Home / Romansa / Dibuang Ajudan Dinikahi Komandan / Kamu Cuma Anak Pembantu!

Share

Kamu Cuma Anak Pembantu!

Author: Brata Yudha
last update Last Updated: 2025-05-19 02:52:17

“Pelan-pelan toh, Lam, makannya.” Sang Ibu mengingatkan. 

Nilam tak menyahut ucapan ibunya. Ia lebih tertarik untuk menuntut penjelasan dari sang Ibu. “Bu, maksud Ibu, Ibu mau jodohin Nilam sama anaknya Bu Salma? Sama papanya Ara?” 

Ia kaget, jelas saja.

“Kan kenalan dulu, Lam. Siapa tau cocok,” jawab sang Ibu dengan enteng. 

“Tapi, Bu....”

“Kalau kamu nggak mau nggak apa-apa, kok. Ibu nggak akan maksa.” 

Nilam kembali meneguk minumannya. Berusaha menenangkan diri dari keterkejutannya. 

“Tapi menurut Ibu, nggak ada salahnya juga kenalan dulu, Lam. Anaknya Bu Salma itu sudah mapan. Kalau kamu menikah sama laki-laki seperti dia, Ibu yakin hidup kamu nggak akan kekurangan, apalagi sampai harus kerja jadi pembantu lagi. Masa depanmu akan cerah,” ucap ibunya memberi nasihat. 

Nilam menunduk. Ia paham betul sang Ibu bermaksud baik demi masa depannya. Namun, jatuh cinta pada orang lain tidak segampang jatuh cinta seperti di film-film. Apalagi Nilam juga masih mengharapkan seseorang saat ini. Ya, meskipun ia malah menyaksikan pria itu melamar wanita lain. 

“Maaf, Bu. Nilam belum bisa kasih jawaban sekarang. Nilam belum kepikiran buat ke arah sana, tapi mungkin Nilam akan coba pertimbangkan,” jawab Nilam diselimuti kebohongan. 

Sejujurnya, Nilam sudah sangat ingin menikah dan memiliki pendamping hidup. Namun sayangnya, pria yang Nilam harapkan menjadi suami dunia akhiratnya malah memupus mimpi indah itu. Bagaimana mungkin tiba-tiba ia memikirkan tentang menikah dengan pria lain? 

Ibu Nilam mengangguk seraya tersenyum tipis. “Nggak apa-apa, Nak. Kamu boleh pikirin dulu. Kalau kamu nolak pun Ibu nggak akan maksa, karena yang paling penting bagi Ibu adalah kebahagiaan kamu, Lam.”

Setelah obrolan serius itu selesai, Nilam memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Merenung cukup lama sambil menatap langit-langit kamar. Nilam masih kepikiran soal Indra. Ia ingin menghubungi pria itu, berharap ia masih punya kesempatan untuk menikah dengannya. Namun, sayangnya nomor Indra sudah lama tidak aktif. 

“Apa aku langsung ke rumahnya aja, ya?” Ide itu terlintas di kepala. “Tapi Bang Indra kan dari dulu jarang ada di rumah.” Nilam malah jadi bimbang sendiri. 

Nilam berbalik dan menatap layar ponselnya yang masih menyala. Menampilkan wallpaper bergambar wajah Indra yang selama ini membuatnya semangat dalam mengejar cita-cita. 

Nilam tiba-tiba punya ide lain. Besok, ia akan menemui Indra langsung ke kesatuannya untuk menanyakan kejelasan hubungan mereka. Bagaimanapun, Nilam berhak tahu. Ia benar-benar masih berharap kalau Indra berjodoh dengannya.  

Esoknya, sesuai dengan rencana awal Nilam. Ia datang ke kesatuan tempat Indra berdinas. Ia lama menatap gerbang Batalyon itu dari luar, untuk memastikan ingatannya kalau memang di sana lah tempat Indra ditugaskan. Dulu Indra pernah memberitahunya nama kesatuannya. Meskipun, Nilam sendiri belum pernah ke sana. Semoga saja Indra belum dipindah tugaskan ke tempat lain. Setelah Nilam yakin, ia mendekat ke pos jaga. Bertanya pada salah satu tentara yang berjaga di sana. 

“Permisi, Mas.” 

Seorang pria berbaju loreng dan bersenjata lengkap mendekat. “Cari siapa, Mbak?” tanyanya ramah. 

“Saya mencari Bang Indra. Sersan Indra Sanjaya. Saya Nilam, temannya.”

“Sudah janjian?” tanya tentara itu. 

Nilam menggeleng. 

Penjaga posko akhirnya membawa Alifa ke ruang penerimaan tamu. Ia dimintai KTP, dan juga mengisi buku tamu. 

“Mbak tunggu sebentar, ya, kami akan konfirmasi dulu sama Sersan Indranya.”

Nilam mengangguk dan menunggu dengan sabar. Setelah beberapa menit kemudian, akhirnya yang ditunggu datang juga. Indra muncul di belakangnya, membuat Nilam sangat senang. Akhirnya, setelah sekian lama ia bisa bertemu lagi dengan Indra secara langsung. Nilam begitu merindukan pria itu. Penampilannya tidak banyak berubah, tetap tampan dan gagah seperti dulu. Namun, sikap pria itu justru malah semakin dingin padanya. 

“Kita bicara di luar.” Indra langsung menarik pergelangan tangan Nilam dan membawa gadis itu ke tempat yang lebih sepi, jauh dari tatapan para penjaga atau rekannya. 

Setelah memastikan situasi aman dan hanya mereka berdua di sana. Indra langsung menyerbu dengan pertanyaan nyelekitnya. 

“Kamu ngapain sih ke sini?” tanyanya dengan nada ketus. Nilam sebenarnya kaget. Tapi Nilam harus mengetahui jawaban Indra soal nasib hubungan mereka. 

“Bang Indra, Nilam cuma mau tanya soal hubungan kita. Kemarin itu—”

“Memangnya sejak kapan kita punya hubungan?”

Deg!

Nilam langsung menatap Indra dengan tatapan tak percaya. Apa Indra sudah amnesia? Padahal, dia sendiri yang halo dek halo dek kepadanya. Kenapa sekarang mendadak bertanya seperti itu seolah tidak pernah terjadi apa-apa di antara mereka? Seolah mereka hanya dua orang asing yang tidak saling kenal. 

“Loh? Kan selama ini Bang Indra bilang cinta sama aku dan pernah bilang juga kalau Abang akan nikahin Nilam kalau Nilam udah punya gelar. Sekarang, Nilam udah punya gelar, Bang. Nilam udah sarjana. Tapi kenapa kemarin Abang malah ngelamar perempuan lain?” tanya Nilam dengan suara bergetar. 

Ia berharap jawaban Indra akan menenangkan hatinya yang sedang berkobar panas, tetapi nyatanya pria itu malah tertawa mengejek. 

“Punya gelar apa, sih, kamu?” 

“Sarjana pendidikan Bahasa Inggris, Bang.”

“Terus pekerjaan kamu?” tanya Indra lagi. Masih dengan nada merendahkan. 

“Belum, Nilam masih–“

“Masih jadi pembantu?” Indra menyela. Membuat Nilam mengangkat wajahnya. 

“Nilam cuma gantiin Ibu kemarin karena Ibu lagi sakit, Bang.” Nilam mencoba membela diri. 

“Ooh.. berarti pengangguran, ya kamu?”

Nilam tak membantah karena memang itulah faktanya.

“Udahlah, Lam. Bangun dari mimpi kamu. Gini ya, aku perjelas aja deh. Kita itu nggak setara. Kamu pikir kenapa aku melamar perempuan lain? Coba kamu ngaca, bandingin diri kamu sama dia. Sama Selina. Jauh! Jauh banget Lam. Kamu cuma anak pembantu, sedangkan Selina anak orang kaya dari lahir. Kamu pikir, perempuan kayak kamu ini pantes buat aku? Nggak! Aku nggak akan sudi nikah sama anak pembantu macam kamu.”

Kalimat itu membuat detak jantung Nilam seolah berhenti sejenak. Ada sesuatu yang menusuknya dengan kuat. Bola matanya mulai berembun. Hatinya sakit sekali.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dibuang Ajudan Dinikahi Komandan   Fitnah Keji

    Nilam langsung berlari menghampiri sang Ibu. Tampak wajah ibunya basah oleh air mata. Meskipun belum tahu apa yang sebenarnya terjadi, hati Nilam benar-benar sakit melihat ibunya menangis seperti itu. "Ibu, ngapain sih berlutut gini?" tanya Nilam. Nyonya Mona tersenyum sinis melihat kedatangan Nilam. "Ooh, ini anaknya maling muncul. Main selonong pula. Memang benar-benar keluarga nggak punya adab!" ucapnya. Nilam terkejut. Ia fokus dengan kalimat 'anaknya maling' yang diucapkan Nyonya Mona. "Maksud Ibu apa?" tanya Nilam yang enggan memanggil wanita paruh baya itu dengan sebutan 'Nyonya'. "Ibu kamu ini kepergok maling uang saya!" Nilam terbelalak. Ia langsung menoleh ke arah ibunya yang langsung menggelengkan kepalanya. "Nggak. Itu nggak benar, kan, Bu?" tanya Nilam yang tidak mempercayai ucapan Nyonya Mona. "Iya, Nya. Saya nggak mencuri. Demi Allah," jawab ibu Nilam dengan suara gemetar. Nilam memegang bahu ibunya, mencoba membantu sang Ibu berdiri. Namun, Ibu Nilam menolak u

  • Dibuang Ajudan Dinikahi Komandan   Kena Omel

    Awalnya, Nilam tidak memiliki clue sama sekali tentang siapa gerangan pria yang memiliki tatapan tajam dan mengintimidasi, tetapi sekaligus berwibawa tersebut. Pria itu jelas lebih dewasa dari Nilam. Posturnya lebih tinggi dan gagah di banding tentara lain. Saat Indra menyebut kata 'Komandan', Nilam langsung menghampiri pria tersebut dengan segala rasa jengkel dan marah di hatinya. Ia yakin kalau pria itu mungkin atasan atau seniornya Indra. Tak terlihat raut takut atau secuil rasa segan yang ditunjukkan Nilam untuk sang Komandan. Ia justru dengan beraninya berhadapan dengan pria tersebut dan menunjuk Indra dengan segenap emosi. "Pak! Ini si Indra bawahan Anda, tukang PHP! Tukang selingkuh! Sombong sundul langit!" kata Nilam menggebu-gebu di depan hidung pria tersebut. Ketiga pria yang ada di tempat tersebut kompak terlihat kaget. Si supir membelalakkan matanya. Indra ikut melotot dan menatap protes ke arah Nilam. Sementara pria yang dipanggil Nilam Komandan hanya mengernyitkan ke

  • Dibuang Ajudan Dinikahi Komandan   Dia Berubah

    Nilam menatap wajah Indra dengan nanar. Wajah itu masih sama seperti yang diingatnya. Nilam hapal bentuk setiap bagian wajah Indra. Alisnya, hidungnya, bibirnya. Tak ada yang berubah dari terakhir mereka bertemu. Yang berubah adalah tatapan pria tersebut. Tak ada lagi kehangatan dan binar antusias seperti dulu. "Kamu... kamu sadar kan pas ngomong semua itu, Bang?" tanya Nilam lirih. Indra mengangguk yakin. "Ya maaf-maaf aja kalau kesannya nyakitin. Tapi kamu memang harus dibikin sadar diri biar nggak mimpi terlalu tinggi lagi," jawabnya. Jleb! Mimpi terlalu tinggi? Nilam rasanya tak memercayai pendengarannya sendiri. Bagaimana bisa Indra berkata seperti itu? Padahal pria itulah yang sejak dulu melambungkan harapan dan angan Nilam. "Kamu kok tega sama aku, Bang?" Nilam kembali berkata dengan lirih. "Ya biar kamu sadar, Nilam. Kamu dan Selina itu nggak bisa dibandingkan. Jauh! Jelas aku lebih milih dia daripada kamu." "Kamu lupa sama janji kamu sendiri, Bang?" Indra mengernyitka

  • Dibuang Ajudan Dinikahi Komandan   Kamu Cuma Anak Pembantu!

    “Pelan-pelan toh, Lam, makannya.” Sang Ibu mengingatkan. Nilam tak menyahut ucapan ibunya. Ia lebih tertarik untuk menuntut penjelasan dari sang Ibu. “Bu, maksud Ibu, Ibu mau jodohin Nilam sama anaknya Bu Salma? Sama papanya Ara?” Ia kaget, jelas saja.“Kan kenalan dulu, Lam. Siapa tau cocok,” jawab sang Ibu dengan enteng. “Tapi, Bu....”“Kalau kamu nggak mau nggak apa-apa, kok. Ibu nggak akan maksa.” Nilam kembali meneguk minumannya. Berusaha menenangkan diri dari keterkejutannya. “Tapi menurut Ibu, nggak ada salahnya juga kenalan dulu, Lam. Anaknya Bu Salma itu sudah mapan. Kalau kamu menikah sama laki-laki seperti dia, Ibu yakin hidup kamu nggak akan kekurangan, apalagi sampai harus kerja jadi pembantu lagi. Masa depanmu akan cerah,” ucap ibunya memberi nasihat. Nilam menunduk. Ia paham betul sang Ibu bermaksud baik demi masa depannya. Namun, jatuh cinta pada orang lain tidak segampang jatuh cinta seperti di film-film. Apalagi Nilam juga masih mengharapkan seseorang saat ini.

  • Dibuang Ajudan Dinikahi Komandan   Tamu

    “Mama!” Anak kecil itu terus memanggil Nilam dengan sebutan Mama, sambil berusaha turun dari gendongan neneknya. Tangannya menggapai baju Nilam namun segera dihentikan oleh sang nenek.“Ara, itu bukan Mama kamu, Sayang,” ucap Bu Salma menenangkan anak kecil bernama Ara itu.Nilam sempat shock ketika ia dipanggil Mama. Tetapi kemudian menjadi haru saat Bu Salma—Mantan majikan ayahnya menjelaskan kenapa tingkah cucunya seperti ini.“Maaf, ya, Nak Nilam. Ara memang merindukan figur seorang ibu. Sejak bayi, dia memang tidak pernah mendapatkan kasih sayang seorang Ibu. Ibunya meninggal sewaktu melahirkan Ara. Jadi ya kadang-kadang suka begini, manggil-manggil Mama ke sembarang orang. Maaf ya, jadi nggak enak saya. Tapi sebenarnya saya juga kasihan sama Cucu saya ini. Ara butuh sosok seorang ibu, tapi... papanya malah belum mau menikah lagi hingga sekarang.” Bu Salma terlihat sedih saat menceritakan kehidupan cucunya.Nilam terenyuh. Hatinya menjadi ikut sedih. Ia menatap bola mata gadis ke

  • Dibuang Ajudan Dinikahi Komandan   Mama

    Wajah Nyonya Mona memerah, campuran antara rasa marah dan malu yang dirasakannya karena perbuatan Nilam. Sementara itu, Nilam masih berdiri mematung seraya menatap Indra yang membuang wajah dan bersikap seolah tidak mengenalnya. Nyonya Mona berdiri dan menghampiri Nilam. "Apa-apaan ini, Nilam?" serunya membentak Nilam. Nilam terkesiap. Ia tersadar dan langsung kaget menyadari nampan yang tadi dipegangnya sudah tidak lagi di tangan. Matanya terbelalak melihat kepingan gelas dan air menggenangi lantai. "Kamu ini bisa kerja atau nggak sebenarnya, hah! Bikin malu saja!" maki Nyonya Mona lagi dengan emosi yang tertahan. Tampak ia berusaha tidak terlalu melampiaskan kekesalannya karena perlu menjaga muka di hadapan calon besan dan calon menantu."M-maaf, Nya," balas Nilam yang masih shock dengan kehadiran Indra di sana. "Cepat bersihkan!" perintah Nyonya Mona. Nilam langsung berjongkok dan membersihkan kekacauan yang tidak sengaja diciptakannya itu. Tangannya tanpa sadar bergetar hebat

  • Dibuang Ajudan Dinikahi Komandan   Berita Duka

    "Minimal jadi bidan atau sarjana lah, baru Abang mau nikah sama kamu, Dek. Kalau cuma lulusan SMA kayak kamu gini, maaf-maaf aja, Dek. Kita nggak setara. Aku ini tentara, loh."Kata-kata itulah yang selalu diingat Nilam dalam hidupnya. Kata-kata yang memotivasi dirinya hingga akhirnya lulus menjadi Sarjana muda di usianya yang baru 22 Tahun. Ia mengambil jurusan bahasa Inggris di universitas ternama dengan jalur beasiswa. Berkat kegigihannya, ia lulus dengan gelar cumlaude. Nilam bukan berasal dari keluarga mampu, ia berasal dari keluarga miskin yang ayah dan ibunya bekerja menjadi seorang pembantu dan supir di rumah keluarga kaya raya."Aku yakin, Bang Indra mau nerima aku sekarang," ucapnya percaya diri. Ia sudah membayangkan akan menikah dengan pria impiannya dan menjadi Cinderella di prosesi sangkur pora mereka nanti.Pria itu bernama Indra Sanjaya, seorang tentara berpangkat Sersan satu yang saat ini bertugas menjadi Caraka/Ajudan yang membantu Pak Danyon (Komandan Batalyon) di k

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status