Share

Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan
Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan
Penulis: Bintang

BAB 1 : Diumpankan

Penulis: Bintang
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-08 16:40:18

PLAK!!

“Jaga kata-katamu itu, Aruna! Kau pikir kau bicara pada siapa?!”

Aruna, gadis yang baru saja ditampar itu menatap nanar pada sang ibu tiri. “Bu, aku tidak mungkin melakukan itu. Aku memiliki Julian, Bu…”

Lisa menatap Aruna dengan mata melebar karena marah. “Apa gunanya itu sekarang? Putra dari keluarga Ishak menyukaimu dan keluarga itu bisa menolong kesulitan keuangan kita! Aku tidak mau tau. Minggu depan kau akan mulai berkencan dengan Anton agar pernikahan kalian bisa dilaksanakan secepatnya!”

“Bu…”

“Sekali-kali jadilah berguna untuk keluarga!” Selesai berkata, Lisa membalikkan tubuh, mengambil tas tangannya dan keluar begitu saja dari rumah.

Aruna terhuyung dan berpegangan pada sandaran sofa dan berusaha duduk dengan menahan sesak di dadanya.

Apa yang tadi dikatakan oleh ibu tirinya itu?

Dirinya harus menikah dengan Anton? Playboy yang terkenal sejak Aruna SMA itu, memang mengejarnya. Aruna selalu menolaknya, karena ia telah memiliki Julian.

Ia dan Julian telah menjalin hubungan sejak lima tahun lalu. Bagaimana bisa ibu tirinya menjadikan ia sebagai alat untuk mengatasi keuangan mereka?

Lagipula, siapa yang telah hidup begitu boros? Menghabiskan sedikit demi sedikit aset-aset yang dulu dimiliki ayah Aruna?

Itu ibu tirinya dan saudara tirinya, Ferliana. Mereka berdua!

Lalu apa tadi yang dikatakan lagi oleh ibunya? Sekali-kali menjadi berguna untuk keluarga?

Ya Tuhan!

Semenjak ayahnya mengalami kecelakaan dan mengalami kebangkrutan perusahaan karena penipuan oleh asisten terpercayanya, dia lah yang menghidupi keluarga ini!

Aruna mengusap pipinya yang terasa panas dan membekas merah. Perlahan ia bangkit dan berjalan menuju kamar ayahnya yang tengah tertidur pulas.

“Ayah…” panggil Aruna pelan saat ia telah berada di tepi tempat tidur ayahnya yang menempati kamar kecil di lantai dua rumah, karena kamar utama ditempati oleh Lisa.

Melihat ayahnya masih terlelap, Aruna memanggil sekali lagi. “Ayah…”

Namun sang ayah tetap bergeming dan tak terbangun oleh panggilan Aruna. Aruna pun menghela napas sedih dan berbalik.

Satu-satunya harapan mungkin dengan meminta bantuan Julian. Ia mengeluarkan ponsel lalu menekan nomor Julian, kekasih Aruna.

“Halo… Jul…”

‘Aruna. Kok tumben jam segini menelepon. Biasanya kau sibuk mengurus makan malam ayahmu. Ada apa?’ Sebuah suara terdengar dari seberang telepon.

Aruna hendak membuka mulut untuk berkata, namun Julian di seberang sana lebih dulu menyelanya.  

‘Ah, lupakan. Sebenarnya ini kebetulan kau meneleponku, Aruna. Ada suatu hal yang harus kita bicarakan juga.’

Aruna terkesiap. “Ada apa? Apakah ada sesuatu yang penting? Apa kau masih di kantor?”

Julian terdiam sejenak. ‘Tidak, aku sudah pulang dari kantor. Dan ya, ini cukup penting.’

“Ada kaitannya dengan kita?”

‘Ya… Ini memang tentang kita,’ jawab Julian.

Deg.

Perasaan gelisah serta merta menyerbu hati Aruna. “Ada.. apa tentang kita, Jul?” tanya Aruna hati-hati.

‘Emm… Aruna, sebenarnya aku…’

“Jul, apa sebaiknya kita bicara saat ketemu saja? Jika ini masalah penting, lebih baik kita bicara secara langsung,” Aruna dengan gugup memotong kalimat Julian. Perasaan gelisah di hatinya kian menjadi.

Entah ada apa, tapi ia seperti hendak menunda Julian mengeluarkan kalimatnya.

“Jul?”

Julian tidak menjawab Aruna beberapa detik. ‘Baiklah. Apa kau bisa keluar? Kita ketemu di Browners dalam setengah jam. Apa kau bisa?’

“Tapi… kalau sekarang, ibu baru keluar dan Ferli belum pulang. Tidak ada yang menjaga ayah di rumah,” ujar Aruna bingung. “Bagaimana jika besok? Sepulang kantor kita bertemu?”

Setelah beberapa saat, Julian menjawab. ‘Oke, besok. Agar tidak terlalu jauh, kita bertemu di Plaza Amerta dekat kantorku saja. Karena aku masih ada yang harus dilakukan setelah jam kantor besok.’

“Baik, besok di Plaza Amerta. Oh, ada coffee shop cukup enak disana. Kita ketemu disana saja.”

‘Ok.’

Sambungan telepon akhirnya usai setelah beberapa kalimat penutup. Namun rasa gelisah yang terjadi di hati Aruna, sama sekali tak mereda.

Ia hanya berusaha meyakinkan dirinya, bahwa rasa tak nyaman di hatinya ini, semata-mata karena perintah ibu tiri yang meminta dirinya menikah dengan Anton.

Ibu tirinya telah mengumpankan dirinya pada keluarga Ishak untuk mengatasi masalah keuangan mereka.

* * *

Keesokan harinya, seperti yang telah dijanjikan Aruna, ia datang ke Plaza Amerta sepulang kerja. Langkahnya terhenti di depan sebuah coffee shop di lantai tiga Plaza termegah di kotanya.

Aruna mengambil tempat duduk di sudut dekat jendela dengan tanaman artifisial yang ditata cantik di bawah jendela. Ia memesan Iced Mocha Latte dingin lalu menunggu kekasihnya --Julian-- dengan tenang.

Tak begitu lama, ia melihat seorang pria berperawakan cukup tinggi mengenakan setelan kemeja berwarna dadu dipadu celana katun berwarna coklat gelap masuk ke dalam coffee shop dan melambai pada Aruna.

Dengan hati senang Aruna mengangkat tangan untuk membalas lambaian pria itu. Namun tangannya terhenti di udara, saat melihat pria itu tidak datang sendiri.

Seorang wanita berparas cukup cantik dengan polesan make up yang cukup nyata, berjalan di belakang pria itu. Raut wajahnya tampak datar namun mengulas senyum ke arah Aruna saat sang pria menoleh pada wanita itu.

“Ferli? Kenapa dia disini bersama Julian?” bisik Aruna bingung. Namun ia memilih membalas senyuman Ferli, saudara tirinya, lalu menyapa Julian saat mereka akhirnya tiba di meja tempat Aruna berada.

“Kau tidak menunggu lama, kan?” Julian bertanya.

“Tidak, aku baru sampai dan sudah memesan minuman. Apa kau mau aku pesankan juga? Vietnam drip?” Aruna menawarkan dengan senyum kecil di bibir yang ia poles tipis dengan lip tint berwarna nude.

“Tidak perlu. Kami tidak akan lama, Aruna.”

“Kami?” Kening Aruna berkerut.

“Ya, aku dan Ferli. Kami ada urusan. Aku akan langsung saja bicara intinya,” sahut Julian lalu duduk setelah menggeser kursi di sebelahnya untuk Ferliana.

Tatapan Aruna jatuh pada keduanya bergantian. Ia semakin tidak mengerti mengapa Julian seolah mempersilahkan Ferliana duduk di samping Julian, sementara di sisinya pun masih ada satu kursi kosong.

“Ada… apa Jul?” Kalimat Aruna terdengar pelan dan sedikit ragu. Meskipun belum bisa menebak apa yang akan dibicarakan kekasihnya itu, namun dada Aruna mulai berdentum tak beraturan.

“Begini Aruna, aku tahu kita telah bersama selama lima tahun. Kita menjalani hubungan yang cukup baik..”

“Cukup baik?”

“Tolong jangan dipotong dulu. Biarkan aku selesai,” sergah Julian. “Namun ada masa memang aku mengalami titik jenuh dan sedikit bosan.”

‘Apa? Bosan?’ batin Aruna terkejut.

“Saat itulah, terjadi kekhilafan,” Julian menjeda kalimatnya.

Aruna menatap kedua mata Julian dengan pandangan kebingungan. Ia bisa menangkap sorot acuh namun juga sedikit kehati-hatian dari mata pria di depannya itu.

Dan sungguh ia tak menduga kalimat berikutnya akan terucap dari Julian, kekasihnya itu.

“Aruna,” Julian berdehem. “Sepertinya sudah saatnya kita sudahi hubungan kita. Ferliana sekarang bersamaku.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (40)
goodnovel comment avatar
Bintang
Makasih bgt kaaa.... Enjoy Runa n Brahmana nya yaa
goodnovel comment avatar
Bintang
siapp, makasih kakaa
goodnovel comment avatar
Bintang
Makasih kakaaa... Aruna selalu sabar kak. Pd waktunya hajar balik. Qiqiqi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan   Extra Part 3

    Fathan membuka pintu apartemen dengan perlahan, menghela napas panjang setelah hari yang cukup melelahkan.Matahari sudah tenggelam, dan hanya lampu-lampu kecil di sudut ruangan yang menyinari apartemen.Dia mengharapkan sambutan hangat dari Shanti, seperti biasanya. Namun, saat masuk ke dalam, Fathan langsung merasakan sesuatu yang memang berbeda malam itu.Shanti berdiri di tengah ruangan, kedua tangannya bersilang di dada, dan wajahnya menunjukkan ekspresi tegang namun dingin.Tatapannya menusuk, seolah-olah dia sudah lama menunggu kedatangan Fathan hanya untuk menghujaninya dengan kekesalan.Fathan mengerutkan alis, merasa ada yang tidak beres.“Ada apa? Kenapa wajahmu terlihat seram, seperti orang marah?” Fathan mencoba menggoda.Shanti menatap Fathan dengan tajam, tidak langsung menjawab. Seolah-olah sedang berusaha menahan diri untuk tidak meledak. “Bukankah kau bilang ada yang ingin kau bicarakan? Dan kau bilang sebentar lagi pulang. Tapi larut malam begini, kau baru pulang.”F

  • Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan   Extra Part 2

    Pagi itu, sinar matahari menyelinap melalui tirai apartemen yang belum sepenuhnya tertutup, menerangi ruangan yang tertata rapi.Shanti baru saja selesai sarapan dan memutuskan untuk membersihkan apartemen yang ia tinggali bersama Fathan.Setelah beberapa bulan tinggal bersama, Shanti sudah mulai terbiasa dengan ritme hidup baru ini, meskipun ada kalanya dia masih merasa canggung. Namun, pagi ini, ada perasaan aneh yang merambat di hatinya, membuatnya gelisah tanpa alasan yang jelas.Shanti mengenakan kaus longgar dan celana pendek, rambutnya diikat ke atas, siap untuk menjalani hari dengan membersihkan apartemen.Ia memulai dari dapur, kemudian ruang tamu, dan akhirnya tiba di kamar tidur mereka. Tempat tidur masih berantakan dengan selimut dan bantal yang berserakan —tanda bahwa kegiatan yang cukup dahsyat terjadi tadi malam.Saat sedang merapikan selimut, matanya tertuju pada lantai berkarpet di bawah ranjang mereka. Satu benda asing menangkap perhatiannya.Shanti membungkuk lalu me

  • Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan   Extra Part 1

    Pagi itu, sinar matahari menyelimuti Pantai Senggigi di Lombok dengan kehangatan yang lembut.Angin laut yang sejuk berembus pelan, membawa aroma asin yang khas. Langit biru membentang tanpa cela, sementara ombak kecil yang tenang menyapu lembut pasir putih di tepi pantai. Pemandangan yang begitu indah dan syahdu, seolah-olah surga kecil di bumi ini diciptakan khusus untuk mereka.Fathan dan Shanti berjalan beriringan di sepanjang pantai, kaki mereka tenggelam dalam pasir yang terasa basah juga hangat.Fathan mengenakan kemeja linen putih yang dibiarkan setengah terbuka, memperlihatkan dada bidangnya yang terbakar matahari. Ia tidak lagi mengenakan kacamata palsu-nya, namun manik abu-abunya tetap tertutup oleh kontak lens berwarna hitam.Sementara itu, Shanti mengenakan gaun pantai berwarna pastel yang melambai ringan tertiup angin, memperlihatkan sosoknya yang tidak seperti biasa --anggun dan santai."Mungkin kita harus pindah ke sini," ujar Fathan tiba-tiba, suaranya sedikit serak k

  • Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan   S2 BAB 101 : Kisah Bahagia Mereka

    Kemeriahan begitu tampak di bangunan mewah nan megah Brahmana dan Aruna. Setiap sudut ruangan di lantai dasar dihiasi begitu cantik dan indah. Halaman samping juga terbentang tenda indah dengan tema kanak-kanak berwarna biru. Warna yang menjadi dominan ciri untuk kehadiran anak lelaki. Meja-meja bundar tersebar di halaman samping, dengan penataan hampir mirip saat Brahmana mengadakan pesta reuni untuk Aruna, kali ini tentu ditata lebih sempurna dan megah. Karena hari ini adalah pesta menyambut kelahiran putra penerus Dananjaya Group. “Ah, welcome Mr. Othman!” Brahmana menyambut kedatangan sepasang suami istri yang tentu saja ia ingat dengan sangat baik. Itu adalah Tuan Othman beserta istrinya, Nyonya Ariyah yang terbang dari Australia untuk memenuhi undangan dan melihat serta turut mendoakan bayi mungil Aruna. Tentu saja Ariyah sangat antusias tatkala mendengar kabar Aruna yang telah melahirkan. Sejak tragedi tempo hari itu, Ariyah dan Aruna menjadi cukup dekat, meski hanya berko

  • Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan   S2 BAB 100 : Sesi Sparring Spesial

    Dhuaagg!Dhaagg!!Samsak itu bergoyang dan mengayun menjauh, menandakan pukulan dan tendangan yang dihantamkan, memiliki kekuatan yang serius.Fathan melompat sembari melakukan tendangan berputar.Dhuaagg!Samsak setinggi seratus lima puluh senti itu mengayun lagi. Dengan samsak setinggi itu, memiliki bobot sekitar empat puluh lima sampai lima puluh lima kilogram. Dan benda berbobot puluhan kilogram itu mengayun cukup jauh.Shanti yang tiba di ruang latihan, terpaku di balik pintu ganda dengan aksen kaca bagian tengahnya, sehingga ia bisa menyaksikan apa yang dilakukan pria yang telah menjadi suaminya itu, sejak beberapa menit lalu.“Keren…” desis Shanti dengan mata menyorot takjub.Ia jelas tahu, seberapa berat samsak dan betapa sulitnya untuk membuat benda berlapis kain oxford tersebut untuk mengayun sejauh itu.Dengan perlahan dan diam-diam, Shanti mengendap-endap mendekati Fathan yang terlihat fokus dan serius dengan samsak di hadapannya.Sebisa mungkin ia mengambil jalur yang tida

  • Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan   S2 BAB 99 : Ingin Disentuh Tapi Takut

    “Apa beneran mereka ditinggal berdua, gak apa-apa?” Shanti masih terus bertanya pada Fathan sebelum ia akhirnya benar-benar masuk ke dalam mobil. Kepalanya masih menoleh ke arah bangunan megah kediaman Aruna dan Brahmana. Ia sungguh merasa khawatir akan terjadi keributan lagi antara Aruna dan Brahmana yang dipicu oleh kehadiran Mike di sana. “Cemas sekali?” Fathan terkekeh. Ia telah duduk di balik kemudi dan menyalakan mesin. “Gimana ngga cemas! Gegara keributan oleh Mike itu kan, terakhir Runa sama pak CEO hilang akal sehat, yang berimbas gue ikutan melancong ke negara tetangga dengan terpaksa!” Shanti merengut. Bahunya sedikit bergidik. Ia masih ingat betul, saat dirinya diikat bersama Aruna, lalu hampir mengalami pelecehan dan rudapaksa. “Chill out, Baby Doll…” Fathan mengulurkan tangan kiri dan mengelus kepala istrinya itu. “Baby Doll apaan!” Shanti mendelik sebal pada Fathan, namun suaminya itu malah tertawa. “Aku tidak akan membiarkan apapun atau siapapun menyentuh, apala

  • Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan   S2 BAB 98 : Ayah Baby

    “Hai Babe!” Mike tersenyum lebar saat matanya tertuju pada Aruna yang duduk bersandar pada tumpukan bantal besar. “Siapa yang mengizinkan dia masuk?” desis Brahmana. Rahangnya terlihat mengeras, bersamaan gigi yang terkatup dan bergemeletuk. “Bukankah kau sendiri yang mempersilakan aku masuk? Pengawal Aruna tadi mengatakannya. Apa kau akan menjilat ludahmu sendiri?” Pria bule itu mengerling santai. “Kau!” “Sayangku… Agha…” Aruna di sisi Brahmana, berbisik mengingatkan. Ia lalu beralih pada teman bulenya itu. “Mike, masuklah.” Mike lalu melangkah masuk. Tubuh tingginya tegap bergerak mendekat dengan sebelah tangan memegang karangan bunga mawar begitu besar. “Congrat, Dear. Sudah menjadi seorang ibu…” Mike merentangkan tangan dan membungkuk, hendak memeluk Aruna, namun tangan kokoh Brahmana dengan sigap menahan tubuh pria bule itu dan mendorongnya menjauh. “Heyy! Easy man!” protes Mike dengan lirikan sewot pada Brahmana. “Mike, please. Hargai suamiku,” cetus Aruna. Kalimat pendek

  • Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan   S2 BAB 97 : Dendam Terbalaskan

    “Tarik napas, Nyonya… Jangan dulu mengejan!”Instruksi dari dokter terdengar tenang dan lantang, namun Aruna bagai tidak bisa mencerna semua kata-kata itu.Tubuhnya terasa remuk dan seakan ditarik dari dalam. Suatu ‘ajakan’ memintanya untuk mengejan dan itu tidak bisa ditolak Aruna. “Arrrghh!!”“Jangan angkat pinggul Anda, Nyonya!”“Mengapa begitu banyak larangan!” Kali ini Brahmana yang mengomel. Ia sudah ikut berkeringat dan bermandi peluh. Kedua tangannya berada di bahu Aruna, sedikit lebih ke depan.“Kalau berposisi begini, Nyonya akan mengalami robek yang cukup panjang, Pak.” Dokter itu menjawab omelan Brahmana.“Ro-robek?” Brahmana seketika menganga. Tubuhnya bergidik ngeri, tidak sanggup membayangkan daerah sensitif itu terluka, apalagi sampai mengalami robekan.“Arrghh!” Aruna mengejan lagi.“Sa-sayang… dengarkan apa kata dokter. Turunkan pantatmu, jangan diangkat..” pinta Brahmana gugup. Tanpa sadar, ia menekan kuat tangannya yang berada di pundak agak depan Aruna.“Kau mau m

  • Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan   S2 BAB 96 : Chaos Ruang Persalinan

    Kegaduhan benar-benar terjadi di Rumah Sakit ternama di ibukota siang hari itu.Mungkin bagi Rumah Sakit tersebut, hari ini adalah kejadian membuat ricuh dan paling menegangkan yang pernah mereka alami selama berpuluh-puluh tahun beroperasi.Satu lantai dipenuhi orang.Bukan pengunjung, namun tim pengawal dan keluarga serta teman Aruna yang memadati koridor menuju ruang persalinan.Bahkan kondisi seperti itu, belum termasuk Dananjaya Tua dan segenap pengawalannya.Sesepuh Dananjaya Group yang memiliki status prestisius yang sangat tinggi itu baru datang.Tak terkira para perawat, pegawai juga pengunjung lain Rumah Sakit tersebut dibuat bingung dengan ‘keramaian’ yang menampak di siang hari tersebut.Satu lantai, nyaris terisolasi karena dijaga oleh sederet tim pengaman dari Dananjaya Group.Tantri yang baru saja pulang ke kediaman Brahmana dari pesta Shanti, segera berbalik kembali dan datang ke Rumah Sakit dengan kehebohan khas ibu kandung Brahmana itu.“Dimana Sayangku? Cintaku? Di m

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status