Share

chapter 3

Author: Queen halu
last update Huling Na-update: 2025-06-05 12:34:27

Pagi hari disebuah kamar hotel. Seorang gadis baru saja terbangun dari tidurnya sambil meraba-raba samping tempat tidurnya dengan mata yang masih terpejam.

"Flo, Lo dimana?"

"Aww... kepala gue," Richalle memegangi kepalanya yang masih terasa pusing.

Richalle membuka matanya saat tak mendapati Flora, sahabatnya disampingnya. alisnya berkedut kemudian mendudukkan tubuhnya menyandar di samping tempat tidur tak lupa menutupi separuh tubuhnya menggunakan selimut.

Ia melihat samar-samar siluet seseorang berdiri di depan balkon, "Kenapa tubuh Flora jadi berotot begitu?" Gumamya yang memang masih belum bisa melihat dunia dengan jelas.

"Flora," panggilnya lirih sambil mengucek matanya.

Ketika seseorang itu membalikkan tubuhnya, seketika matanya membulat sempurna. penglihatan yang awalnya samar-samar seketika cerah.

"S-siapa Lo?" teriaknya sambil menarik selimut menutupi tubuhnya.

Pria yang memiliki postur tubuh tinggi tegap itu melontarkan kata-kata tajam. "Benar-benar pandai berakting." ketusnya dengan tatapan mata yang begitu dingin.

Richelle melihat sekelilingnya begitu berantakan, baju-baju berserakan dilantai. dengan nada nyolot Richelle bertanya, "Dimana Flora? mengapa Lo bisa ada dikamar gue?"

Pria itu berbalik sepenuhnya menghadapnya, "Bagaimana aku tahu siapa Flora itu? dan dimana dia?"

Richalle memegangi kepalanya, mencoba mengingat kembali kejadian tadi malam.

Setelah mengalami putus Cinta, dia dan Flora sahabatnya pergi ke salah satu club. keduanya menikmati malam yang bebas disana, bersenang-senang menikmati kebebasan yang telah lama ia tinggalkan.

Richalle Ingat jelas, tadi malam itu dia benar-benar mabuk. entah berapa botol anggur merah ia habiskan, setelah itu dia tidak mengingat apapun lagi. Bagaimana ceritanya dia sampai berduaan dikamar ini dengan seorang lelaki dan menghabiskan malam yang panas? sungguh ia tidak mengingat, semuanya begitu samar. Ingatannya hanya terhenti disaat Flora pergi ke toilet.

Namun, sekelebat bayangan yang membuat kesadarannya tertarik, dimana dia telah menghabiskan malam yang panas bersama pria yang saat ini berada tepat didepannya. Adegan panas itu begitu jelas dalam ingatannya. parahnya, dia tidak menolak sama sekali, malah menikmatinya.

Richalle membuka matanya, kembali melirik sekelilingnya dengan perasaan gusar, keadaan dikamar ini sudah bisa menjelaskan apa yang terjadi diantara mereka tadi malam.

Ia segera mencari ponselnya, Mencoba menghubungi Flora. Sekilas melirik pria disampingnya, tatapannya begitu tajam membuatnya takut dan sialnya, nomor sahabatnya itu tidak aktif.

"Flo, angkat Dong!" Gumamya panik sambil mengigit kukunya.

Tiba-tiba sebuah kertas dilemparkan tepat didepannya membuatnya terdiam sejenak. Richalle menatap pria itu tatapan tajam.

"ingat! tadi malam tidak terjadi apa-apa diantara kita. lupakan semuanya dan jangan pernah muncul dihadapan ku lagi!"

"Apa maksud Lo? dan cek ini! Lo fikir gue cewek bayaran?" Richalle meremas cek tersebut dengan marah hingga kertas itu membentuk bola.

Pria itu tersenyum miring, "Apakah kamu masih berpura-pura? ambil lima puluh juta ini dan carilah pekerjaan yang layak."

Mata Richalle membola sempurna mendengar ucapan pria itu, "Bukan, gue bukan...." Suaranya tercekat, matanya berkaca-kaca, ia kembali menatap sekeliling betapa kacaunya kamar ini.

Tangisnya pecah, ia menutup wajahnya dengan selimut. "Ini adalah pertama Kalinya buat Gue. bagaimana menjadi seperti ini?"

Pria itu terkejut mendengar 'pertama kalinya' itu berarti gadis ini masih perawan pikirnya.

Namun ia meraba lehernya, ada jejak gigitannya disana. Lalu matanya tertuju pada bercak darah diatas seprai.

Ia terdiam sejenak, mengingat kembali kejadian tadi malam. Aksi Gadis ini bukan mencerminkan seorang yang baru pertama kali melakukannya. Aksinya sudah seperti orang yang mahir dalam hal ranjang. Ia tertawa kecil, lalu kembali membuka cek, menuliskan sejumlah uang lagi disana dengan nominal yang cukup besar.

"Aku melihatmu sangat terampil untuk merayuku, jadi, aku menambahkan nominal uangnya!" Ia kembali melemparkan cek itu padanya, dan tentunya dengan nominal uang yang cukup besar.

Richelle sudah tidak tahan direndahkan dan dianggap wanita penggoda oleh Pria ini pun akhirnya melayangkan satu tamparan keras diwajahnya.

"Siapa yang menggoda Lo? dan Siapa pula yang membutuhkan uang receh Lo itu! Uang Lo itu, bahkan seluruh harta kekayaan Lo! tidak akan cukup untuk membayar gue. Lo....." Richalle menatapnya tajam, dadanya naik turun menahan emosi.

"Lo udah merusak gue, lo udah merenggut keperawanan gue! Lo harus bertanggung jawab!" Teriak Richelle dengan amarah menggebu-gebu.

Richalle mengambil bantal lalu memukul Pria itu dengan penuh emosi. "Dasar pria mesum! brengsek!" Umpatnya di iringi dengan suara tangisan.

Pria itu tampak marah, menangkap tangan Richalle lalu melempar bantal itu. "Beraninya kau memukulku! berapa banyak wanita yang melakukan apapun untuk mendekatiku! Kamu satu-satunya yang mengeluh!"

"Apa Lo gila? gue bahkan tidak mengenal siapa Lo! dan gue bukan salah satu wanita yang Lo sebutkan!" Richalle menatapnya tajam.

Karel merasa tertantang, baru kali ini ada yang berani menatapnya dan beradu argument dengannya.

"Aku tidak perduli! jangan biarkan aku melihatmu lagi!" Ucapnya tegas sambil menghempaskan tangannya. ia tak ingin mendengar alasan apapun lalu, memungut jas nya pergi dari sana meninggalkan Richalle sendirian.

"Berhenti! gue tidak menginginkan uang recehan Lo ini!" teriak richalle langsung memungut bajunya.

"Ya! berhenti." Langkah Karel terhenti mendengar teriakkan itu.

Ia memejamkan matanya lalu berbalik ke arahnya. "Apakah uang yang aku berikan masih kurang?" Sambil mengeluarkan dompetnya.

Bukannya mendapat jawaban, ia malah mendapatkan satu tamparan keras. Richalle melemparkan cek itu tepat di wajahnya.

"Gue ngak butuh uang receh Lo ini! satu lagi, gue bukan wanita murahan yang bisa Lo bayar dengan uang! Bukankah Gue udah bilang! bahkan seluruh harta kekayaan Lo ngak bakal cukup buat bayar kehormatan gue yang sudah Lo renggut!"

Sebelum Karel menjawab lebih lanjut, pintu lif terbuka menampakkan seorang lelaki didalamnya.

"Morning Ms. Karel," Sapa lelaki botak itu ramah.

Richalle terkejut dengan aksi pria ini, Karel memeluk pinggangnya membawa nya masuk kedalam lif seolah tidak terjadi apa-apa diantara mereka. Bahkan dia terseyum.

"Morning, Alex." Balasnya Ramah. Richalle mengerutkan dahinya menatapnya heran.

Lelaki botak itu memperhatikan mereka, ia melihat tanda merah di leher Karel dan juga leher Richalle.

"Sepetinya, kamu adalah pria yang bertanggung jawab dan romantis. Seperti pergi keluar membawa pacarmu bersamamu." puji pria botak itu.

Richalle langsung menyela, saat pria itu mengatakan dia adalah pacarnya. "Saya bukan pacar......."

Richelle mendadak diam ketika benda kenyal itu mendarat di bibirnya. ya, Karel mencium bibirnya.

"Bekerja samalah, dia adalah desainer ternama." bisik Karel.

Richalle mengepalkan kuat tangannya, bisa-bisa nya pria itu masih berani memanfaatkan nya setelah semua yang terjadi.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Dicampakkan Tunangan, Dinikahi CEO Tampan    chapter 27

    Pagi itu cerah, sama cerahnya dengan perasaan Karel yang sedang berbunga-bunga. Karel bangun lebih awal dari Richalle, sengaja memanfaatkan waktu sunyi ini untuk membuatkan sarapan spesial untuk Richalle. Rasanya aneh, bahkan para pembantu rumah pun tampak heran melihatnya berkutat dengan peralatan dapur—sesuatu yang tak pernah ia lakukan sebelumnya. Karel tahu ini momen langka, tapi ia ingin melakukan ini untuk wanitanya, menunjukkan betapa dia peduli dan tulus tanpa harus hanya berkata-kata. Ketika karel memerintahkan para maid untuk tidak masuk ke dapur, ia merasa seperti membuka pintu baru dalam hubungan kami. “Kenapa aku tidak pernah melakukannya lebih dulu?” batinnya "Jika sejak awal aku menyadari perasaan ini. Pasti sekarang kami sudah memiliki bayi yang lucu sesuai permintaan nenek." Gumamnya Tekekeh kecil. Ini mungkin hal kecil, tapi aku ingin Richalle tahu bahwa aku ingin berusaha, meski harus belajar dari nol. Dikamar yang remang, Richelle perlahan membuka mata

  • Dicampakkan Tunangan, Dinikahi CEO Tampan    chapter 27

    Sejak hari itu, Richalle begitu dingin padanya. Biasanya dia cerewet, bahkan tak pernah berhenti mengoceh tentang hal-hal sepele.Tapi sekarang, kata-katanya hanya sepatah dua saja, dan itu membuat Karel tidak tenang.Apa yang terjadi dengannya? Kenapa sikapnya berubah begitu drastis? Ia bertanya-tanya, namun tak berani menanyakannya langsung.Karel masih duduk di meja kerjanya, berkutat dengan laptop. Walaupun matanya sulit lepas dari layar yang sebenarnya sudah tak ia simak lagi.Richalle baru saja selesai mandi, aroma sabun dan hangatnya udara membuat suasana kamar terasa kaku.Beberapa hari ini, mereka sudah tidur dalam satu kamar, tapi rasanya seperti ada tembok tebal yang membentang di antara kami.Saat Richalle selesai dengan ritual skincare-nya, dia berjalan pelan menuju tempat tidur, bersiap untuk tidur.Richalle memunggungi Karel tanpa sepatah kata pun. Karel meliriknya lalu menutup laptopnya perlahan, melangkah mendekat dan duduk di sampingnya.Richalle tetap diam, punggung

  • Dicampakkan Tunangan, Dinikahi CEO Tampan    chapter 26

    Di sinilah Richalle sekarang, di sebuah kafe yang cukup menenangkan pikirannya. Richalle duduk terpaku, memandangi secangkir kopi yang mulai dingin. Namun, pikirannya sama sekali tak tenang. Bayangan Grecia yang menggandeng tangan Karel berulang kali melintas di depan matanya, seperti pengkhianatan yang terus mengoyak hatinya. Tangannya tanpa sadar menggenggam gelas itu dengan erat, wajahnya pun terkunci dalam kemarahan yang pekat. "Sialan! Kenapa gue terus-terusan mikirin mereka? Apa urusannya sama gue? Mau Om kulkas itu gandengan kayak perangko sama tu cewek juga, apa perdulinya sama gue?" batinnya penuh kebencian, berusaha menepis rasa sakit yang menggerogoti.D Dadanya terasa sesak, napas pun berat, dan ada bisikan kecil di kepala yang membuatnya tercengang sendiri. "Apa gue... mulai suka sama si Om rese itu?"Richalle mengguncangkan kepala sekuat tenaga, menolak kenyataan itu. "Gak! Gak mungkin gue jatuh cinta sama cowok kasar kaya dia! Jangan percaya pikiran itu Richalle!" g

  • Dicampakkan Tunangan, Dinikahi CEO Tampan    chapter 25

    Setelah memastikan Karel pergi barulah Richalle keluar dari kamarnya. Ia menghela nafas lega, "huh.... akhirnya dia pergi juga," gumamnya. Richalle berjalan ke meja makan untuk mengisi perutnya, ia melihat beberapa menu kesukaan nya ada di atas meja. "Wah.... Bibik, bagaimana bibik tahu makanan kesukaannya aku?" Tanya Richalle kepada bik izah. Bik izah Tersenyum sambil meletakkan susus nya dimeja. "Bukan bibik non, tapi tuan muda," katanya setengah berbisik. Richalle menatap bibik Izah dengan rasa bingung yang mulai mengusik pikirannya. “Maksud bibik, Om Karel?" tanyanya, mencoba mencari kepastian. Bibik Izah mengangguk pelan, senyum kecil terukir di bibirnya. "Benar Non, sebelum berangkat kerja, Tuan Muda menyempatkan menyiapkan sarapan untuk Non. Betapa romantisnya, Tuan Muda begitu mencintai Non," katanya dengan penuh rasa bangga. Richalle tersenyum tipis, ia bergumam dalam hati. Mencintai? Haha, itu terlalu jauh untuk mereka. Pernikahan kami hanya sandiwara sem

  • Dicampakkan Tunangan, Dinikahi CEO Tampan    chapter 24

    Richalle bangun dari tidurnya, saat ini jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Ia berjalan dengan lunglai, seolah nyawanya belum terkumpul."Pagi, Om." Suaranya melemah saat melihat Karel berdiri di balkon, sosoknya tampak dingin dan tak bergerak.Richalle menghembuskan napas berat, lalu menjatuhkan tubuhnya kembali ke sofa, berharap tidur bisa mengusir rasa sakit yang masih menggunung di kepala."Ah... kepala gue sakit banget," gumamya sambil memegangi pelipis, rasa pusing seolah tak mau pergi begitu saja.Matanya menatap Karel yang tetap membelakanginya tanpa kata.Ia mencoba mengingat kembali malam tadi. "Om, tadi malam om yang bawa gue pulang?" tanyanya suara serak karena bingung.Ia sama sekali tidak ingat apa yang terjadi setelah club bersama Flora. Bagaimana dia bisa sampai di rumah? Richalle sama sekali tidak mengingat apapun.Kenapa ingatannya terasa kosong begitu?Karel membalikkan tubuhnya, menaikkan satu alis, menatapnya dengan tatapan dingin."Dia tidak menging

  • Dicampakkan Tunangan, Dinikahi CEO Tampan    chapter 23

    Adam membisikkan sesuatu padanya, Karel mendengar informasi apa yang disampaikan Adam pun langsung bangkit dari kursi kerjanya."Siapkan mobil," Ujarnya dengan nada rendah.Adam mengangguk, keduanya turun ke lobby. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Setelah mengantar Richalle pulang kerumah, Karel pergi lagi karna ada urusan perkejaan yang harus segera ia bereskan.Setelah menempuh perjalanan selama dua puluh menit, Mobil Karel berhenti di salah satu club malam.Karel turun dari mobil, menatap bangunan tempat hiburan malam itu. "Tunggu disini," ujar Karel.Adam mengangguk kan kepalanya, Adam mendapatkan informasi dari bodyguard yang diam-diam di utus oleh Karel untuk menjaga Richalle. Ia mengetahui bahwa Nona Richalle sedang berada di club malam. Dan tanpa ragu ia memberitahukan hal ini kepada karel.Karel sudah berada di dalam club, dentuman musik terdengar ditelinga. Karel mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Richalle.Setelah berdesakan mencari-cari, akhirnya Ka

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status