แชร์

BAB 7 : Tamu Agung

ผู้เขียน: Bintang
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2023-07-20 20:00:58

Aruna berhenti dan berdiri kaku di tempatnya. Jantungnya berdebar cepat dengan sedikit rasa khawatir menyergap. Ia menggigiti bibir bawahnya dan berharap pria itu tidak marah dan tidak akan melampiaskan kemarahan kepadanya.

“Tunggu sebentar,” Pria itu berkata lagi. Ia berdiri dari posisi berjongkoknya sedari tadi.

“Terima kasih,” ungkapnya singkat. Ia lalu menoleh pada Mai, menggandeng tangan kecil gadis itu lalu membawanya pergi menjauh dari pandangan Aruna.

Aruna tersenyum simpul, lalu mengangkat bahunya. Ia pun berbalik kembali ke tujuan semula. Outlet kosmetik langganan ibunya.

Baru lima langkah Aruna berjalan, tampak ia menepuk jidatnya sedikit keras.

“Astaga! Lupa! Uang si Ayah Dingin itu!” Aruna membalikkan tubuh. Matanya memindai mencoba menemukan kedua sosok ayah anak itu. Nihil.

Mereka berdua telah benar-benar hilang dari pandangan Aruna.

* * *

Pagi berikutnya, Aruna telah berada di dalam ruangan kantornya. Aruna telah bekerja sebagai anak magang di PT. Niskala Construction hampir lima belas bulan. Ia datang lebih awal dari biasanya. Beberapa meja tampak masih kosong.

Sepasang mata coklat Aruna menyapu ke seluruh ruangan.

Ia lalu menghempas dirinya di kursi kerja miliknya. Sedikit menghela napas lalu melintas bayangan permasalahan yang masih menggantung dan menyita waktu tidur serta pikirannya.

Julian yang memutuskannya, ibu tirinya yang mengancam ia untuk berkencan dengan Anton, lalu hutang pada sahabat karibnya untuk mengganti motor yang penyok karena ulahnya.  

Aruna berdiri lalu berjalan menuju toilet sembari memijat pelipisnya berulang, berharap tekanan di area itu mampu mengurangi berat di dalam tempurung kepalanya. Ia langsung menuju wastafel dan dengan tenang memutar keran untuk membasuh wajahnya.

“Eh, apa kau dengar? CEO Dananjaya Group akan datang kesini!”

Kepala Aruna terangkat. Suara itu terdengar cukup mengejutkan lorong pendengarannya.

Melalui cermin di depannya, ia dapat melihat dua wanita berpakaian rapi berjalan menuju wastafel di sebelahnya lalu mengeluarkan peralatan make-up untuk membenahi riasan di wajah mereka.

Melihat sekilas dari name tag yang mereka gunakan, keduanya dari Departemen Personalia. Departemen Produksi --tempat Aruna bekerja-- dan Departemen Personalia memang berada dalam satu lantai di gedung berlantai dua puluh tujuh ini.

“Serius??”

“Gue dapet bocoran dari OB yang anter minuman ke ruang pak General Manager kemaren siang,” wanita dengan blazer krem berkata.

“Aslinya? Wah, langka banget tuh. Kita didatangi CEO kita. Gue bisa punya kesempatan lihat beliau secara langsung nih!” antusiasme wanita berblazer hitam menimpali.

“Lu belum pernah lihat dia?”

“Ya mo lihat dari mana, ke sini aja belum pernah,” sungut si blazer hitam. “Emang lu dah pernah?”

“Belon. Makanya gue nanya. Beliau kagak pernah muncul di media,” jawab si blazer krem sambil memulas bibirnya dengan lip tint berwarna pink terang.   

“Antara kagak pernah muncul di media, atau kita berdua kagak ngikutin berita, kali. Secara dia orang penting, masa iya kagak pernah masuk tipi?”

“Iya, kita berdua nontonnya Tek Tok mulu. Kagak pernah liat berita,” gurau si blazer krem yang disambut anggukan dan kekehan si blazer hitam.

Tak lama mereka membenahi peralatan kosmetik mereka lalu beranjak keluar dari ladies room itu, meninggalkan Aruna yang masih berdiri di depan wastafel. Meskipun ia mendengar gosip yang termasuk kejadian langka itu, namun Aruna tidak terlalu peduli.

Baginya, magang di kantor ini hingga diangkat menjadi pegawai tetap, adalah tujuan terpenting. Agar kelak ia bisa membawa sang ayah keluar dari rumah yang dikuasai ibu tirinya dan memberikan tempat tinggal yang layak untuk hidup berdua saja dengannya.

Jam 12.15  siang hari itu.

Semua pegawai tengah beristirahat dan meninggalkan pekerjaan mereka sejenak. Aruna mengeluarkan kotak bekal makan siangnya dari tas. Untuk menghemat pengeluaran, Aruna selalu membawa bekal dari rumah yang ia masak sendiri.

Meski makanan itu telah menjadi dingin, tidak masalah bagi Aruna.

Baru saja tangan Aruna hendak membuka tutup kotak bekalnya, Pak Dharma, manager produksi memanggilnya. Wajahnya terlihat tegang dan sedikit gugup.

“Ya Pak?” tanya Aruna sopan setelah menghampiri dan berdiri di depan pak Dharma.

“Kamu, ini Rooibos Tea. Baca petunjuk cara penyajiannya di sini,” jari telunjuk pak Dharma terarah ke sebuah kertas kecil yang menempel di botol berukuran 220 ml di tangannya. “Teh ini kesukaan pak CEO kita. Kamu segera buatkan tiga cangkir saja, lima belas menit lagi beliau sampai di lantai ini.”

“Li-lima belas menit lagi?”

“Ya. Dan nanti antarkan ke ruang pak Direktur.”

“Ruang pak Direktur?” Aruna membeo lagi. “Saya, Pak?”

“Iya kamu. Sudah sana!” perintah pak Dharma mengabaikan kebingungan Aruna. Ia bergegas kembali menuju ruangan manager sambil mengeluarkan saputangan dari saku dan mengusap keringat di pelipisnya.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan   Extra Part 3

    Fathan membuka pintu apartemen dengan perlahan, menghela napas panjang setelah hari yang cukup melelahkan.Matahari sudah tenggelam, dan hanya lampu-lampu kecil di sudut ruangan yang menyinari apartemen.Dia mengharapkan sambutan hangat dari Shanti, seperti biasanya. Namun, saat masuk ke dalam, Fathan langsung merasakan sesuatu yang memang berbeda malam itu.Shanti berdiri di tengah ruangan, kedua tangannya bersilang di dada, dan wajahnya menunjukkan ekspresi tegang namun dingin.Tatapannya menusuk, seolah-olah dia sudah lama menunggu kedatangan Fathan hanya untuk menghujaninya dengan kekesalan.Fathan mengerutkan alis, merasa ada yang tidak beres.“Ada apa? Kenapa wajahmu terlihat seram, seperti orang marah?” Fathan mencoba menggoda.Shanti menatap Fathan dengan tajam, tidak langsung menjawab. Seolah-olah sedang berusaha menahan diri untuk tidak meledak. “Bukankah kau bilang ada yang ingin kau bicarakan? Dan kau bilang sebentar lagi pulang. Tapi larut malam begini, kau baru pulang.”F

  • Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan   Extra Part 2

    Pagi itu, sinar matahari menyelinap melalui tirai apartemen yang belum sepenuhnya tertutup, menerangi ruangan yang tertata rapi.Shanti baru saja selesai sarapan dan memutuskan untuk membersihkan apartemen yang ia tinggali bersama Fathan.Setelah beberapa bulan tinggal bersama, Shanti sudah mulai terbiasa dengan ritme hidup baru ini, meskipun ada kalanya dia masih merasa canggung. Namun, pagi ini, ada perasaan aneh yang merambat di hatinya, membuatnya gelisah tanpa alasan yang jelas.Shanti mengenakan kaus longgar dan celana pendek, rambutnya diikat ke atas, siap untuk menjalani hari dengan membersihkan apartemen.Ia memulai dari dapur, kemudian ruang tamu, dan akhirnya tiba di kamar tidur mereka. Tempat tidur masih berantakan dengan selimut dan bantal yang berserakan —tanda bahwa kegiatan yang cukup dahsyat terjadi tadi malam.Saat sedang merapikan selimut, matanya tertuju pada lantai berkarpet di bawah ranjang mereka. Satu benda asing menangkap perhatiannya.Shanti membungkuk lalu me

  • Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan   Extra Part 1

    Pagi itu, sinar matahari menyelimuti Pantai Senggigi di Lombok dengan kehangatan yang lembut.Angin laut yang sejuk berembus pelan, membawa aroma asin yang khas. Langit biru membentang tanpa cela, sementara ombak kecil yang tenang menyapu lembut pasir putih di tepi pantai. Pemandangan yang begitu indah dan syahdu, seolah-olah surga kecil di bumi ini diciptakan khusus untuk mereka.Fathan dan Shanti berjalan beriringan di sepanjang pantai, kaki mereka tenggelam dalam pasir yang terasa basah juga hangat.Fathan mengenakan kemeja linen putih yang dibiarkan setengah terbuka, memperlihatkan dada bidangnya yang terbakar matahari. Ia tidak lagi mengenakan kacamata palsu-nya, namun manik abu-abunya tetap tertutup oleh kontak lens berwarna hitam.Sementara itu, Shanti mengenakan gaun pantai berwarna pastel yang melambai ringan tertiup angin, memperlihatkan sosoknya yang tidak seperti biasa --anggun dan santai."Mungkin kita harus pindah ke sini," ujar Fathan tiba-tiba, suaranya sedikit serak k

  • Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan   S2 BAB 101 : Kisah Bahagia Mereka

    Kemeriahan begitu tampak di bangunan mewah nan megah Brahmana dan Aruna. Setiap sudut ruangan di lantai dasar dihiasi begitu cantik dan indah. Halaman samping juga terbentang tenda indah dengan tema kanak-kanak berwarna biru. Warna yang menjadi dominan ciri untuk kehadiran anak lelaki. Meja-meja bundar tersebar di halaman samping, dengan penataan hampir mirip saat Brahmana mengadakan pesta reuni untuk Aruna, kali ini tentu ditata lebih sempurna dan megah. Karena hari ini adalah pesta menyambut kelahiran putra penerus Dananjaya Group. “Ah, welcome Mr. Othman!” Brahmana menyambut kedatangan sepasang suami istri yang tentu saja ia ingat dengan sangat baik. Itu adalah Tuan Othman beserta istrinya, Nyonya Ariyah yang terbang dari Australia untuk memenuhi undangan dan melihat serta turut mendoakan bayi mungil Aruna. Tentu saja Ariyah sangat antusias tatkala mendengar kabar Aruna yang telah melahirkan. Sejak tragedi tempo hari itu, Ariyah dan Aruna menjadi cukup dekat, meski hanya berko

  • Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan   S2 BAB 100 : Sesi Sparring Spesial

    Dhuaagg!Dhaagg!!Samsak itu bergoyang dan mengayun menjauh, menandakan pukulan dan tendangan yang dihantamkan, memiliki kekuatan yang serius.Fathan melompat sembari melakukan tendangan berputar.Dhuaagg!Samsak setinggi seratus lima puluh senti itu mengayun lagi. Dengan samsak setinggi itu, memiliki bobot sekitar empat puluh lima sampai lima puluh lima kilogram. Dan benda berbobot puluhan kilogram itu mengayun cukup jauh.Shanti yang tiba di ruang latihan, terpaku di balik pintu ganda dengan aksen kaca bagian tengahnya, sehingga ia bisa menyaksikan apa yang dilakukan pria yang telah menjadi suaminya itu, sejak beberapa menit lalu.“Keren…” desis Shanti dengan mata menyorot takjub.Ia jelas tahu, seberapa berat samsak dan betapa sulitnya untuk membuat benda berlapis kain oxford tersebut untuk mengayun sejauh itu.Dengan perlahan dan diam-diam, Shanti mengendap-endap mendekati Fathan yang terlihat fokus dan serius dengan samsak di hadapannya.Sebisa mungkin ia mengambil jalur yang tida

  • Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan   S2 BAB 99 : Ingin Disentuh Tapi Takut

    “Apa beneran mereka ditinggal berdua, gak apa-apa?” Shanti masih terus bertanya pada Fathan sebelum ia akhirnya benar-benar masuk ke dalam mobil. Kepalanya masih menoleh ke arah bangunan megah kediaman Aruna dan Brahmana. Ia sungguh merasa khawatir akan terjadi keributan lagi antara Aruna dan Brahmana yang dipicu oleh kehadiran Mike di sana. “Cemas sekali?” Fathan terkekeh. Ia telah duduk di balik kemudi dan menyalakan mesin. “Gimana ngga cemas! Gegara keributan oleh Mike itu kan, terakhir Runa sama pak CEO hilang akal sehat, yang berimbas gue ikutan melancong ke negara tetangga dengan terpaksa!” Shanti merengut. Bahunya sedikit bergidik. Ia masih ingat betul, saat dirinya diikat bersama Aruna, lalu hampir mengalami pelecehan dan rudapaksa. “Chill out, Baby Doll…” Fathan mengulurkan tangan kiri dan mengelus kepala istrinya itu. “Baby Doll apaan!” Shanti mendelik sebal pada Fathan, namun suaminya itu malah tertawa. “Aku tidak akan membiarkan apapun atau siapapun menyentuh, apala

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status