Share

Bab 2 Kabur

Author: Tusya Ryma
last update Last Updated: 2024-10-23 23:24:30

Jam 11 malam, di kamar gelap yang hanya ada sedikit cahaya dari lampu luar, Danisha menggigil di pojok ruangan dengan lebam dan panas di sekujur tubuhnya. Kepalanya terasa sakit, luka di keningnya pun infeksi karena terlalu lama dibiarkan, dan jari di tangan kirinya sudah bengkak karena tadi diinjak oleh Bian. Bahkan sekarang cincin pernikahannya pun tidak bisa dilepas karena jarinya ikut membesar.

"Ah! Bagaimana ini? Sakit sekali!" Danisha sudah tidak tahan lagi. Kalau terus berada di sana, bisa-bisa dirinya mati konyol.

"Aku harus keluar!" ucap Danisha sambil menatap seisi kamar yang nampak gelap.

Dari jendela minimalis berukuran lebar 60x150 cm, terlihat ada cahaya dari lampu luar di balik tirai yang tertutup. Sekuat tenaga Danisha bangkit berdiri, menghampiri jendela itu dengan harapan dirinya bisa memanfaatkan itu untuk kabur.

"Aishhh!" Danisha mendesis sambil menahan lututnya yang tidak bertenaga saat berdiri.

Gaun pengantinnya yang panjang lumayan berat, Danisha semakin kesulitan untuk berjalan.

"Aku harus mencari gunting dulu!"

Danisha berencana memotong pendek gaunnya agar dirinya bisa lebih leluasa bergerak.

Untungnya, kamar gelap itu merupakan ruangan bekas kamar pembantu yang sudah tidak dipakai. Selain ada lemari yang sudah usang, juga ada laci yang terdapat beberapa barang di dalamnya. Entah barang apa saja itu, Danisha tidak bisa melihatnya dengan jelas.

"Aku harus cepat!" ucapnya sambil menarik laci, lalu membawanya ke lantai.

Dengan tangannya yang bengkak dan rasa sakit yang luar biasa, Danisha menumpahkan isi laci itu ke lantai, lalu mencari sesuatu yang bisa dipakai untuk memotong gaunnya.

Setelah ditumpahkan ke lantai, ada satu gunting kecil yang terbuat dari bahan stainless steel kualitas bagus. Walau sudah lama tidak dipakai pun gunting itu masih tajam dan bisa dipakai untuk memotong kain.

Setelah selesai memotong pendek gaunnya dengan penuh perjuangan dan rasa sakit yang luar biasa, akhirnya tubuhnya terasa ringan. Dirinya lebih leluasa untuk bergerak.

Tanpa membuang waktunya lagi, Danisha membuka jendela itu, lalu naik dan manjat ke jendela. Ia loncat ke luar dengan penuh waspada, menatap kiri dan kanan, lalu berjalan membungkuk agar tidak dilihat orang.

Di taman belakang yang sepi, Danisha berjalan mengendap-endap sambil memeluk kain putih bekas gaunnya. Ia tidak berani kabur lewat depan, karena di depan selalu ada petugas keamanan yang berjaga 24 jam.

Mentok di halaman belakang, Danisha terdiam sambil melihat tembok kokoh dengan tinggi tiga meter dan pagar besi runcing di atasnya. Tidak ada cara lain untuk keluar dari rumah itu, Danisha harus manjat dan melewati pagar tersebut.

"Kalau tidak mati karena menahan sakit, mungkin aku akan mati karena tertusuk besi itu," gumamnya sambil melihat besi runcing di atas tembok.

Tapi, daripada pasrah menunggu kematiannya di dalam rumah, lebih baik Danisha berikhtiar keluar dari kematian dengan cara memanjat tembok.

"Tidak apa-apa, Danish! Kau pasti bisa!" Ia menyemangati dirinya sendiri.

Padahal tubuhnya sudah sangat sakit, tidak ada semangat untuk memanjat atau melakukan hal lain. Walau berat, ia tetap harus mencoba. Biar nanti setelah keluar dari rumah besar itu, ia bisa meminta tolong di jalan.

Dengan rasa sakit di dalam hati dan wajahnya yang bengkak karena tamparan, juga kening yang terluka, Danisa melempar kain di tangannya ke atas, lalu tersangkut ke pagar runcing yang ada di atasnya. Ia pun mulai menarik kain tiga lapis itu, lalu memanjat dengan kekuatan terakhirnya.

Bruk!

"Ah!"

Baru saja sampai di puncak dan melewati besi itu, tiba-tiba Danisha terjatuh ke bawah dan langsung mendarat di tanah.

Untung saja, jatuhnya keluar dari batas rumah Bian, itu artinya Danisha berhasil keluar dari rumah setan tersebut.

"Sedikit lagi! Sedikit lagi Danish! Kau hanya perlu berjalan sedikit ke jalan, lalu mencari pertolongan!" lirihnya dengan air mata dan darah yang bercampur di wajah cantiknya. Ia berbaring di tanah sambil menatap langit yang gelap.

Akhirnya Danisha bangkit berdiri. Ia terhuyung, berjalan menuju jalan utama dengan harapan ada seseorang yang akan menolongnya.

Danisha menangis sepanjang jalan.Ia berharap akan ada satu atau dua kendaraan yang lewat, lalu seseorang menolongnya. Tapi ini, dirinya sudah lama berjalan, dan sudah lebih dari lima kendaraan yang lewat, tapi tidak ada satu orang pun yang mau menolongnya.

Mungkin mereka mengira bahwa Danisha merupakan korban tabrak lagi. Jadi mereka tidak ada yang berani memberinya tumpangan.

Semakin lama, tubuh Danisha semakin lemah. Mau dipaksakan sekeras apapun, tubuh dan kakinya tidak mampu lagi untuk berjalan. Akhirnya Danisha memutuskan untuk berhenti sejenak. Ia duduk dan bersandar di pohon yang besar di pinggir jalan, lalu istirahat sambil memejamkan mata.

Jam 1 malam, hujan mulai turun. Danisha pun sudah tertidur di bawah pohon dengan tubuh lebam dan tangannya yang bengkak. Rasa basah dan dingin pun sudah tidak bisa dia rasakan lagi. Ingatannya menghilang seperti tidak terjadi apa-apa.

"Nona! Bangun, Nona! Apa Anda baik-baik saja?" tanya seorang pria di depannya.

Orang itu begitu wangi, berjongkok sambil memegang payung hitam dan melindungi tubuhnya dari air hujan. Dia memperhatikan tubuh Danisha dari atas hingga ke bawah. Lalu menyentuh luka di kening Danisha sambil mengerutkan kening.

"Nona! Bangunlah!" ucapnya lagi sambil menyentuh pipinya yang merah dan bengkak.

"Ah .... Si-siapa kau?" Antara hidup dan mati, Danisha bertanya pada orang yang ada di depannya.

Ia membuka matanya sedikit, namun tiga detik kemudian kesadarannya menghilang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 83 Tanggung Jawab Besar yang Membelit

    Pagi itu udara di rumah besar keluarga Mahendra begitu sejuk. Embun masih menempel di dedaunan taman yang terawat rapi, sementara sinar matahari perlahan menerobos kaca jendela besar ruang makan. Seisi rumah seakan tahu bahwa badai yang sempat mengguncang keluarga itu akhirnya sudah reda. Tuan Wilhem, kepala keluarga Mahendra, duduk di kursi utama meja makan panjang dengan wajah riang yang jarang ia tunjukkan. Koran harian terbuka di tangannya, sesekali ia menghela napas puas. Baginya, ketertiban dan kepatuhan anak-anaknya adalah hal terpenting, bahkan lebih penting dari perasaan mereka. Di seberangnya, Jane duduk anggun dengan gaun rapi warna gading. Rambut hitam panjangnya ditata gelombang lembut, wajahnya terlihat manis seperti biasa, namun tatapan matanya menyimpan kebahagiaan yang menusuk. Senyum tipis di bibirnya tak pernah lepas sejak semalam. “Om,” panggil Jane lembut, suaranya seperti madu, tapi ada tekanan terselubung di baliknya. “Terima kasih sudah memberikan kepercayaa

  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 82 Tidak Akan Menyerah

    Di malam hari, Danisha duduk di sebuah kafe remang bersama teman baiknya. Wajahnya dihiasi riasan tipis namun matanya masih menyimpan duka. Di depannya, Stefia menepuk tangannya. “Sha! Kau harus kuat! Dunia ini keras, tapi kau tidak boleh menyerah,” ucap Stefia dengan penuh rasa khawatir. Danisha sudah menceritakan semuanya, dari mulai masalah di kantor sampai dengan kondisinya saat ini. Stefia pun sedikit syok, tidak menyangka hidup teman baiknya akan rumit setelah beberapa waktu keduanya tidak bertemu. Tadi sebelum pulang kerja, Danisha sudah memberikan surat pengunduran dirinya pada Syam. Awalnya Syam tidak menerima, namun keputusan Danisha sudah dipertimbangkan matang-matang. Itu terbaik untuk Syam dan perusahannya. “Aku tidak tahu harus ke mana lagi, Stef! Aku kehilangan segalanya! Semuanya kacau gara-gara aku!” Danisha tersenyum getir. Stefia menatapnya serius. “Kalau begitu ikut aku! Tempatku memang bukan dunia yang bersih. Tapi di sana, setidaknya kau bisa hidup. S

  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 81 Kau Gila!

    Suasana di ruang kerja Tuan Wilhel terasa mencekam. Lampu gantung kristal berkilau, namun tak mampu menetralkan hawa tegang yang menggantung di udara. Di balik meja kayu besar berwarna gelap, Tuan Wilhem duduk tegak dengan wajah dingin. Jemarinya mengetuk permukaan meja berulang kali, menandakan betapa kesabarannya sudah menipis. Pintu terbuka. Wihaldy masuk, mengenakan setelan kerja yang seharusnya rapi, namun hari ini tampak sedikit berantakan dan basah. Ikatan dasinya longgar, rambutnya kusut, wajahnya penuh lelah setelah melewati hari-hari berat bersama Danisha. “Papa,” sapanya pelan, mencoba menjaga nada suaranya agar tidak terdengar menantang. Tuan Wilhem menoleh dengan tatapan tajam. Lalu memerintahkan, “Duduk!” Wihaldy menurut, meski tahu pertemuan ini tidak akan berakhir baik. Begitu ia duduk, sang ayah langsung menggebrak meja. “Apa yang kau pikirkan, Haldy?! Sebentar lagi kau akan menikah, tapi kenapa malah menemui wanita itu terus?” "Sebelum pulang ke rumah, k

  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 80 Aku Lelah

    Suasana kantor pagi itu lebih kaku dari biasanya. Tidak ada senyum ramah, tidak ada sapaan ringan. Semua orang berjalan terburu-buru, seolah takut terlibat dalam pusaran gosip yang sudah meledak ke mana-mana. Syam baru saja meletakkan map laporan di mejanya ketika sekretaris senior mengetuk pintu ruangannya. “Pak Syam, klien dari perusahaan MJ ingin bertemu dengan Anda. Mereka meminta penjelasan terkait isu yang beredar.” Syam menghentikan gerakannya, matanya menyipit. “Isu?” Sekretaris itu menunduk. “Tentang staf baru Anda… Ibu Danisha!” Darah Syam mendidih seketika. Mendengar langsung bahwa gosip sudah sampai ke telinga klien, itu membuat perutnya serasa ditusuk. “Baik,” ucapnya pendek. Ia meraih jas, menepuk bahunya sekali, lalu berjalan cepat menuju ruang pertemuan. *** Ruang rapat lantai tiga dipenuhi aura formalitas. Tiga orang perwakilan klien duduk di sisi meja panjang, dengan ekspresi dingin. Syam masuk, menunduk hormat, lalu duduk di kursi seberang. “Selama

  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 79 Akan Kembali Padaku

    Pagi itu, udara di kantor terasa berbeda. Lorong-lorong yang biasanya ramai dengan obrolan ringan kini dipenuhi dengan bisik-bisik tajam. Nama Danisha menjadi pusat perhatian, seolah seluruh gedung dipenuhi oleh satu kabar yang sama. Danisha berjalan dengan langkah ragu menuju mejanya. Ia bisa merasakan tatapan menusuk di setiap sudut. Beberapa karyawan yang biasanya ramah kini hanya menunduk atau saling berbisik sambil melirik dirinya. Hatinya semakin menciut ketika ia mendengar salah satu bisikan cukup jelas. “Katanya dia bercerai gara-gara ketahuan berselingkuh! Itu yang bikin mantan suaminya bunuh diri kemarin.” “Serius? Aku dengarnya malah dia jadi simpanan orang kaya setelah bercerai!” "Iya, benar! Setiap malam seorang pria selalu masuk ke rumahnya!" "Pulang subuh karena takut ketahuan!" Danisha berhenti sejenak, dadanya terasa sesak. Ia ingin berteriak membantah, ingin menjelaskan kebenaran, tapi lidahnya kelu. Ia tahu, melawan gosip hanya akan membuatnya semakin

  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 78 Gosip Baru

    Pagi itu, cahaya matahari menembus gorden tipis apartemen Danisha. Namun, ketenangan pagi sama sekali tidak terasa. Danisha baru saja bangun, duduk di tepi ranjang dengan rambut terurai berantakan, wajahnya masih lelah. Sementara Wihaldy sudah rapi, mengenakan kemeja putih dengan dasi longgar. “Sayang! Kau yakin tidak apa-apa kalau aku tinggal?” tanya Wihaldy sambil merapikan lengan kemejanya. Suaranya lembut, tapi sorot matanya masih menyiratkan keraguan untuk meninggalkan kekasihnya. Danisha menoleh, bibirnya melengkung tipis meski matanya sayu. “Kau harus pergi sekarang sebelum orang suruhan ayahmu melihatmu di sini! Aku tidak mau kau bertengkar lagi dengan ayahmu!” Wihaldy mendekat, lalu duduk di hadapannya. Ia mengangkat wajah Danisha dengan jemarinya. “Aku tidak peduli kalau harus bertengkar dengan Papa. Yang penting kau baik-baik saja!” “Aku akan baik-baik saja!” jawab Danisha meyakinkan. Wihaldy tersenyum tipis, lalu mengecup keningnya. “Kalau begitu, janji… kalau ada a

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status