Home / Romansa / Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat / Bab 4 Orang Lain tidak Boleh Tahu

Share

Bab 4 Orang Lain tidak Boleh Tahu

Author: Tusya Ryma
last update Last Updated: 2024-10-26 21:32:18

Di sore hari, kondisi Danisha sudah membaik, demamnya pun sudah turun dan kepalanya tidak pusing. Ia tidak diinfus lagi karena kondisinya benar-benar sudah baik. Hanya memar di tubuh dan sedikit bengkak di tangan, itu tidak masalah. Danisha masih bisa beraktifitas seperti biasa.

"Nona! Ini pakaian untuk Anda! Mandi dan pakailah! Pak Lucas menunggu Anda di bawah!" ucap kepala pelayan yang bernama Lunie.

Tadi, setelah tuannya pulang kerja, Lunie menceritakan kondisi dan keadaan Danisha pada pria single yang sudah berusia tiga puluh lima tahun—namun belum menikah. Tuannya yang sangat kaya itu langsung memberikan pakaian yang dibawanya dari luar, lalu meminta Lunie untuk memberikannya pada Danisha dan memanggil wanita yang terpaut usia 9 tahun lebih muda darinya itu untuk turun ke bawah. Tapi bukan untuk menemui sang pemilik rumah, melainkan Lucas—asisten pribadinya—mewakilinya untuk berbicara dengan Danisha.

"Oh, ya! Terima kasih!" balas Danish sambil mengambil pakaian itu dari tangan Lunie, lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah selesai, ia segera memakai pakaian bagus dari merek terkenal yang sudah lengkap dengan pakaian dalam, lalu turun ke bawah sesuai arahan dari kepala pelayan.

Di ruang keluarga yang nampak luas dengan lampu minimalis besar yang tergantung di atas meja, juga sofa sudut yang besar berwarna krem, duduk seorang pria yang sudah berusia 40 tahu. Dia mewakili tuannya berbicara pada Danisha. Di tangannya ada ponsel lipat besar yang sedang dipegangnya dan dia mengirim pesan pada seseorang.

"Pak!" panggil Lunie pada Lucas.

Lucas yang sedari tadi duduk di sofa pun segera menoleh. Ia melihat Lunie dan Danisha silih berganti. Lalu menyuruhnya untuk ke depan.

"Silahkan duduk!"

"Ini Pak Lucas, asisten pribadi Tuan Muda Wihaldy! Silahkan, Nona!" Lunie memperkenalkannya pada Danisha.

Setelah itu dia membantu Danisha duduk di depan Lucas, lalu kembali ke belakang setelah selesai.

Di ruangan yang dingin, yang hanya ada mereka berdua, Danisha tersenyum, lalu menunduk sambil memainkan jari jemarinya di atas paha.

Ia berkata dengan pelan, "Terima kasih, Pak! Semalam Anda sudah menolong saya! Selain itu, Anda pun mengobati saya sampai saya sembuh. Kebaikan Anda dan orang-orang yang ada di rumah ini, selamanya saya tidak akan melupakannya. Suatu hari nanti, jika Anda membutuhkan bantuan, saya akan siap membantu semaksimal mungkin!"

Danisha mengatakannya dengan tulus.

"Em! Syukurlah kalau Anda sudah sehat! Semalam yang menolong Anda bukan saya, tapi Tuan. Sekarang dia sedang pergi ke luar, ada pertemuan dengan klien. Saya mewakili beliau ingin berbicara langsung dengan Anda. Semalam Tuan menolong Anda di jalan. Tapi yang menabrak Anda bukan Tuan. Dia hanya—"

"Ah, tidak Pak! Sepertinya kalian salah paham. "Saya bukan korban tabrak lari. Melainkan ...." Danisha tersenyum kecil.

Tidak ingin mereka salah paham, tapi juga sangat menyakitkan jika harus diceritakan kepada orang lain.

"Karena tuan Anda yang menolong saya, saya pun tidak ingin kalian salah paham, jadi, saya akan berkata terus terang. Sebenarnya ... tadi malam itu saya habis dipukuli orang. Tapi itu tidak masalah. Sekarang saya sudah baik-baik saja. Saya sangat berterimakasih karena tuan anda sudah menolong saya!" jelas Danisha masih dengan menunduk.

Jika tidak dijelaskan, mereka akan mengira kalau dirinya merupakan korban tabrak lagi. Danisha tidak ingin tuan itu merasa terancam, dan Danisha pun tidak ingin pria itu dituduh sebagai orang yang menabraknya semalam.

"Hah? Di–dianiaya?" Lucas pun terkejut.

Pikirnya semalam tuannya menolong wanita yang tertabrak mobil, tapi ternyata wanita itu korban penganiayaan.

Lucas pun menyarankan, "Sebaiknya Anda lapor polisi. Biar orang itu hukuman!"

"Hehe! Tidak apa-apa! Saya bisa menyelesaikannya sendiri!" Danisha masih tersenyum. Namun kali ini air matanya tidak bisa berhenti untuk menetes.

Dengan cepat ia menyekanya dengan pakaian agar orang yang ada di depannya tidak salah paham.

"O, baiklah!" Lucas pun jadi serba salah.

"Berapa nomor telepon suami Anda? Saya akan segera menghubunginya, meminta dia untuk menjemput Anda di sini," ucap Lucas sambil membuka kembali ponselnya. Bersiap menghubungi suami wanita yang ada di depannya.

"Berapa nomornya?" tanya Lucas lagi karena Danisha tidak menjawab.

Wanita itu hanya terdiam sambil melamun.

"Nona?"

"Oh, ya!" Danisha segera tersadar. Ia pun menjawab, "83820xxxxxx. I-itu nomor mantan, eh, nomor suami saya!"

Akhirnya Danisha mengatakannya. Ia tidak ingin menyulitkan orang yang telah menyelamatkan nyawanya.

Kalau sampai orang lain tahu, Danisha yang sudah menikah pergi ke rumah pria lain dan menginap, mungkin pria ini akan disalahkan oleh semua orang. Untuk mencegah hal itu terjadi, lebih baik kalau sekarang Danisha menghubungi Bian, membiarkan suami jahatnya itu untuk menjemputnya di rumah orang kaya itu.

Benar saja, Lucas langsung menghubungi nomor tersebut. Ia bilang, dirinya menolong Danisha yang habis dianiaya orang semalam. Lucas pun meminta maaf karena baru menghubunginya sekarang setelah keadaan Danisha membaik. Setelah itu, ia menyuruh Bian untuk menjemput istrinya di rumah.

"Oke!"

Klik!

Sambung telepon pun ditutup.

"Satu jaman lagi suami Anda akan datang menjemput. Bersiaplah!" ucap Lucas setelah menutup teleponnya.

Danisha yang ada di depannya hanya tersenyum sambil mengangguk. Hatinya sungguh berat, membayangkan jika 1 jam lagi dia akan bertemu dengan suami jahat yang semalam menyiksanya. Ingin berkata tidak pun, itu tidak bisa. Permasalahan rumah tangganya, orang lain tidak boleh tahu. Apalagi ini orang asing yang belum pernah bertemu sebelumnya. Mereka tidak boleh tahu apa yang terjadi pada pernikahannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 86 Hasil Memuaskan

    Hari-hari telah berlalu, hujan tipis-tipis mengguyur kota malam itu. Jalanan basah memantulkan cahaya lampu jalan, membuat suasana sendu. Wihaldy duduk di kursi kemudi mobilnya, menatap kosong ke depan. Sejak tiga minggu terakhir, hidupnya terasa hampa. Ia kembali mengikuti aturan ayahnya, kembali mengikat diri pada Jane, kembali menjadi putra Mahendra yang patuh. Tiba di rumah orang tuanya, begitu melangkah masuk, suara Tuan Wilhem langsung menyambutnya dari ruang tamu. “Dari mana saja kau, Haldy?” suaranya berat, penuh wibawa, namun juga curiga. Wihaldy berhenti, menundukkan kepala sejenak. “Ada urusan!” “Urusan? Atau kau menemui wanita itu lagi?” Wilhem meletakkan koran di meja, menatap putranya dengan sorot tajam. Jantung Wihaldy berdegup keras. Sekilas wajah Danisha terbayang di wajahnya. Seperti biasa, setiap malam ia mengikuti wanita itu ke tempat kerja, melihatnya masuk ke salah satu ruangan dan keluar setelah beberapa jam. Setelah itu, dirinya pun langsung pulang

  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 85 Kau Hebat

    Malam turun perlahan, menutup kota dengan cahaya neon dan keramaian. Di depan cermin, Danisha menatap bayangan dirinya. Riasan tipis menutupi sisa sembab di matanya. Gaun sederhana yang dipilihkan Stefia kembali melekat di tubuhnya, memberikan kesan anggun meski hatinya masih penuh luka. “Cantik,” suara Stefia terdengar dari balik pintu kamar. “Kau sudah siap?” Danisha membuka pintu. Stefia berdiri dengan balutan dress merah menyala, rambutnya ditata rapi. Senyumnya penuh percaya diri, seakan dunia malam adalah panggung tempat ia bersinar. “Aku… aku masih merasa aneh, Stef,” bisik Danisha lirih. “Tapi aku akan coba!” Stefia menepuk bahunya. “Tidak apa-apa! Kau tidak sendirian. Ingat, aku selalu ada di sampingmu.” *** Mereka tiba di gedung karaoke mewah yang sama. Lampu-lampu neon berkelip, suara musik berdentum samar dari dalam. Begitu masuk, aroma parfum bercampur alkohol langsung menyambut. Bagi Danisha, dunia ini masih asing. Ia merasa seperti terlempar ke dalam realit

  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 84 Jadi, Ini Akhirnya?

    Siang itu, apartemen terasa begitu hening. Matahari menyorot masuk lewat celah tirai, tapi sinarnya tidak mampu menghangatkan hati Danisha yang dingin. Ia duduk di sofa, memeluk lutut, menatap kosong ke arah televisi yang menyala tanpa suara. Suara presenter di layar bergerak-gerak, tapi otaknya tak menangkap apa pun. Hanya ada satu hal yang terus menghantui pikirannya. Sejak semalam, ia sudah mencoba menelepon, mengirim pesan, bahkan menunggu sampai hampir fajar. Namun nomor itu tak pernah aktif. Tak ada balasan. Tak ada kabar. Seolah lelaki itu menghilang dari permukaan bumi. “Apa aku melakukan kesalahan?” bisiknya lirih, nyaris tak terdengar. Air matanya menggenang, tapi Danisha berusaha menahannya. Ia sudah terlalu sering menangis. Ia takut kalau air mata itu tak akan ada habisnya. Namun semakin ditahan, semakin perih rasanya di dada. Ia berdiri, melangkah gontai menuju balkon. Kota terlihat ramai dari lantai dua puluh apartemennya. Orang-orang berjalan, kendaraan lalu lalan

  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 83 Tanggung Jawab Besar yang Membelit

    Pagi itu udara di rumah besar keluarga Mahendra begitu sejuk. Embun masih menempel di dedaunan taman yang terawat rapi, sementara sinar matahari perlahan menerobos kaca jendela besar ruang makan. Seisi rumah seakan tahu bahwa badai yang sempat mengguncang keluarga itu akhirnya sudah reda. Tuan Wilhem, kepala keluarga Mahendra, duduk di kursi utama meja makan panjang dengan wajah riang yang jarang ia tunjukkan. Koran harian terbuka di tangannya, sesekali ia menghela napas puas. Baginya, ketertiban dan kepatuhan anak-anaknya adalah hal terpenting, bahkan lebih penting dari perasaan mereka. Di seberangnya, Jane duduk anggun dengan gaun rapi warna gading. Rambut hitam panjangnya ditata gelombang lembut, wajahnya terlihat manis seperti biasa, namun tatapan matanya menyimpan kebahagiaan yang menusuk. Senyum tipis di bibirnya tak pernah lepas sejak semalam. “Om,” panggil Jane lembut, suaranya seperti madu, tapi ada tekanan terselubung di baliknya. “Terima kasih sudah memberikan kepercayaa

  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 82 Tidak Akan Menyerah

    Di malam hari, Danisha duduk di sebuah kafe remang bersama teman baiknya. Wajahnya dihiasi riasan tipis namun matanya masih menyimpan duka. Di depannya, Stefia menepuk tangannya. “Sha! Kau harus kuat! Dunia ini keras, tapi kau tidak boleh menyerah,” ucap Stefia dengan penuh rasa khawatir. Danisha sudah menceritakan semuanya, dari mulai masalah di kantor sampai dengan kondisinya saat ini. Stefia pun sedikit syok, tidak menyangka hidup teman baiknya akan rumit setelah beberapa waktu keduanya tidak bertemu. Tadi sebelum pulang kerja, Danisha sudah memberikan surat pengunduran dirinya pada Syam. Awalnya Syam tidak menerima, namun keputusan Danisha sudah dipertimbangkan matang-matang. Itu terbaik untuk Syam dan perusahannya. “Aku tidak tahu harus ke mana lagi, Stef! Aku kehilangan segalanya! Semuanya kacau gara-gara aku!” Danisha tersenyum getir. Stefia menatapnya serius. “Kalau begitu ikut aku! Tempatku memang bukan dunia yang bersih. Tapi di sana, setidaknya kau bisa hidup. S

  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 81 Kau Gila!

    Suasana di ruang kerja Tuan Wilhel terasa mencekam. Lampu gantung kristal berkilau, namun tak mampu menetralkan hawa tegang yang menggantung di udara. Di balik meja kayu besar berwarna gelap, Tuan Wilhem duduk tegak dengan wajah dingin. Jemarinya mengetuk permukaan meja berulang kali, menandakan betapa kesabarannya sudah menipis. Pintu terbuka. Wihaldy masuk, mengenakan setelan kerja yang seharusnya rapi, namun hari ini tampak sedikit berantakan dan basah. Ikatan dasinya longgar, rambutnya kusut, wajahnya penuh lelah setelah melewati hari-hari berat bersama Danisha. “Papa,” sapanya pelan, mencoba menjaga nada suaranya agar tidak terdengar menantang. Tuan Wilhem menoleh dengan tatapan tajam. Lalu memerintahkan, “Duduk!” Wihaldy menurut, meski tahu pertemuan ini tidak akan berakhir baik. Begitu ia duduk, sang ayah langsung menggebrak meja. “Apa yang kau pikirkan, Haldy?! Sebentar lagi kau akan menikah, tapi kenapa malah menemui wanita itu terus?” "Sebelum pulang ke rumah, k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status