Share

Chapter 5. Drama

Author: Fatri_e
last update Last Updated: 2025-07-24 15:47:40

“Hai, Shen!”

             Ruby berdiri di samping Sky dengan gandengan yang sama sejak siang. Ia tak bisa menyembunyikan raut wajah. Sky sudah menepis berulang kali, ia sadar dan melepas tangan Ruby dengan kasar.

Ia mengulurkan tangan kepada Shen dengan suasana yang aneh. Sekali-sekali ia melirik sekitar, publik akan kejam menggoreng informasi soal siapa saja untuk mendapatkan sensasi. Sekali lagi ia teringat perkataan Judy, reputasi keluarga adalah segalanya. 

“Kau tidak akan menggandeng wanita lain di depanku kan, Sky?” Ruby berpura-pura tidak peka terhadap keadaan. “Kita sudah bertunangan, meski kau membawa masa lalumu, tidak baik terus bersamaan, apalagi di depan seluruh orang.”

“Masa lalu?” Shen hendak membalas, tapi ditahan oleh Sky.

“Shen juga keluargaku. Kau tak berhak berkomentar.” Balas Sky. 

Rasanya Ruby akan mengumpat dan histeris.  Ia diabaikan secara langsung di hadapan gadis yang ia benci. 

Dalam hati Shen apakah ada yang tahu, bahwa diakui sebagai keluarga bukan suara hatinya. Ia tak pernah diakui sebagai kekasih kepada satu orang pun. Tapi Sky menggandengnya malam ini, hatinya sedikit terobati.

“Ba-baiklah! Kalian duluan saja kalau begitu. Aku  ke kamar Emily dulu.”

Ruby memencet kamar di sebelahnya dengan tak sabar setelah menyaksikan Shen dan Sky pergi. Lama tak mendapat respon, ia menggedor pintu Emily dengan tak sabar. Ruby langsung menerobos masuk dan terduduk di atas kasur. 

“Kenapa lagi?” Emily sudah terbiasa melihat kekesalan Ruby, seolah ia tahu apa penyebabnya.

“Apa kau merasa kalau Shen itu semakin mengganggu?” Ruby bertanya sambil mencengkeram spring bed dengan kuat.

“Dari sejak dia datang ke keluarga kami,  sudah mengganggu.” Balas Emily datar. 

Ia melanjutkan mengeringkan rambutnya yang sempat tertunda. “Dia itu seperti lintah yang menghisap habis darah Sky. Lihat! Kau hanya dapat rangkanya saja!”

“Sialan!!!!” Ruby menggertak hingga Emily kaget. Beruntung hair dryer yang ia pakai tak terlempar ke wajah Ruby yang mulus.

“Tenang! Kita beri pembantu itu Shock terapy sebentar lagi.”

“Kau harus membantuku, Mily!”

“Tentu saja! Kau pikir aku sangat menyukainya sampai aku tak tega?”

“Arghhh!! Aku benci pembantu itu, Mil!” Ruby menarik selimut yang rapi hingga keluar dari sisi-sisinya.

Emily datar saja, sekali lagi karena ia paham sikap Ruby sejak dulu. Meski rautnya penuh ekspresi, kalau ia tidak suka, itu akan tercetak jelas di wajahnya.

           Di sisi lain, Sky dan Shen duduk di meja resto dengan dingin. Sky dengan gerak-geriknya seakan tak ingin  ada orang yang memerhatikan, dan Shen yang merasa tak dihargai seperti hanya dijadikan asisten. Yah, memang benar, ia hanya asisten dalam konteks yang lebih sopan. 

Shen tak hendak memulai pembicaraan, Hanya karena Sky berdehem untuk memecah keheningan, ia menunjukkan sedikit reaksi.

“Maaf ...” ucap Sky perlahan.

“Apa ini, Sky? Kamu tau betapa terhinanya aku dengan keberadaan Ruby?” Shen tak mampu menahan gejolak hatinya lagi, kali ini biar ia keluarkan semua uneg-uneg yang terpaksa diam.

“Shen, tenanglah. Ruby juga tak bersalah dengan apa yang terjadi.”

“Reputasi, yah? apa semua keluarga kaya lebih butuh reputasi ketimbang perasaan?”

“Shen, hanya sebentar lagi. Setidaknya satu bulan lagi, lalu semua akan pulih seperti kita dulu.”

Shen menggeleng. Satu bulan lagi untuk hubungan mereka pulih, atau sebulan lagi ia akan siap kehilangan Sky untuk selamanya? Melihat Ruby saja ia seolah tau semua sudah direncanakan dengan matang oleh mereka.

Konon lagi dengan Judy, sampai mati pun ia tak akan menerima Shen. Sejujurnya dalam hati kecil Shenina, mereka tak akan berhasil. 

“Kenapa aku merasa sebulan itu kamu akan menjadi milik orang lain, ya?” Shen menunduk, air matanya jatuh tanpa bisa dibendung. “Kamu mulai nyaman di dekat Ruby, padahal saat tidak denganku, kau lebih memilih sendiri. Melihatmu tersenyum padanya, berjalan beriringan, dan dikagumi banyak orang, rasanya tersiksa sekali.”

Sky terdiam. Ia mengaku salah dalam hati, tapi nampaknya Shen sedang salah paham. Ruby cerewet, hingga membuatnya ingin selalu membalas. Shen hanya  salah mengartikan maksudnya.

“Tolong jangan menangis, Shen.” Sky mengelus tangan Shen dengan lembut. “Aku tahu ini salah, tapi aku hanya akan menjadi milikmu. Kita sedang menunggu waktu yang tepat untuk bicara dengan semua orang. Untuk menunggu waktu itu, kita harus tenang tanpa membuat huru-hara.”

“Jadi aku menjadi pencetus munculnya huru-hara?”

“Sudahlah, Shen. Tolong pahami kondisi sekarang, kau biasanya paling pengertian.”

Sky melihat kedatangan Ruby dan Emily. Mereka diikuti para fansnya hingga ke meja tempat mereka berada. Shenina menjauh dari kerumunan, hingga menyisakan Ruby dan Sky. 

Mereka sibuk mencecar dan meminta pose manis sebagai kenang-kenangan. Banyak pula yang mendoakan semoga hubungan mereka langgeng sampai mati. Shen muak.

Ia muak semuak-muaknya dengan drama Ruby di depan kamera. Tak jauh dari sana, Emily tengah berjalan menggenggam segelas besar minuman berwarna merah. Dengan sengaja ia lewat di depan Shen, pura-pura tersandung, dan menumpahkan semua cairan itu ke tubuh si gadis.

Shen kaget, sekilas senyuman Emily terlihat di ekor mata. Sengaja.

“Upps! Aku kira kau kain lap!”

Emily berlalu. Orang-orang yang mengidolakan Ruby telah pergi, hingga di meja menjadi tiga orang. Shen telah basah, warna merah pekat itu menjadi noda memalukan di gaun putihnya.

Sky fokus pada ponsel, hingga tak melihat apa yang terjadi dengan Shenina. Sampai akhirnya gadis yang terabaikan itu memutuskan kembali ke kamar dengan hati yang perih.

“Apa kalian melihat Shen?” tanya Sky pada Ruby dan Emily yang asyik bercerita.

“Ahhh! E ... Tadi dia  keluar, katanya mau cari udara segar.” Ruby berbohong. Padahal mereka sudah mengalihkan perhatiannya supaya tidak mengingat gadis itu lagi.

“Sky, Apa kau mau berjalan-jalan ke tepi pantai? Aku sangat ingin membuat vlog dengan suasana malam yang indah. Tolong, ya??”

 Sky masih diam. Ruby terus merengek hingga telinganya terasa penuh. Ia mengiyakan saja supaya gadis itu cepat diam. 

Lagipula ia hanya asal jawab, mungkin kegiatan itu tak akan pernah terjadi. Ia masih memikirkan hubungannya yang rumit dengan Shen sampai sekarang.

“Nanti aku akan ke kamarmu.” Balas Ruby semangat.

“Tunggu saja aku di luar, jangan pernah masuk ke kamarku.” 

            Sky melenggang pergi dengan cuek. Ruby menumpahkan semua kesalahan atas sikap cuek Sky dan keberanian Shenina dalam mempengaruhi Sky. Ia sangat ingin membuat kedua orang itu berpisah. 

“Kau harusnya jangan terang-terangan!” Emily mengomentari sikap Ruby. “Sky itu naif. Dia menyukai gadis yang merawatnya, bukan yang mengejarnya!”

“Seharusnya dia beruntung, tahu? Seorang influencer dan pebisnis cantik sepertiku mengejarnya dari zaman sekolah putih abu-abu! Sialnya, ada gadis yang menghalangi melulu. Apa kau masih bisa sabar?”

Emily meneguk wine yang tersaji sampai tandas. Kerongkongannya terasa kering, sampai ia merasa harus menyelam ke dalam laut. 

“Aku menyesal tak menumpahkan air panas tadi,”  timpal Emily, “tak apa, tugas kita di sini harus selesai. Shen harus mengubur cintanya dalam-dalam.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dibutakan Cinta CEO Tampan   Chapter 76. Sarinah dan Pria Asing

    Lagu “Sweet Glam’ mengalun diiringi remix disco yang memecahkan suasana malam di club. Sarinah sedang menikmati sebatang rokok dengan mengepulkan asapnya ke udara secara bersahaja. Sesekali kepalanya berputar, irama music membuat geraknya kadang tak terhenti, gila sendiri, namun di sana memang lah tempat untuk menggilakan diri. Ia memperhatikan tamu-tamu yang baru datang dengan diam, namun mulutnya sibuk meresapi benda itu dalam-dalam.Ada seorang pria berpakaian jas rapi selalu melirik ke arahnya, dan Sari sudah lama menyadari akan itu. Ia kembali menggetarkan abu rokok di sela jarinya hingga mengenai lantai yang cukup kotor. Siapa yang peduli? Tempat itu adalah satu-satunya ia bisa bebas berekspresi.Dengan tersenyum Sari membalas anggukan si pria, entah apa yang dipikirkannya, tapi merasa membuat Sarinah pasrah, itu bukan hal yang mudah. Ia terus mendekat, pelan tapi pasti akhirnya pria itu sampai di hadapan Sari.Dengan mencondongkan tubuhnya kepada Sari, ia berlagak menguasa

  • Dibutakan Cinta CEO Tampan   Chapter 75. Liburan

    “Ibuuuu!!!”Rentangan tangan kecilnya terayun bagai ombak Seapearls yang sedang tenang, sedikit tak seimbang. Wajahnya yang lucu diterpa angin, lembut dan menyegarkan suasana pagi yang beraroma lautan. Shen senang memandanginya sejak pertama kali ke sana.Shen memeluk anaknya yang menghambur bagai peluru keluar dari sarang. Daniell kecil terasa lengket, seakan tak mau berpisah dari ibunya sedetik saja.“Daniell rindu ibu.”Shen mencubit hidungnya dengan gemas. Ia pun merasakan kerinduan walau hanya semalam tak bertemu.Di belakang Daniell, mobil yang membawanya datang kembali terbuka. Memunculkan wajah Ayla yang nampak sedikit khawatir. Ia khawatir karena baru pertama kali melihat Papino dan langsung mengajak Daniell pergi dengan mengatasnamakan Shenina.Ternyata benar, setelah melihat Shen, hatinya jauh lebih tenang.“Ayla!” Shen memeluknya hangat, “Terima kasih sudah menjaga Daniell dengan baik sampai ke sini.”“Kak, untunglah! Aku kira kami sedang diculik dan berusaha dij

  • Dibutakan Cinta CEO Tampan   Chapter 74. Seapearls

    “Hai, pa!”Han membuka pintu mobil, langsung disambut oleh Dasen yang sudah gelisah menunggu sejak tadi. Kekhawatiran jelas tercetak pada wajahnya yang mulai berkeriput itu. Ia melirik ke dalam mobil, melihat Shenina sedang terlelap pulas.“Apa kubangunkan saja?”Tangan Dasen mengisyaratkan penolakan. Ia hanya sampai di depan mobil lalu berkata, “Bawa saja ke kamar, biarkan dia tidur lebih lama.”“Baiklah, pa!”Hansandy membuka pintu mobil sisi satunya dan mengangkat tubuh Shen dengan pelan. Malam itu, Udara di Seapearls cukup lembab. Angin laut bertiup kencang, membuat siapa pun yang sedang berada di luar rumah tidak akan tahan.Mereka buru-buru masuk. Diletakkannya Shenina di kamar tamu. Hansandy meminta Emma untuk mengganti pakaiannya saja.Setelah mengantar Shen, Han merebahkan diri di Sofa ruang tamu, yang terlihat Dasen mulai menghampirinya dan duduk di sebelah sofa yang lain.“Apa kau lelah?”“Oh, tidak apa-apa, pa! Hanya sedikit saja.”“Bagaimana kondisi di sana? Ap

  • Dibutakan Cinta CEO Tampan   Chapter 73. Penolong Yang Tepat

    Malam telah menunjukkan pukul 23.45, namun Shenina masih berusaha menyetop taxi yang lewat. Sudah larut begini, banyak yang menolak untuk menaikkan penumpang dengan tujuan jauh. Hendak ke stasiun bus, itu sudah pemberhentian terakhir sejak satu jam yang lalu.Shenina kembali duduk di halte yang dingin. Sialnya ia lupa membawa mantel untuk menutupi tubuhnya yang sebagian terbuka di punggung dan leher, ia menyesal kenapa selalu mengikut pilihan Dragon. Tak memberi manfaat, tapi selalu membawanya ke dalam masalah.Shen memperhatikan suasana lagi, hening. Cat-cat mengelupas sedikit dengan noda akibat rembesan air hujan menambah kesan halte yang lumayan seram di malam hari.Shenina memeluk dirinya sendiri. Ia membiarkan Ayla, Sarinah, dan Daniell pulang lebih dulu dengan alasan masih ada urusan penting yang lain. Ia juga meminta supaya mereka berdua menginap malam ini untuk menemani anaknya. Kendati Sarinah ingin ikut dengannya karena khawatir, Shen meminta waktu untuk sendirian.Unt

  • Dibutakan Cinta CEO Tampan   Chapter 72. Suara Yang Lama Terpendam

    “Aku harus bicara denganmu, Shen!”Nada suara yang pelan namun terasa penuh kecurigaan. Sky masih sama saja, mendengarkan orang lain yang belum tentu benar dari dirinya sendiri.Nyonya Fernandes sudah meninggalkan pesta sejak tadi. Kepergiannya menimbulkan prasangka besar, semua orang tak lagi menikmati pesta. Semuanya menjadi kacau, perayaan besar-besaran itu berubah menjadi malapetaka.Jantung Judy agaknya kembali bermasalah, Jordan dan keluarga Andromeda yang lain buru-buru melarikannya ke rumah sakit. Hingga yang tersisa kini hanya Sky semata, Shenina dan Sarinah, dengan Ayla dan Daniell kecil menanti di luar.“Katakan saja di sini!”“Aku harus bicara berdua denganmu.” Ia melirik Sarinah yang masih berdiri di samping Shenina. Hingga gadis itu diberi kode, ia langsung paham dan berjalan keluar. Meski dalam hatinya ia takut setengah mati, takut Shenina akan menjadi korban kemarahan Sky Andromeda.“Hhhuufhht!”Sky menarik nafas panjang sebelum berbicara lagi.“Kau tahu hari

  • Dibutakan Cinta CEO Tampan   Chapter 71. Kena Getahnya

    “Semuanya!!! Perhatikan ke sini!!”“Nyonya, apa yang kau lakukan?!!”Shen berniat merampas microphone namun segera ditepis oleh nyonya Fernandes. Bibirnya mengulas sebuah senyum, senyum penuh kelicikan dan kemenangan. Ia melihat satu-satu kepada wajah keluarga Andromeda yang nampak pucat, namun ditutup tirai penuh senyum agar nampak tak goyah.Nyonya Fernandes mengangkat mic nya kembali.“Dibalik kemegahan dan gemerlap acara malam ini, ada rahasia yang sangat ditutupi oleh keluarga Andromeda.”“Apa yang kau rencanakan nyonya Fernandes?!” Judy berdiri berhadapan dengannya. Tak habis pikir, malam yang semula tenang dan meriah kini berubah bagai meriam yang siap meluncurkan bola api.“Seperti yang kita tahu, keluarga Andromeda terlalu perfect untuk sebuah hubungan keluarga dan bisnis. Itu berkat nyonya Judy yang sangat pandai mengatur semuanya.”“Omong kosong!” Judy mengilah dengan marah.“Nona Berry, apa anda takut dengan nyonya Judy?”Shenina yang kebingungan mendadak jadi g

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status