Masuk“Tuan Ernest, itu … apakah aku boleh meminta sesuatu darimu?”Ernest yang hendak membuka pintu mobil itu menghentikan tindakannya lalu kembali duduk dan kini menoleh ke arah Evelyn. “Kamu yakin meminta kepadaku?” tanya Ernest dengan raut wajah heran.Eveling menarik nafas dalam-dalam sambil memejamkan matanya, kemudian membukanya kembali dan berbicara dengan tegas, “Ya, kamu tidak salah.”“Aku ingin meminta bantuanmu.”Ernest hanya terdiam dan masih berpandangan dengan Evelyn yang kini terfokus padanya. Untuk sesaat, entah kenapa Ernest merasa bahwa mata Evekyn terlihat jernih dan polos di saat bersamaan Ernest kemudian memalingkan wajahnya menghadap ke depan untuk menutupi rasa malunya sambil membalas, “Apakah kamu sanggup membayarnya?”Mata Evelyn berkaca-kaca ketika pertanyaan itu meluncur dari mulut Ernest. Sedangkan Ernest sedikit terlonjak saat melihat mata Evelyn yang kini dipenuhi air mata. Ernest mengurutkan keningnya sambil menelan ludah dengan sedikit rasa bersalah, “Ada
“Ap–apa yang kamu lakukan di sini?”Pertanyaan itu muncul begitu saja saat Evelyn memandang tidak percaya pada orang di depannya. “Kamu tidak butuh tumpangan?” Evelyn terdiam mendengar kegigihannya, lalu menjawab sedikit tidak berdaya, “Tuan Ernest, tolong jangan bermain-main.”Ernest tersenyum kecil melihat Evelyn tampak tidak berdaya seperti itu. Dia hanya lewat untuk memastikan bahwa Evelyn memakai gaun yang dia berikan sebelumnya. Apalagi setelah Evelyn membalas dengan kejam untuk membayar gaun yang dia berikan. “Aku tidak main-main,” balas Ernest sambil menekan senyum di bibirnya. “Gaun itu terlalu mahal untuk kamu seret di jalanan.”Evelyn mendengkus seraya memutar bola matanya dengan malas, “Anda meremehkan saya.”“Tenang saja, saya akan membayarnya,” lanjut Evelyn sombong. Ernes menggelengkan kepalanya tanpa terlihat. Dia baru teringat bahwa Evelyn belum membaca pesan yang dia kirim sebelumnya.“Tidak perlu dibahas lagi,” kata Ernest. “Ayo, naik. Aku ingin cemilan malam da
Dipandang jijik oleh wanita yang pernah dia tolak dan hina membuat wajah Kevin menjadi buruk. Bahkan jika dia menyombongkan diri ke mana-mana, bukan berarti Evelyn bisa mengkritiknya dan memandangnya dengan tatapan seperti itu. “Aku dan Sira sudah berbaik hati memperingatkanmu. Namun, kamu malah menghinaku,” kata Kevin dengan raut wajah yang semakin dingin. “Keputusanku sudah tepat saat melepasmu lebih memilih Sira. Ucapan tidak memiliki sopan santun sama sekali.”“Aku mengatakan sebuah fakta, Kevin,” balas Evelyn sambil mengangkat kedua bahunya secara bersamaan. “Bukankah sudah kubilang urusan kita memang sudah selesai dan aku ke sini hanya untuk memenuhi undangan calon istrimu saja.”“Jangan seolah-olah aku datang untuk bertemu denganmu. Aku bahkan tidak sudi melihat wajahmu itu.”Kevin memelototi Evelyn seolah wanita itu bisa cambuk hanya dengan tatapannya yang berbisa. “kamu jangan merasa sombong! Aku tahu kamu tidak menyukai Sira jadi aku datang untuk melindunginya dari pikiranm
Mata Sira tampak dingin saat dia berkata, “kakak tidak akan merasa iri dengan pencapaianku, kan?”“Bagaimana mungkin itu bisa terjadi?” ujar Evelyn sambil tertawa saat memahami apa yang diucapkan oleh Sira. “Lagi pula kalian sudah saling mencintai sejak lama. Apa yang bisa aku lakukan sebagai orang luar? Aku hanya bisa mendoakan yang terbaik untukmu.”Sirah tersenyum sini sebagai tanggapan atas perkataan Evelyn. Bahkan meski dari matanya Evelyn benar-benar tidak peduli Sira yakin bahwa Evelyn tidak setegar seperti yang terlihat. “Syukurlah kalau kakak sadar diri dan menjauh, daripada mengemis perhatian orang yang bahkan tidak mencintaimu sama sekali dari awal,” kata Sira sambil menatap remeh ke arah Evelyn. “Tenang saja, aku tidak akan mengambil sampah yang sudah aku buang,” balas Evelyn dengan tenang.“Apa maksudmu berbicara seperti itu?!” Teriak Sira dengan marah soal ada ranjau yang meledakkan emosinya untuk sesaat. Dia merasa Evelyn Tengah merendahkan dirinya seolah mendapatkan
Pelayan itu tertegun saat melihat undangan digital yang diberikan oleh Evelyn. Matanya menatap undangan itu dan wajah Evelyn yang dingin beberapa kali sebelum dengan canggung mengkonfirmasi. “Ini memang undangan resmi dari nomor meja 107,” kata pelayan itu dengan suara kecil dan gugup. “Ma–maafkan saya.”Evelyn hanya tersenyum menanggapi. Tidak ada kata kasar atau menuduh seperti kebanyakan orang yang tertolak di pintu masuk.“Tidak masalah,” kata Evelyn penuh santai. Senyumnya masih halus dan cantik saat dia lanjut berkata, “Lain kali kamu harus berhati-hati untuk pengunjung selanjutnya.”Pelayan itu menundukkan kepalanya dengan malu. Restoran tempat dia bekerja ini termasuk yang paling mewah, bahkan bisa dibilang bersaing dengan restoran kelas atas milik Rans Group. Dia sudah mendapatkan pelatihan tata cara menerima tamu dengan baik dan sopan tanpa menyinggung orang-orang elit kelas atas.Sebenarnya dia sudah menebak identitas Evelyn dari pakaiannya bahwa dia buka orang yang biasa
Evelyn terpaku pada kotak yang dibawa oleh Jack di hadapannya saat ini, “Ini … dari Tuan Ernest?”Jack k dengan wajah tersenyum menjawab dengan bangga, “Ya, Tuan Ernest memberikan ini sebelum dia melakukan pertemuan hari ini. Dia memastikan Nona Evelyn sukses.”Evelyn ternganga tidak percaya. Sebelumnya Ernest memberinya gaun mewah karena memang dia tidak punya gaun lain untuk dipakai, jadi dia menerima saat Ernest memberinya gaun itu. Apalagi dia menghadiri acara besar dan mewah bersama Ernest, dia menerimanya tanpa pilihan lain. Evelyn hanya tidak mengira bahwa Ernest suka memberi karyawannya barang yang mahal. Evelyn terharu dan menatap Jack dengan pandangan rasa berterima kasih, “Terima kasih sudah mengantarkannya padaku. Aku akan berterima kasih kepada Tuan Ernest sendiri nanti.”“Kalau begitu saya bisa pergi sekarang,” kata Jack sambil mengangguk dan kemudian meninggalkan Evelyn yang berdiri di depan pintu kamarnya di kediaman keluarga Avram.Evelyn masih mematung beberapa saa







