Share

chapter 4

Author: Queen halu
last update Last Updated: 2025-06-06 17:54:22

Di apartemen, lantai sudah dipenuhi lembaran tisu yang berceceran tanpa aturan. Suara teriakan membahana membuat dinding seakan bergetar.

"Aaaa, brengsek!!" Richalle meluapkan emosinya dengan cara yang tidak lagi bisa ia tahan.

Flora, hanya bisa menutup telinga, mencoba membendung ketidaknyamanan yang terus menerpa telinganya.

Merasa kesabaran sudah di ujung tanduk. Sejak tadi ia hanya diam, menunggu penjelasan dari Richalle yang tampaknya terbenam dalam pusaran perasaannya sendiri. Tapi sekarang Flora tak bisa lagi tinggal diam.

"Richalle, STOP!" Seketika tangisnya terhenti mendengar teriakkan sahabatnya itu.

"Lo kenapa sih pulang-pulang kayak orang kerasukan? Dan lagi... tadi malam lo kemana? Gue cari-cari lo, tapi lo nggak ada," Ucapnya akhirnya, dengan suara sedikit gemetar karena mencoba menyamarkan rasa frustrasi.

Tatapan Richalle langsung berubah. Mata tajamnya menusuk seperti pisau ke arahnya, membuat tubuhnya kaku. Tenggorokannya terasa kering, sampai ia harus menelan slivarnya dengan susah payah. Detik berikutnya, dia kembali menangis, tangis yang keras dan penuh sesak emosi.

"Huwaaaa!" Suara tangisnya seakan menggetarkan hatinya, membuat pikiran menjadi campur aduk.

Apa yang terjadi sebenarnya? flora ingin membantu, tapi kebingungan mulai menguasai otaknya. Kenapa dia terus menangis seperti ini? kemana dia pergi tadi malam?

Sejak tiba di apartemennya, Richalle terus terisak tanpa henti. Flora, hanya bisa memandanginya dengan bingung, tidak tahu apa yang sebenarnya telah terjadi padanya. Ada kesedihan mendalam di wajahnya, tapi dia tidak mengatakan apa-apa, membuat suasana semakin sunyi dan mencekam.

Flora menghela napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya yang ikut gelisah.

"Richalle, coba stop dulu nangisnya. Lo gak bisa kayak gini terus. Ceritain ke gue, apa yang sebenarnya terjadi tadi malam? Lo kemana? Tidur di mana?" tanyanya, berusaha sabar walaupun kepalanya mulai dipenuhi asumsi liar.

Saat itu, Flora mulai menyadari sesuatu dari sorot matanya yang sulit di jelaskan. Entah kenapa, firasat buruk menyelimuti pikirannya mengingat bahwa tadi malam mereka berdua mabuk berat.

"Jangan bilang lo…" Flora menjeda kata-katanya, membiarkan pikirannya menyelesaikan kalimat itu sendiri.

Richalle mengangguk pelan. Tubuh Flora langsung menegang. "What? Lo tidur sama… om-om?! Seriusan? bagaimana bisa!" Suaranya meninggi tanpa sadar. Tangannya refleks menutup mulut sendiri karena tidak percaya apa yang baru saja di dengar.

"Gue juga ngak tau, tiba-tiba gue bangun disamping cowok. Gue harus gimana, Flo?" Tangisnya kembali pecah.

"Kalau gue hamil, gimana? terus anak gue lahir tanpa seorang ayah gimana?."

Ia tampak benar-benar panik, pikirannya jelas sudah dikuasai oleh skenario-skenario mengerikan yang belum tentu terjadi. untuk pertama kalinya ia menyesali pergi ke club.

Flora terdiam sejenak, mencoba memproses semuanya. Tanpa berpikir panjang, ia memeluknya erat. Flora bisa merasakan tubuh Richalle bergetar karena tangisnya.

“Ini gila, gue gak pernah kepikiran bakal dengar hal kayak gini,” pikirnya dalam hati.

"Lo tenang aja, hal seperti itu tidak akan terjadi. Kita cari jalan keluarnya bareng-bareng, kita cari cowok itu sampai ketemu. dia harus bertanggung jawab." ucapnya pelan, walau hatinya juga masih terguncang.

"Tapi gue ngak tau siapa dia dan dimana dia tinggal. hiks, gue udah minta dia tanggung jawab tapi dia ngak mau." Richalle memeluk Flora.

"Terus gimana dong?" Flora juga ikut menangis.

Richalle merasa hidupnya begitu sial, "Kenapa hidup gue sial banget sih, Flo. Pekerjaan udah ngak ada, Diselingkuhin, dan sekarang gue harus mengalami kecelakaan seperti ini"

"Kita akan cari tuh cowok sampai ketemu, Lo tenang ya jangan nangis lagi." flora menyeka air matanya.

Terdengar Sebuah pesan masuk ke ponselnya. Dengan perasaan yang masih kacau richalle Melihat pesan itu.

"Flo," ia menunjukkan pesan itu. "Gue diterima kerja di perusahaan Bagaskara," Sejenak ia melupakan masalahnya.

"Serius Lo?" Flora membaca pesan itu.

Siapa yang tidak tahu perusahaan Bagaskara grup, salah satu perusahaan ternama yang tidak semua orang bisa bekerja disana.

"Aaaa selamat ya sayangku," keduanya saling berpelukan.

"Gue bakal cari uang banyak-banyak, kalau gue beneran punya anak dari hasil one night stand tadi malam. Gue bisa kok hidup berdua aja sama anak gue. gue ngak butuh cowok brengsek itu,"

Kedengarannya memang sangat sombong, tapi itulah Richalle. Dia adalah gadis pemberontak dan tidak ingin di atur, ia ingin hidup bebas. Bahkan kedua orang tuanya saja kewalahan menghadapi kelakuan nakal putri satu-satunya itu.

"Nah, ini baru Richalle sahabat gue. Lo tenang aja, gue akan selalu ada buat Lo,"

~~~

Sementara itu, dalam suasana tenang mension mewah milik keluarga Bagaskara, seorang wanita paruh baya tampak duduk santai sambil membaca buku.

"Nyonya," Seorang wanita cantik dengan pakaian formal mendekatinya.

Fiona melepaskan kaca matanya, menatapnya penuh keheranan. "Ada apa? Kenapa kau berlari seperti itu?"

"Nyonya, anda haru lihat ini." wanita itu menyodorkan tab kecil padanya.

Dengan rasa penasaran wanita kembali memasang kaca matanya, seketika matanya membulat sempurna melihat foto yang terpampang di layar tab.

"Dimana anak itu Sekarang?"

"Tuan muda berada di perusahaan nya nyonya,"

"Selidiki semaunya, pastikan cucu menantuku tidak ditindas bocah itu."

"Baik nyonya," wanita itu segera pergi dari sana untuk menjalankan tugas dari Fiona

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dicampakkan Tunangan, Dinikahi CEO Tampan    chapter 7

    Di tengah perjalanan setelah keluar dari perusahaan Karel, Richalle melihat beberapa pria berjas hitam turun dari mobil mewah. Detik itu juga, dadanya berdegup keras, dan nafasnya serasa berhenti. Matanya membulat sempurna, lalu tanpa sadar ia menelan slivarnya dengan susah payah. "Astaga, ini nggak beres. Kenapa mereka muncul di sini?" pikirnya panik. Dengan cepat, ia memalingkan wajah menutup, dengan tasnya, berharap mereka tidak menyadari keberadaanku. Namun, harapannya hanya angan belaka. "Nona muda!" Suara mereka menggema, memecahkan harapannya untuk menghilang tanpa jejak. Richalle menoleh pelan ke arah mereka, memaksakan senyuman yang lebih terasa seperti cengiran getir. "Tenang, Richalle, santai aja, mungkin mereka nggak akan nebak apa-apa," gumamya dalam hati, mencoba menenangkan diri. Tapi kenyataannya, seluruh tubuhnya ingin kabur sejauh mungkin dari tempat ini. Hanya dalam sepersekian detik setelah itu, kakinya refleks bergerak, berlari sekuat tenaga menjauh dari m

  • Dicampakkan Tunangan, Dinikahi CEO Tampan    chapter 6

    Sepanjang perjalan menuju lobby, Richalle tak henti-hentinya mengoceh. "Hidup gue benar-benar sial! Baru saja dapat pekerjaan kenapa harus bertemu dengannya!" Ia benar-benar sebal. "Dasar pria yang kasar dan narsis! Dia fikir dia Siapa sehingga gue harus mengikutinya?" Ia terus menggerutu, bejalan sambil menghentakkan kakinya sangking kesalnya. "Aaaaa mengapa hidup gue begitu sulit!" Tanpa sadar ia berteriak sehingga menyita perhatian orang-orang disana. Richalle menyadari tatapan semua orang pun hanya tersenyum ke arah mereka semua. Ia menghentikan langkahnya, mencoba menarik nafas dalam-dalam untuk mengontrol emosinya. Lalu, membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan. Seorang wanita paruh baya turun dari mobil mewah, dengan wajah yang Tegas ia melangkah memasuki perusahaan itu dan langsung mendapat sambutan dari orang-orang disana. "Nyonya besar, silahkan lewat sini." Dengan sigap para pengaman perusahaan mengawal perjalanan nya. "Terimakasih," Ucap Fiona dengan ramah. Aki

  • Dicampakkan Tunangan, Dinikahi CEO Tampan    chapter 5

    Hari ini, adalah hari pertama Richalle bekerja. Ia sudah tiba di perusahaan Bagaskara. Ketika melangkah masuk ke dalam gedung megah itu, rasa kagum langsung memenuhi pikirannya. Aroma harum yang memenuhi ruangan, kebersihan yang nyaris tanpa cela, serta karyawan yang terlihat begitu rapi membuat tempat ini terasa sempurna. "Luar biasa, bahkan tata ruangannya pun terlihat sangat teratur. Gue nggak salah memilih tempat ini," batinnya sambil terus mengamati sekeliling. Sebelum ia sempat larut dalam kekagumannya, seorang wanita mendekat dengan senyum ramah. "Nona Richalle ya?" tanyanya, mengonfirmasi identitasnya. Richalle menoleh dengan sopan dan mengangguk sambil membalas, "Iya, itu saya." Senyumnya tak lupa ia sisipkan, mencoba mencerminkan kepribadiannya yang hangat. Ia harus memberikan kesan yang baik di hari pertama kerja bukan? "Mari nona, saya antar ke ruang kerja Anda," ucapnya sambil memberikan senyum kecil. Tanpa perlu banyak bicara, ia mengikuti langkahnya dengan percaya

  • Dicampakkan Tunangan, Dinikahi CEO Tampan    chapter 4

    Di apartemen, lantai sudah dipenuhi lembaran tisu yang berceceran tanpa aturan. Suara teriakan membahana membuat dinding seakan bergetar. "Aaaa, brengsek!!" Richalle meluapkan emosinya dengan cara yang tidak lagi bisa ia tahan. Flora, hanya bisa menutup telinga, mencoba membendung ketidaknyamanan yang terus menerpa telinganya. Merasa kesabaran sudah di ujung tanduk. Sejak tadi ia hanya diam, menunggu penjelasan dari Richalle yang tampaknya terbenam dalam pusaran perasaannya sendiri. Tapi sekarang Flora tak bisa lagi tinggal diam. "Richalle, STOP!" Seketika tangisnya terhenti mendengar teriakkan sahabatnya itu. "Lo kenapa sih pulang-pulang kayak orang kerasukan? Dan lagi... tadi malam lo kemana? Gue cari-cari lo, tapi lo nggak ada," Ucapnya akhirnya, dengan suara sedikit gemetar karena mencoba menyamarkan rasa frustrasi. Tatapan Richalle langsung berubah. Mata tajamnya menusuk seperti pisau ke arahnya, membuat tubuhnya kaku. Tenggorokannya terasa kering, sampai ia harus menelan

  • Dicampakkan Tunangan, Dinikahi CEO Tampan    chapter 3

    Pagi hari disebuah kamar hotel. Seorang gadis baru saja terbangun dari tidurnya sambil meraba-raba samping tempat tidurnya dengan mata yang masih terpejam. "Flo, Lo dimana?" "Aww... kepala gue," Richalle memegangi kepalanya yang masih terasa pusing. Richalle membuka matanya saat tak mendapati Flora, sahabatnya disampingnya. alisnya berkedut kemudian mendudukkan tubuhnya menyandar di samping tempat tidur tak lupa menutupi separuh tubuhnya menggunakan selimut. Ia melihat samar-samar siluet seseorang berdiri di depan balkon, "Kenapa tubuh Flora jadi berotot begitu?" Gumamya yang memang masih belum bisa melihat dunia dengan jelas. "Flora," panggilnya lirih sambil mengucek matanya. Ketika seseorang itu membalikkan tubuhnya, seketika matanya membulat sempurna. penglihatan yang awalnya samar-samar seketika cerah. "S-siapa Lo?" teriaknya sambil menarik selimut menutupi tubuhnya. Pria yang memiliki postur tubuh tinggi tegap itu melontarkan kata-kata tajam. "Benar-benar pandai berak

  • Dicampakkan Tunangan, Dinikahi CEO Tampan    chapter 2

    Richalle menggila, ia mengambil satu botol wine yang cukup mahal di atas meja lalu menuangkannya diatas kepala Bima "Karna ini alkohol yang terlalu mahal untuk disiramkan ketubuh Lo. jadi, berterima kasihlah sama gue." Richelle Tersenyum miring"Hentikan, Richelle! Apa kau sudah gila? apa yang sedang kau lakukan." bentak Bima.Richalle menatapnya datar, "Apa Lo ingin melihat kegilaan gue yang sebenarnya? saat ini gue Masih cukup tenang." wajahnya tanpa ekspresi apapun."Ya.......Richalle!" suara Bima naik dua Oktaf."Jangan berani memanggil nama gue dengan mulut Lo yang kotor itu!" Potong Richalle dengan suara menggelegar menyita perhatian para karyawan yang tersisa disana."Gue ngak pernah sekalipun merasa menyesal telah menghabiskan uang gue. tapi untuk pertama kalinya gue menyesal sudah menghabiskan uang untuk lelaki brengsek kaya Lo!" Richelle menatapnya tanpa belas kasih. "Lepaskan," bima menatapnya bingung."lepaskan semua barang yang gue berikan buat Lo selama ini, kalau Lo

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status