatan dengan itu, sebuah mobil taksi tanpa penumpang terlihat melintas. Kinan dengan cepat melambaikan tangan untuk mencegat taksi tersebut. Kinan buru-buru membuka pintu belakang dan membiarkan Sa

  • Dibalas Dengan Dusta    21. Melepaskanmu

    Sudah hampir empat jam Raga juga belum kembali.Kinan menunggu di dalam rumah dengan gelisah. Dirinya melangkah mondar-mandir di tengah rumah dan sesekali mengintip dari jendela.Rentetan pesan yang ia kirimkan kepada suaminya hanya dibalas satu kalimat singkat dan menusuk.Raga: Nanti kita bahas di rumah.Hanya itu. Dari sekian isi pertanyaan mengenai kondisi Tari hingga penjelasan dari apa yang sebenarnya terjadi, pria itu hanya membalas singkat tanpa mengatakan apapun lagi.Lima belas menit kemudian suara mobil yang ia kenali itu akhirnya terdengar. Raga memarkirkan mobilnya di depan rumah, dan melangkahkan kakinya gontai memasuki rumah.Kinan bangkit dari duduk dan menghampiri Raga p

  • Dibalas Dengan Dusta    20. Ular Berbisa

    Tubuh Kinan menegang, matanya terbelalak. Tari menunjukkan raut wajah yang tidak bersahabat. Sangat bertolak belakang dengan apa yang ia lihat malam tadi, bahkan hari-hari kemarin saat masih ada Nenek Lasmi.“Apa maksudmu?” tanya Kinan dingin. Memicingkan matanya. “Jadi selama ini kamu hanya berpura-pura?”Tanpa diduga, Tari tertawa. Meremehkan.“Meski Raga masih menginginkan kamu, harusnya kamu tahu diri kalau kamu sudah tidak berguna. Nenek Lasmi pun sudah tidak menginginkan kamu sebagai istri dari cucu kesayangannya. Kalau aku jadi kamu, aku akan mundur pelan-pelan dan membiarkan Raga bahagia dengan keluarga barunya dan calon anaknya yang sebentar lagi akan lahir.” Tari menyunggingkan senyum miring.Kalimat itu langsung menusuk ke dalam relung hatinya. Telinganya berdenging. Wajahnya pucat pasi. Tanpa ia sadari, sebuah mobil sudah berada terparkir di jalanan depan rumahnya sejak beberapa saat yang lalu.Kinan melangkah mundur, tapi tangannya ditarik oleh Tari yang masih menggenggam

  • Dibalas Dengan Dusta    19. Topeng

    Jika sesuai dengan rencana, Raga akan kembali pulang pagi hari berikutnya. Kinan sudah terbangun dari tidur tapi ia masih duduk di pinggiran kasur sambil menatap jendela yang langsung menghadap ke halaman rumah.Pikirannya masih teringat dengan apa yang Tari katakan malam tadi.Untuk pertama kalinya Tari berbicara panjang lebar saat itu, dan ketika Kinan bertanya kenapa dirinya baru mengatakan itu sekarang, Tari hanya menjawab karena ia ingin menjaga perasaan Nenek Lasmi.“Dan juga, sulit untukku meminta waktumu karena kamu terus-terusan berada di luar rumah,” katanya malam itu.Mau tidak mau Kinan membenarkan.Perubahan sikap Tari yang mendadak menjadi hangat itu membuat Kinan terus bertanya-tanya. Hatinya bahkan tidak merasakan ketulusan yang berusaha ditunjukan oleh wanita itu. Kata-kata yang keluar dari mulutnya seolah kosong tanpa ada isi.“Sebenarnya ada apa dengannya? Dan apa yang sedang ia rencanakan?” gumam Kinan dalam hati. Keningnya berkerut. Berpikir keras.Kinan mendesah

  • Dibalas Dengan Dusta    18. Empat Mata

    “Apa, Mas?” Kinan sukses melongo begitu mendengar Raga menceritakan rencana Nenek yang akan pulang sementara ke rumahnya di Desa. Raga menjawab dengan anggukan. “Kenapa kok Nenek tiba-tiba mau pulang? Perasaan kemarin bersikeras ingin tinggal disini?” Kinan mengerutkan keningnya heran. Raga mengangkat bahunya. “Nenek maunya begitu. Katanya dia akan kesini menjelang Tari lahiran.” “Dia mau melahirkan disini?” “Katanya sih begitu.” Kinan memalingkan wajahnya, menatap lurus jejeran mobil yang tengah diparkir di sebuah supermarket besar yang letaknya tak jauh dari rumah. Dilihatnya langit sudah menjadi kelabu dan sesekali terlihat kilatan petir mulai muncul. Beberapa minggu belakangan, cuaca sedang tidak menentu, jika pagi harinya bisa sangat terik, kemudian di sore hari bisa berubah menjadi hujan angin. Seperti sekarang. Saat ini. Untungnya Kinan dan Raga sudah menyelesaikan urusan berbelanja beberapa kebutuhan. Selama dua jam tadi, ia begitu ceria karena untuk pertama kalinya la

  • Dibalas Dengan Dusta    17. Adilkah Ini?

    Jika akhir pekan, Kinan memilih untuk tidak keluar rumah demi menghormati suaminya. Berbeda dengan hari biasa disaat suaminya harus berangkat kerja, Kinan memilih untuk mengasingkan diri di luar rumah ketimbang berada dalam satu atap bersama istri kedua suaminya dan juga nenek mertuanya yang kian hari kian sinis terhadapnya. “Hari ini jadi mau ke supermarket?” Raga muncul dari dalam kamar menghampiri Kinan yang tengah duduk di sofa sambil menonton siaran televisi. “Iya, jadi, Mas. Ada beberapa kebutuhan yang harus aku beli. Kamu nggak keberatan kan?” “Nggak kok. Mau jam berapa?” “Habis makan siang aja mungkin ya.” Raga mengangguk lalu melangkah keluar menuju teras rumah dan duduk di salah satu bangku menyeruput kopi yang sempat ia buatkan. Sementara Tari dan Nenek sedang berbelanja di tukang sayur keliling yang mangkal di ujung jalan perumahan. Biasanya Kinan yang bertanggung jawab melakukan itu di rumah ini, hanya saja, setelah kedatangan Tari di rumah ini, Raga harus lapor ke

  • Dibalas Dengan Dusta    16. Prasangka

    “Hai Mbak, hari ini datang lebih siang?” Seorang barista muda menyapa kedatangan Kinan. “Iya nih, ada yang harus aku kerjakan dulu tadi.” Kinan membalas senyuman ramah barista itu. “Oh lagi sibuk banget sepertinya ya. Pesan seperti biasa?”Kinan mengangguk. “Tambah satu sloki espresso ya dan Butter Croissant satu.” “Siap, butuh kopi yang lebih strong banget kayaknya Mbak.” “Iya nih, deadline udah tinggal dikit lagi. Mesti dikebut.” “Sip, pesanannya sudah masuk. Mbak duduk aja dulu, nanti pesanannya aku yang anterin. Spot biasa juga masih kosong tuh, tumben. Biasanya rebutan. Jodohnya Mbak Kinan.” “Ah, bisa aja kamu. Makasih banyak, Jes.” Senyuman Kinan semakin mengembang. Barista yang bernama Jessica itu membalasnya dengan kedipan sebelah mata. Kinan berbalik badan dan menuju salah satu spot favoritnya yang terletak di sudut ruangan, sedikit tertutup karena adanya pilar yang menyembul di antara bangunan namun memiliki jendela besar yang bisa memantau pergerakan orang di luaran

  • Dibalas Dengan Dusta    15. Siasat

    Tari tak kuasa mengepalkan tangan dan meremas ujung dasternya. Gejolak amarah sudah mulai memenuhi hatinya. Terlebih ketika pria itu mulai bangkit dan berjalan memasuki kamarnya yang ditempati bersama Kinan. Matanya berkilat tajam ke arah pintu yang tertutup rapat itu. “Jangan dipikirin apa kata Raga. Sekarang dia boleh ngomong begitu, tapi kita nggak pernah tahu apa yang terjadi kedepannya.” Nenek Lasmi berkata. Tari menoleh. Melepaskan genggamannya pada ujung daster. Melemaskan ototnya dan kembali mengatur emosinya. “Iya, Nek. Aku paham kok. Ah, Kinan begitu beruntung mendapatkan suami seperti Raga.” Tari mengulas senyumnya terpaksa. ‘Mestinya aku yang mendapatkan Raga kala ini,’ lanjutnya dalam hati. Matanya terpaku pada pintu kamar yang tertutup. Kamar kedua yang terletak di paling belakang rumah ini bisa dibilang tidak cukup layak untuk disebut kamar. Kini ia harus menempati kamar itu bersama dengan Nenek Lasmi yang semakin membuatnya sesak. ‘Seharusnya aku yang menempati ka

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status