Share

Bab 5 Menjumpai Bude Obed

Author: Mommy Jasmine
last update Last Updated: 2023-06-24 10:24:43

Di sisi aku juga membutuhkan biaya besar untuk penyembuhan ibu dan membayar biaya rumah sakit yang semakin lama akan semakin membengkak. Setelah gagalnya acara lamaran ku tempo hari, rasanya aku sudah tidak perduli lagi tentang sakit di hati ini, sepertinya aku sudah mati rasa untuk membuka hati. Saat ini aku hanya ingin bekerja saja untuk menaikkan derajat orang tua ku.

Aku percaya suatu saat nanti wanita baik-baik akan dipertemukan dengan lelaki yang baik-baik. Tugasku hanya menjadi wanita baik-baik itu.

"Kamu tenang saja! lamaran ini bukan untuk saya, tapi untuk anak saya." lelaki itu kelihatannya serius. Apa mungkin? Ah ..., anggap saja ini semua sebagai sebuah candaan. Akan tetapi, bolehkah aku berharap?

"Bapak, kalau mau melamar saya, mintalah saya sama orang tua saya, Pak. Itu baru benar," ucapku sambil tersenyum, sungguh aku hanya menganggap ini semua sebagai gurauan.

"Ini foto anak saya." ia menunjukkan foto keluarga di handphonenya.

" Anak bapak masih kecil, Pak?"

" Sekarang udah dewasa. Ini foto lima belas tahun lalu."

'Astaga, pasti penampilannya yang sekarang tidak jauh dengan yang ada di foto. Gemuk dan hitam'

"Kami memang tidak pernah foto keluarga semenjak itu," imbuh lelaki yang belakangan ku ketahui bernama pak Adnan.

Lagi lagi aku tidak serius menanggapi ucapannya itu. Setelah obrolan singkat itu, aku pergi ke ruangan bos untuk mengutarakan maksud dan tujuan ku.

"Permisi buk," ucapku setelah dipersilahkan masuk.

"Ada apa, Hana? bagaimana kabar ibu kamu?" tanya wanita paruh baya itu sambil menatap labtopnya.

"Udah boleh pulang, Buk. Sore ini insya Allah saya bawa pulang. Mmm, Buk ..., Saya boleh nggak libur satu hari lagi? besok saya janji akan masuk, Buk."

Ratna membuang nafas kasar, sepertinya tidak mengijinkan ku untuk memperpanjang cuti.

"Ya udah, besok janji masuk ya!"

"Siap Buk. Terimakasih," ucapku bersemangat. Aku pun keluar dari ruangan itu.

***

"Ada apa Han? kamu lagi ada masalah? kok tadi nangis?" tanya Sintia saat kami sedang beristirahat sambil menunggu pelanggan datang.

"Gimana aku nggak sedih, Tia. Ibuku masuk rumah sakit dan sekarang harus bayar tagihan sebesar sepuluh juta. Aku nggak tau gimana caranya dapetin uang sebanyak itu."

"Ya ampun, Han. Sabar ya!"

"Gimana aku bisa sabar, coba? Semakin lama Ibuku di sana, maka biayanya pun akan semakin membengkak, Tia"

Tia manggut manggut, wajahnya menampakan wajah kekhawatiran.

"Han, boleh nggak aku bantu kamu?" Ucapnya hati hati. Mungkin ia takut aku menolak dan itu pasti akan aku lakukan karena tujuanku saat ini adalah bude Obed, kakak kandung ibuku. Aku yakin dia akan membantu.

"Makasih, Tia. Tapi ini aku mau minta tolong dulu sama bude ku. Mudah mudahan dia bisa bantu"

Sintia pun tersenyum lega.

"Kalau kamu butuh bantuan jangan sungkan ya, Han!" ujar wanita berkacamata itu.

Akupun tersenyum sambil memeluk Sintia.

Tepat jam sepuluh pagi, aku bersiap siap untuk pulang. Akan aku temui bude Obed dan meminta bantuannya, bagaimana pun caranya .

"Kamu hati-hati dijalan ya, Han. Semoga ibu kamu segera pulih," ucap Sintia sambil mengantarkan ku menuju depan toko.

Lagi-lagi aku hanya mengulas senyum, bersyukur setidaknya ada yang memberiku semangat menghadapi cobaan ini.

***

"Assalamualaikum, Bude," ucapku sambil celingukan ke dalam rumah.

"Wa'alaikumussalam, Hana? Ada apa, Han? Ibu kamu gimana, udah baikan?" cecar wanita bertubuh gempal itu, bibirnya tebal tak lepas dari lipstick merah meronanya.

"Bude, Hana mau ...," kata- kataku terhenti saat bude Obed membulatkan mata seakan ingin memakanku hidup-hidup. Sungguh, kakiku sampai bergetar dibuatnya. Aku rasa ia sudah tahu apa maksudku datang kemari.

"Kalau kamu kesini cuma mau bilang pinjam uang, maaf, bude nggak ada. Hutang kalian yang tempo hari aja belum dibayar. Masak iya ini mau hutang lagi" ucap bude Obed memotong kata kataku. Aku langsung ketakutan. Wajah bude Obed sangat menyeramkan bagiku. Matanya membulat menatapku, kemudian aku tertunduk. Tampaknya tidak ada harapan disini.

" Yaudah, Bude. Kalau gitu Hana pulang ya! Makasih, Bude," ucapku sambil tertunduk lesu. Ingin sekali rasanya aku menangis dan mengiba. Namun aku tahu watak dan karakter bude Obed ini. Sekali ia bilang tidak, maka selamanya tidak.

Ku tarik langkahku menuju rumah yang hanya berkelang beberapa rumah dari rumah Bude Obed. Sambil berjalan, aku tak lagi bisa menahan air mataku untuk tidak tumpah.

Bersambung

****

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Fitry Suhana
Kenapa gak pake bpjs han ?
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dibuang Mantan, Dinikahi Sultan   Bab 39 Benci yang Mengakar

    Langit sore itu terlihat semburat jingga. Rumah besar di kawasan elite milik Rayhan dan Hana terlihat lebih hidup dari biasanya. Wajah Hana tampak bersinar, tak hanya karena sinar matahari yang menyelinap melalui jendela kaca besar, tapi karena hatinya sedang berbunga. Setelah melewati berbagai badai dalam rumah tangga mereka, kini Hana dan Rayhan seperti menemukan ritme baru. Mereka lebih terbuka, lebih saling mendengarkan, dan… kini mereka mulai berbicara tentang mimpi kecil yang selama ini hanya mengendap di hati: anak. "Sayang," panggil Rayhan dari balik pintu kamar. Ia baru saja selesai mandi, rambutnya masih basah, dan handuk tergantung di leher. "Kamu udah mikir lagi soal yang kita obrolin kemarin?" Hana yang sedang duduk di meja rias, menoleh dengan senyum malu-malu. "Soal program hamil?" Rayhan berjalan pelan, memeluk bahu istrinya dari belakang. "Aku serius, Na. Kita udah cukup waktu buat adaptasi. Sekarang saatnya kita punya keluarga kecil yang lengkap. Tatapan Hana mer

  • Dibuang Mantan, Dinikahi Sultan   Bab 38 Bertiga?

    Hana menghela napas pelan, mencoba meredam gelombang perasaan yang menyeruak dari sentuhan dan kata-kata Rayhan. Ia menunduk, membiarkan dagunya menyentuh dada suaminya yang hangat dan kokoh. “Aku cuma… belum terbiasa,” gumamnya pelan, nyaris tak terdengar. Rayhan tersenyum kecil, menggenggam jemari istrinya yang dingin dan membawanya ke dada kirinya. “Biasakanlah perlahan, Sayang. Aku akan sabar menuntunmu.” Kata-katanya bukan sekadar janji manis, Hana bisa merasakannya dalam cara Rayhan menyentuh dan menatapnya—penuh penghargaan, bukan sekadar nafsu. Mereka berdiri seperti itu dalam diam, hanya suara detak jam dinding dan hembusan lembut pendingin udara yang terdengar. Sampai akhirnya Rayhan mengecup kening Hana dengan pelan, lalu melepaskan pelukannya. “Masih ada waktu sebelum aku berangkat. Temani aku sarapan, ya?” pintanya. Hana mengangguk dan tersenyum kecil. “Aku masakin nasi goreng spesial, mau?” Rayhan memiringkan kepalanya, menatapnya penuh makna. “Kalau kamu ya

  • Dibuang Mantan, Dinikahi Sultan   Bab 37 Melepas Kesucian

    Pergi begitu saja meninggalkan Anisa dan senyum Anisa yang tadinya semeringah memudar kala Rayhan berdiri dan mulai meninggalkannya. "Rayhan ...," panggil Anisa sambil mengejar Rayhan, tetapi langkah Rayhan terlalu panjang sehingga tak terkejar olehnya. Sementara Rayhan tetap memaksa mengendarai mobilnya agar sampai di rumah. Dorongan hasrat ini harus segera dituntaskan, jika tidak maka itu akan menjadi siksaan batin yang bisa saja membuatnya gila. Rayhan membuka kancing kemeja bagian atas hingga menampakkan bulu-bulu halus itu. Setelah sampai di garasi, ia pun lantas berlari ke arah rumah. Masuk dengan kunci yang ada padanya. Hana baru saja keluar dari kamarnya dengan kepala yang masih berbalut handuk. Ia terperanjat melihat gelagat aneh sang suami yang tak seperti biasa. "Hana," lirih Rayhan sambil berjalan mendekat pada wanita yang hanya memiliki tinggi tubuh sekitar seratus enam puluh cm itu. Mengangkat tubuh Hana dan membawanya menuju kamar terdekat, yaitu kamar Hana.

  • Dibuang Mantan, Dinikahi Sultan   Bab 36 Rencana Anisa

    "Apa betul mama menerima sejumlah uang dari keluarga Rina dan sebagai gantinya aku harus menikahi Rina? Betul itu, Ma?" tanya Ridwan dengan suara lantang dan mata yang membulat. "Ridwan, kamu ini datang-datang bukannya kasih salam dulu, malah nanya yang nggak-nggak." Lastri mencebik kesal, ada rasa takut dalam hatinya sekaligus heran mengapa rahasia ini bisa sampai bocor."Tolong jawab aja, Ma! Jawab yang jujur!" sentak Ridwan sehingga Lastri terkejut dan semakin ketakutan. Namun, berusaha bersikap tenang.Lastri terdiam dan itu sudah menjadi jawaban untuk Ridwan. Ia menggeleng pelan, tak menyangka bahwa sang ibu telah menjual dirinya demi uang, padahal Ridwan berusaha menerima jodoh yang ibunya pilihkan. Berharap ini adalah pilihan terbaik, meski Harau mengabaikan hati dan cintanya pada Hana."Ridwan ... Wan, mau kemana kamu? Mama mau jelasin sesuatu sama kamu," teriak Lastri saat Ridwan pergi dari hadapannya.Melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi hingga ia tak perduli lagi ten

  • Dibuang Mantan, Dinikahi Sultan   Bab 35 Terbongkarnya Rahasia Rina di Depan Sang Suami

    "Seharusnya Abang pulang langsung ke rumah. Bukannya malah cari perhatian sama Hana. ingat, Bang! Hana itu udah punya suami dan kamu juga udah punya aku," ucap Rina. Dengan kondisinya yang sedang sakit, ia nekad pergi ke rumah Nining untuk menjemput sang suami. Karena sedari tadi ia duduk di depan terasnya untuk memantau acara yang dibuat Hana dan ibunya. Melihat mobil yang biasa suaminya kendarai pulang cepat, Rina pun bergegas ke rumah itu. Namun, kedatangannya itu ternyata untuk melihat sang suami sedang saling tatap dengan Hana. Kedua tangan Ridwan menyangga tubuh Hana agar tidak jatuh. Ingin rasanya ia langsung berteriak dan melerai keduanya. Namun, ia tak kuasa melakukannya karena kakinya terasa lemas. Pun Nining segera memberi kode kepada kedua orang yang tengah berpandangan itu hingga keduanya sadar dan melepaskan diri. Rina bisa melihat bahwa suaminya masih menyimpan rasa terhadap Hana. Terbukti saat Ridwan masih saja menatap Hana yang melenggang pergi. "Abang nggak senga

  • Dibuang Mantan, Dinikahi Sultan   Bab 34 Syukuran

    "Bangun! Bangun, Mas!" Hana menggoyang dan menepuk punggung tangan Rayhan supaya bangun. Kerena waktu subuh tidak banyak jika untuk mengerjakan wajibnya. Berulang kali Hana mencoba membangunkan hingga ia lelah dan membelakangi posisi Rayhan. Tetiba muncul keisengannya. Hana mendekat pada wajah Rayhan yang masih tertidur pulas. Menatapnya dari dekat, begitu dekat, bahkan sangat dekat. Hingga Hana dapat merasakan terpaan hangat nafas Rayhan. Ia pejamkan mata merasakan debaran jantung yang mulai tak beraturan. Rayhan mengerjapkan mata, melihat Hana yang begitu dekat dengannya. Entah mengapa ada rasa nyaman dan menginginkan waktu berhenti agar Hana tak berlalu dari hadapannya. Muncul pula ide dalam benaknya agar Hana tak segera berlalu. Rayhan memeluk Hana sambil membenarkan posisi ternyaman, matanya masih terpejam agar Hana menganggap ini adalah ketidak sengajaan yang tercipta. Hana membulatkan matanya saat dirinya malah terjebak dalam pelukan Rayhan. Semakin ia berusaha melepaskan d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status