Share

Bab 4 Sang pembeli 2 miliar

Author: Strrose
last update Last Updated: 2024-04-23 15:44:47

Saat Zara terbangun, kebingungan dan kepanikan merayap perlahan-lahan di dalam dirinya. Dia merasakan kekosongan di sekitarnya, hanya diisi oleh suara mesin mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi.

Perasaan takut mulai melanda ketika dia menyadari bahwa dia berada dalam situasi yang mencekam. Kain hitam yang menutupi matanya membuatnya merasa terisolasi dan terjebak dalam kegelapan.

Saat mobil berhenti dengan tiba-tiba, Zara merasa detak jantungnya semakin cepat. Pintu mobil terbuka dengan keras, dan dia bisa mendengar langkah-langkah berat mendekatinya. Suara langkah itu membuatnya gemetar, tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

“Tarik dia” Suara itu nampak memerintah kemudian lengan Zara ditarik dengan kasar dari dalam mobil, dan tubuhnya diseret dengan paksa. Langkah-langkah mereka bergema di dalam keheningan, seolah-olah berada di dalam ruangan tertutup.

Zara juga bisa mencium mereka melewati sebuah tempat yang lembab dan agak amis sampai akhirnya suara sebuah pintu terbuka dan aroma mint dan pohon mahoni tercium terasa sangat amat segar dibanding aroma sebelumnya.

Tubuh Zara didorong masuk, membuatnya terjatuh ke lantai. Lantai itu terasa lembut karena ada semacam ambal bulu dibawahnya. Pintu tertutup, meninggalkan Zara seorang diri dalam keheningan.

Sunyi...

Tetapi tidak sepinya yang dia kira. Karena Zara bisa merasakan seseorang berjalan mendekatinya, samar-samar suara sepatu yang bergesakan dengan ambal bulu itu terdengar. Detak jantung Zara  semakin cepat. Keringat dingin meluncur di wajah dan tubuhnya. Zara memundurkan tubuhnya, berusaha menjauh.

“Siapa kau?” ucap Zara dengan berani

“Orang yang membelimu” Suara berat seorang pria menjawab pertanyaan Zara

Dia semakin berjalan mendekati Zara dengan sangat dekat bahkan napasnya terasa menerpa wajah Zara. Lalu, tangan orang tersebut membuka kain yang menutupi mata Zara, dan Zara menyesuaikan pandangannya.

Mata mereka bertemu dalam momen yang beku, menyatu dalam keheningan yang tegang.

Zara merasakan pandangan tajam dan intens dari pria di depannya, matanya berwarna hitam keabu-abuan, mengisyaratkan kedalaman dan misteri yang tidak pernah dia temui sebelumnya.

Warna itu menarik Zara seperti magnet, menembus kedalaman hatinya dengan kehadiran yang menakutkan.

Wajah pria itu terlihat tampan dengan rahang kokoh yang ditumbuhi jambang tipis, menciptakan aura kekar yang menakjubkan.

Namun, di balik keindahannya, ada kebekuan yang menusuk tulang. Ada sesuatu yang dingin dan tak terjamah di dalamnya, membuat Zara merasa seperti dia berhadapan dengan sosok yang tak kenal belas kasihan

Tampan, namun dingin dan nampak kejam.

“Lebih indah dari gambar” Pria itu bergumam, tangannya berangkat hendak menyentuh wajah Zara namun Zara dengan cepat mengelak dengan memalingkan wajahnya

Bukannya berhenti ataupun marah, pria itu justru semakin mendekat, menggigit daun telinga Zara dengan lembut, membuatnya mata hazel Zara membola sempurna dan berakhir melayangkan tendangan pada pria itu

“Hmm, tipe pemberontak” ucap pria itu dengan suara serak yang terdengar sangat menarik.

“Aku akan membayar hutangnya, kumohon lepaskan aku” Ucap Zara berusaha meyakinkan pria di hadapannya.

“2 miliar”

“Apa?!” Zara merasa ada yang salah dengan pendengarannya

“Bayar aku 2 miliar sekarang dan aku akan membebaskanmu detik ini juga”

Zara merasakan kebingungan melanda dirinya. Apa yang baru saja dia dengar tidak masuk akal. "Kenapa tiba-tiba 2 miliar? Suamiku berhutang 350 juta!" ucapnya, mencoba memahami logika yang menyelimuti situasi ini.

Pria itu hanya tersenyum sinis. "Perlu diluruskan, dia berhutang 350 juta pada klub, tetapi dia menjualmu seharga 2 miliar padaku" jelasnya dengan dingin.

Kata-kata itu menghantam Zara seperti kilat di tengah hujan badai. Dia merasa seperti seorang boneka yang telah dijatuhkan ke dalam dunia yang gelap dan tak terduga. "Kau berbohong!" decaknya dengan suara penuh ketidakpercayaan, berharap bahwa ini hanyalah mimpi buruk yang akan segera berakhir.

"Tanyakan sendiri pada suami bodohmu itu" pria itu berkata sambil menatap tajam ke arah Zara, menyiratkan bahwa kebenaran yang pahit ini memang benar adanya.

 “Ti-tidak!” Zara menggelengkan kepalanya pelan, menangis tanpa suara.

“Zara Adelia Putri” pria itu menyebutkan namanya sambil satu tangannya terulur, mencekik leher Zara.

Zara tidak bisa bernapas, wajahnya memerah.

"Apakah kau sanggup membayarnya, Zara? Aku menginginkan uang itu sekarang juga, jangan lama!" ujar pria itu, melepaskan cengkramannya dari leher Zara. Tubuh Zara merosot ke lantai, dan dia akhirnya bisa bernapas, mencoba menghirup oksigen sebanyak mungkin.

“Lebih baik bunuh saja aku” Ucap Zara dengan lirih

Tak..

Sebuah pistol terlempar di depan Zara

“Bunuh saja dirimu sendiri atau tembak aku” Jawabnya dengan datar tanpa emosi

Tubuh Zara bergetar, dia menatap pistol itu dengan bimbang. Dia ingin mati, tapi dia takut jika akan dihakimi di akhirat karena bunuh diri.

Di dunia saja dia menderita, masa di akhirat dia juga harus mendapat siksaan neraka, Zara tidak akan sanggup apalagi jika dia menembak pria didepannya ini, sama saja seperti membunuh orang.

“Tidak berani huh?” ucap pria itu dengan senyum mengejek.

Pria itu menarik lengan Zara, memaksanya berdiri "Kau tidak bisa membayarku sekarang kan? Kalau begitu gunakan tubuhmu untuk memuaskanku. Kau adalah milikku sekarang, Milik Dave, kau paham, Zara" ucap Dave dengan kejam.

“Lakukan apapun yang kamu inginkan, aku tidak perduli” Ucap Zara dengan tatapan kosongnya

"Jangan bertingkah seperti aku memaksamu Zara. Aku hanya membeli apa yang dijual padaku." bisik Dave serak.

“Kau pikir aku barang? Perdagangan manusia itu tindakan ilegal” Ucap Zara

Dave terkekeh “Suamimu yang menjualmu, Zara. Jika aku ingin, suamimu bisa saja masuk penjara”

“Kau-“

Dave menyeret dan mendorong tubuh Zara ke atas ranjang. Dia melepaskan borgol yang membelenggu pergelangan tangan Zara, Zara memberontak hendak menuruni ranjang namun Dave menahan kakinya.

Setelahnya dia memandangi Zara dari atas, posisinya kini sudah menindih tubuh Zara dibawah kukungan tubuh besarnya"Lepaskan pakaianmu" perintah Dave.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dibuang Suami Diperistri Tuan Presdir   Bab 159 Sebuah keajaiban

    “Darling” Suara itu sontak mengagetkan Zara. Tubuhnya membatu dan sontak beberbalik. Dave sedang bersandar di pintu sambil bersedekap dada menatapnya dengan tatapan tajam mengintimidasi“D..Dave.. kamu sudah kembali?” Tanya Zara tersendat-sendatDave tidak menjawab. Sekarang, ia melangkah mendekati Zara. Zara merasa seperti penjahat yang tertangkap basahDan di sana, di ambang pintu, berdiri Dave. Wajahnya tampak tenang, tetapi matanya penuh dengan sesuatu yang tidak bisa Zara baca dengan jelas—apakah itu penyesalan, rasa bersalah, atau bahkan sesuatu yang lebih gelap?"Mencari sesuatu?" tanya Dave dengan nada yang sulit ditebak, matanya tertuju pada tumpukan foto di tangan Zara.Zara menelan ludah, merasa seluruh tubuhnya menegang. "Dave... apa maksud semua ini? Mengapa ada foto-foto ini? Siapa yang memotretku?" tanyanya dengan suara yang bergetar, menuntut jawaban.Dave melangkah lebih dekat, tetapi Zara mundur selangkah, menjaga jarak di antara mereka. Dia tidak ingin mempercayai b

  • Dibuang Suami Diperistri Tuan Presdir   Bab 158 Obesesi mengerikan Dave

    ‘Kau bisa mencaritahunya sendiri dirumah itu’ Pesan terakhir yang Sylvia tinggalkan membuat Zara gelisah dan penasaranZara mempercayai Dave namun dia ingin tahu apa yang Dave sembunyikan darinya. Zara berjalan perlahan-lahan menyusuri lorong rumah besar itu menuju ruang kerja DaveZara nampak ragu sejenak sebelum dia masuk dan menatap isi ruangan itu. Zara mengigit bibir bawahnya lalu mengeluarkan sebuah kunci yang Sylvia berikan.Dalam ruang kerja Dave, terdapat sebuah pintu yang selalu terkunci rapat dan kini kunci itu ada ditangannyaCtak..Saat dia mendorong pintu itu perlahan, ruang rahasia terbuka di depannya. Ruangan itu dipenuhi oleh berkas-berkas, dokumen, dan peta besar yang tergantung di dinding. Mata Zara tertuju pada satu dokumen yang tergeletak di atas meja besar, seperti sesuatu yang sengaja dibiarkan terbuka. Tangan Zara gemetar saat dia meraih dokumen itu.Mata Zara mulai membaca, dan semakin dia membaca, semakin cepat jantungnya berdetak.Tubuh Zara membeku di tempa

  • Dibuang Suami Diperistri Tuan Presdir   Bab 157 Pertengkaran Carpenter

    “Aku baru tahu jika sepupuku ini bodoh” Ucap Sylvia yang ditujukan pada DaveDave mengernyit, menatap Sylvia kesal “Apa maksudmu, Sylvia?” tanyanya, suaranya masih diliputi amarahSylvia mendesah, menyilangkan tangan di depan dada sambil menatap Dave dengan tatapan penuh penilaian. “Kau selalu memikirkan segalanya dengan begitu terencana, begitu strategis. Tapi ketika menyangkut Zara, kau benar-benar buta, Dave” katanya dengan nada tajam.“Kau menjadi lemah karena perasaan tak bergunamu itu” SambungnyaDave menahan diri untuk tidak memaki atau bahkan memukul Sylvia.Marcus, yang sedari tadi hanya menonton, tertawa kecil. “Lihatlah kau, Dave. Bahkan adik perempuanku bisa melihat betapa bodohnya kau dalam hal ini. Kau mungkin seorang pemimpin yang hebat, tapi dalam urusan hati, kau hanya seorang amatir.”Dave menoleh tajam ke arah Marcus, tetapi dia tahu bahwa Sylvia dan Marcus, meski

  • Dibuang Suami Diperistri Tuan Presdir   Bab 156 Menghilangnya Erman Carpenter

    Dave tiba di markas dengan langkah cepat, pandangannya menyapu ruangan yang penuh dengan kesibukan. Anak buahnya bergerak cepat, mencoba mengendalikan situasi yang jelas sedang berada di luar kendali. Beberapa dari mereka tampak terluka, dan suasana tegang terasa di udara."Apa yang terjadi di sini?" tanya Dave dengan nada tajam, suaranya memotong kebisingan di ruangan itu. Semua orang berhenti sejenak dan menoleh ke arahnya, merasakan otoritas yang dibawa Dave ke dalam ruangan.Seorang pria dengan luka di bahu mendekati Dave, wajahnya penuh kecemasan. "Tuan Carpenter, ada penyerangan mendadak. Kami tidak tahu dari mana mereka datang, tapi serangan itu terorganisir dengan sangat baik.""Siapa yang menyerang kita?" Dave mendesak, matanya penuh dengan kemarahan yang tertahan. Dia merasa marah dan frustasi, tidak percaya bahwa markas mereka bisa diserang dengan begitu mudah.Pria itu menelan ludah, tampak ragu sejenak sebelum menjawab, "Kami masih mencari ta

  • Dibuang Suami Diperistri Tuan Presdir   Bab 155 Ditinggalkan

    "Selamat, Tuan Carpenter. Istri Anda mengandung anak kembar" ucap Dokter kepada Dave yang menemani Zara saat memeriksakan kesehatan kehamilannya."Benarkah?" sahut Dave sambil menatap Zara yang duduk di sampingnya. Tatapan bahagia jelas terlihat di wajahnya"Iya, bayinya dalam kondisi sehat, tolong jaga kesehatan dan jangan mudah lelah.""Itu pasti, Dok. Aku akan menjaga istriku selalu."Zara tersipu malu saat Dave mencium pipinya di hadapan dokter itu. "Ini resep vitamin, jangan lupa diminum secara teratur" kata Dokter sambil memberikan selembar kertas pada Dave."Terima kasih, Dok." Ucap Zara. Setelahnya dia berdiri dan Dave menggandeng tangan Zara keluar ruangan itu."Setelah ini kita mau kemana, Dave?" Tanyanya"Makan malam. Kau mau makan di restoran mana?""Emm aku tidak mau di restoran mana pun."Dave mengernyit bingung. "Lalu kau mau makan dimana?"“Aku ingin kau yang masak” kata Zara sambil ter

  • Dibuang Suami Diperistri Tuan Presdir   Bab 154 Berdamai dengan masa lalu

    “Luna, aku ingin menamainya Luna”Dave terdiam sejenak. Wajahnya yang semula penuh kasih dan ketenangan berubah menjadi kaku, seperti baru saja ditampar oleh kenyataan yang menyakitkan. Tangannya berhenti bergerak di atas perut Zara, dan dia menariknya perlahan, seolah-olah menyadari bahwa nama itu adalah sesuatu yang tidak pernah ingin dia dengar lagi dalam konteks ini.Nama itu, Luna, membawa banyak kenangan yang bercampur antara manis dan pahit. Luna, wanita yang pernah ia cintai, dan wanita yang harus ia relakan pergi, kini kembali menghantuinya dalam bentuk yang sama sekali tidak ia duga—sebagai nama untuk anak yang ia nantikan bersama Zara.Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk tidak memperlihatkan ketegangan yang tiba-tiba melanda dirinya. "Darling... Luna adalah nama yang sangat indah, tapi...," suaranya sedikit serak, dan dia berusaha mengumpulkan kata-kata yang tepat. "Apakah kau yakin itu nama yang kau inginkan untuk anak kita

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status