Share

2. Videonya Asli Atau Palsu?

last update Last Updated: 2024-10-14 22:47:38

Aryesta membuka mata. Lalu, mengerjap berulang kali hanya untuk merasai kepalanya nyeri. Terlebih saat mengingat kejadian semalam. Ya Tuhan, pernikahannya hancur dalam hitungan jam. Kembali memejamkan mata, Aryesta menggeleng tak percaya. Dion telah menceraikannya.

Sementara Aryesta tak menyadari bahwa Dion ada di kamar yang sama, duduk di sofa tak jauh sambil menggeram marah. Namun, di antara geraman itu, dia masih tak percaya. Hatinya masih berharap bahwa video semalam hanya editan saja. Sungguh, dia masih berharap bukan istrinya yang ada dalam video tersebut. Dia masih berharap bahwa itu hanyalah pekerjaan orang iseng saja.

“Aryesta,” panggil Dion pelan. “Bangun, dan ikut saya.”

Aryesta tersentak, praktis membuka mata. “Mas? Kamu—“

Dion berdiri. Wajahnya masih keras. Aura pria itu tampak suram. “Bangun. Bersihkan diri kamu. Ahli IT sudah menunggu kita di bawah,” ucapnya pelan. Pria itu berusaha untuk tak membentak. Dia membuang wajah. Wajah sembab dan bengkak Aryesta sungguh dia benci. Sebab artinya kejadian semalam bukan mimpi belaka.

Aryesta segera menyingkap selimut. Dia seka wajah kasar seraya berjalan mendekat. “Mas dengarkan aku. Kamu harus percaya aku. Aku istrimu. Aku enggak mungkin bertindak begitu. Bukan aku wanita di video itu! Itu editan.” Pelan, dia raih jemari Dion. “Kamu percaya aku, Mas.”

Dion menghela napas pelan. Tatapannya jatuh pada jemari yang Aryesta sentuh sebelum manik tegas itu merangkak naik. Lalu, tatapan keduanya bertaut. Pria itu menggeleng. Dia tarik tangannya.

Aryesta buru-buru menggenggam tangan Dion lebih erat. “Sumpah demi Tuhan, Mas. Itu bukan aku!”

Dion kembali menarik napas. “Kita akan tahu nanti. Maka bergegaslah.”

“Aku butuh kamu percaya, Mas!" lirih Aryesta yang masih mengharap kepercayaan dari suaminya meski hanya sedikit.

“Percaya atau tidaknya saya sekarang, enggak akan ada pengaruhnya, Aryesta. Hasil pengecekan IT-lah nanti yang menentukan sikap saya ke depannya.” Jawaban Dion langsung membuat Aryesta lemas mendengarnya.

“Mas, kamu harus percaya aku!” Aryesta menatap suaminya dengan pendar memohon. “Tolong, percayalah. Aku enggak mungkin melakukan hal keji seperti itu.”

Dion menyentak tangannya. “Saya akan percaya hanya jika video itu terbukti editan.” Dia balas tatapan sang istri. Dion menggeleng. “Enggak ada gunanya kamu mendebat begini. Sebaiknya kamu segera menyusul ke ruang keluarga di bawah.”

Aryesta menyentak napas. Tahu tak bisa mengulur waktu lebih lama, dia bergegas. Dion benar, mereka harus segera membuktikan keaslian video tersebut agar masalah mereka cepat selesai.

Turun dengan langkah tergesa, Aryesta sempat mematung sejenak. Di ruang tengah yang luas itu bukan hanya ada Dion dan seorang yang dia yakini adalah IT yang suaminya maksud, tetapi juga ada adiknya. Yaitu, Dinda dan ibu tirinya Denia.

Beralih pada Dion yang berdeham, Aryesta ikut berdeham pelan. Dia kembali mengayun langkah. Namun, tatapannya tetap tertuju pada Dinda dan Denia. Entahlah, Aryesta seperti melihat senyum kemenangan di wajah itu.

“Kalian sedang apa di sini?” tanya Aryesta begitu hendak ikut duduk bergabung Denia dan Dinda hanya tersenyum. Mengabaikan sikap tak acuh perempuan itu, Aryesta tertegun. Dia tak bisa tak tersinggung saat Dion justru memintanya duduk berseberangan.

“Mau sampai kapan kamu berdiri begitu?” tegur Dion. “Cepat duduklah.”

Aryesta mengangguk tanpa kata. Lalu, Dion meminta ahli IT segera mengecek keaslian video.

Di ruangan berpendingin itu, semuanya terdiam. Aryesta memejamkan mata saat suara video seperti semalam terdengar berulang, berpadu dengan suara ketukan jari di atas keyboard. Entah apa yang dilakukan hingga bermenit-menit yang terasa lama itu berakhir dengan Aryesta meraung tak terima.

"Sesuai bukti, video ini 99% asli tanpa adanya editan!"

Deg!

Jantung Aryesta berdebar tak menentu saat mendengar vonis suara dari IT yang baru saja menyampaikan hasil analisisnya.

“Bohong! Itu bukan aku!” sanggah Aryesta. Dia menggeleng pada Dion. “Tolong, Mas. Percaya sama aku. Aku dijebak, Mas!”

Dion bangun. Napasnya memburu marah. Sejak semalam, hatinya terus menyangkal berharap video tersebut hanya keisengan rival bisnisnya, atau orang yang tak suka padanya dan Aryesta saja. Namun, mendengar penjelasan IT itu, Dion tak bisa tak marah.

Dion menyugar rambutnya kasar. Dia berjalan agak menjauh. Lalu berteriak. Napasnya terembus patah-patah. Lampu di atas nakas dia banting.

Aryesta mendekati suaminya. Dia mencoba meraih tangan Dion setelah usahanya untuk memeluk sang suami tak berhasil.

“Mas. Tolong percaya aku. Aku enggak mungkin melakukan itu.” Aryesta masih berusaha menyentuh jemari Dion. “Aku enggak mungkin mengkhianati kamu, Mas!”

“Apa kamu mengalami penurunan pendengaran?” Dion mendesis. “Kita semua dengar, Aryesta. Video itu asli! Tanpa rekayasa! Artinya perempuan di sana memang kamu!” tunjuk Dion.

“Demi Tuhan, Mas. Kamu harus percaya aku!” kukuh Aryesta. “Aku—“

“Kamu menjijikkan!” sela Dion. “Kamu tahu? Di detik terakhir, saya masih berharap apa yang kita lihat memang salah. Saya berharap kamu enggak semenjijikkan itu!”

“Aku enggak ngelakuin itu!” teriak Aryesta yang masih syok tak terima.

“Apalagi yang mau kamu bantah, hah?!” sentak Dion. Tak tahukah Aryesta, Dion begitu kecewa? Perempuan yang dia cintai, nyatanya tak lebih dari perempuan nakal. “Bukti sudah di depan mata. Saya bahkan membawa ahli ke depan mata kamu, tapi kamu masih saja mengelak. Hebat ya, kamu!”

“Aku dijebak, Mas!” sanggahnya lagi. “Mas harus percaya aku. Aku masih suci, demi Tuhan!”

“Kalau begitu, jawab ini.” Dion memotong jarak lebih dekat. “Apakah perempuan di video itu bukan kamu?”

Bibir Aryesta bergetar. Dia kesulitan menelan ludah. “Aku ... aku ....”

“Lihat?” Dion memundurkan tubuh satu langkah. Tatapannya terhunus penuh rasa jijik pada Aryesta. Dia ingin sekali meludahi wajah bersimbah air mata buaya di depannya ini. “Kamu enggak bisa jawab, kan?”

Di depannya Aryesta menipiskan bibir. Dia tak lagi bisa menyangkal. Sakit karena ada yang melakukan hal ini padanya, tetapi jauh lebih sakit melihat suaminya sendiri, memandangnya rendah begini.

“Aku dijebak, Mas,” jawab Aryesta pelan. “Di video itu memang aku, tapi aku dijebak, Mas.”

Dion terkekeh geli. Dibanding tertawa begitu, dia lebih ingin melenyapkan seseorang. Seseorang yang mengkhianati pernikahannya sendiri.

Mengusap wajahnya kasar, Dion mengangguk satu kali. “Oke.” Sekali ini, Dion ingin mendengar penjelasan Aryesta. “Kamu dijebak, begitu?”

Aryesta mengangguk yakin. “Iya, Mas! Aku sungguh enggak berbohong!"

“Siapa yang menjebak kamu?” Dion kembalikan tatapannya pada wanita yang tak lagi ada kehormatan di matanya. “Siapa orangnya dan apa alasannya, hmh?"

Aryesta terdiam sebentar. Ada ragu yang menyusup pelan. Bukan hanya karena dia tak ingat malam itu, tetapi juga karena khawatir Dion tak akan percaya pada ucapannya.

 â€œAleandra Zeygan.” Aryesta mendongak. Lalu dia mengangguk yakin. “Aku dijebak oleh Aleandra Zeygan, Mas. Dia yang menjebakku.”

Dion mengerutkan kening. Rasanya nama yang Aryesta sebutkan tak asing. Dia mencoba menggali ingatan. Lalu, di detik ke tujuh, tawa Dion menggema penuh ejekan.

“Aleandra Zeygan?” tanyanya masih dengan nada mencemooh. “Kamu enggak salah menyebutkan nama?”

“Aku enggak berbohong, Mas. Dia yang sudah menjebakku.” Aryesta tetap kukuh pada asumsinya. Apalagi sebelum dia pingsan Aleandra sempat menelpon dirinya.

Dion mendesis kesal. Bisa-bisanya Aryesta menutupi kebohongan dengan cara begini. “Kamu tahu siapa yang kamu sebutkan tadi? Biar kuberi tahu, Aleandra Zeygan, CEO paling tampan sekaligus pengusaha muda terkenal dan namanya sedang naik daun di negeri ini.”

'Lalu, Aryesta menyebutkan pengusaha itu yang menjebak? Hah, perempuan itu ternyata bukan hanya murahan, tetapi juga tak waras rupanya,' pikir Dion melanjutkannya di dalam hati.

“Aku enggak bohong, Mas! Karena memang dia menjebakku!” sanggah Aryesta. “Kamu harus percaya aku. Dan aku akan buktiin, bahwa ucapanku ini benar.”

Dion mengumpat keras. “Apa yang ada dalam kepalamu itu, Aryesta?” Matanya menyalak marah. “Kamu pikir saya ini bodoh? Sampai harus merangkai kebohongan seperti ini, hah?”

Aryesta memang sangat cantik dan menarik, Dion tak akan memungkiri itu. Namun, melibatkan nama CEO perusahaan maju dan terkenal, apa bukan kebodohan namanya? Aleandra Zeygan bisa mendapatkan sepuluh atau bahkan ratusan perempuan seperti Aryesta jika mau. Bukan malah membuat skandal murahan begini.

“Aku enggak berbohong!” raung Aryesta. “Demi Tuhan, dia yang menjebakku, Mas!”

Dion menggeleng. Tak ingin lepas kendali seperti tadi malam, dia merasa harus pergi sekarang. Dia melangkah dengan kaki-kaki lebar. Tak peduli, di belakangnya Aryesta terus memanggil-manggil memintanya untuk kembali.

Aryesta tergugu. Dia kembali menanyakan keaslian video itu. “Apa Anda enggak salah menganalisis?”

“Saya profesional. Semua unsur telah dipenuhi. Video itu memang asli.” Jawaban IT profesional itu semakin membuat dada Aryesta berdegup sangat kencang dan masih tetap menyangkalnya dalam hati.

Aryesta mengepalkan tangan kuat-kuat. “Aleandra Zeygan, kurang ajar!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   157. Extra Part - The End

    Lalu Aleandra pun menjelaskan jika di perusahaannya terjadi keributan. Membuat Aryesta ikut terkejut dan mengajak suaminya itu untuk segera pergi ke perusahaan."Tapi aku tidak mungkin ninggalin kamu sama Dean di sini, Ar.""Kami ikut kamu, Mas. Urusan Maria kita serahin ke Ben saja, oke?" saran Aryesta yang langsung disetujui oleh suaminya itu.Akhirnya Aleandra pun segera menelpon Beni dan menyerahkan segala urusannya pada laki-laki itu. Sementara dia pergi ke perusahaan.Di perjalanan, Dean tersadar dan sedikit linglung, yang langsung disyukuri oleh orang tuanya.Aryesta memeluk erat tubuh putranya lalu berucap, "Maafin Mommy, Sayang. Karena Mommy lepasin tangan kamu tadi, kamu hampir saja diculik sama si Ulat bulu itu."Dean masih bingung, tetapi juga mengangguk dan balas memeluk sang ibu, dengan perasaan nyaman luar biasa.Aleandra yang ikut lega pun mengusap puncak kepala Dean, sambil tetap fokus pada kemudi, yang tersenyum kala sedetik tatapan ayah dan anak itu saling bertautan.

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   156. Extra Part 15

    Mobil yang Maria kendarai menabrak motor tersebut, membuat berteriak dan membanting setir kemudi, hingga berakhir menubruk batang pohon besar, dan membuatnya tak sadarkan diri.Orang yang lalu lalang langsung mendekat, dan memanggil ambulance juga pihak polisi untuk segera datang ke tempat kejadian.Hingga kerumunan itu menyebabkan kemacetan, dan membuat Aleandra yang hendak melewati jalur tersebut mengumpat kasar.Melihat suaminya mencak-mencak, Aryesta pun memutuskan untuk keluar mobil dan bertanya pada warga sekitar."Ah itu, Bu. Ada mobil hitam tabrakan sama motor yang orangnya lagi mabuk. Kayaknya yang bawa mobil luka parah, tapi untungnya balita yang ada di mobil penumpang baik-baik saja, Bu."Ucapan salah satu warga yang menjawab pertanyaan Aryesta tentu saja membuatnya terkejut bukan main.Jantungnya berdebar-debar tak menentu, seraya melangkah menuju mobil yang bagian depannya sudah nyaris hancur.Detik itu juga mata Aryesta membulat sempurna, dan langsung berlari menuju pintu

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   155. Extra Part 14

    Saat ini Aryesta dan Aleandra sedang berbelanja di supermarket untuk kebutuhan sehari-harinya. Bukan tak percaya pada asisten rumah tangga, tetapi keduanya sedang healing bersama putra mereka.Dan saat ini keduanya sedang berada di taman bermain, baru saja Aryesta mengambil dompet dari tas untuk mengangkat sebuah telepon, pada detik kelima dia berbalik langsung bertatapan dengan mata tajam Aleandra.Baru saja membuka mulutnya hendak bicara, tetapi ucapannya langsung tertahan."Di mana Dean, Ar! Kenapa kamu malah sibuk teleponan?!"Deg!Saat itu juga mata Aryesta menoleh ke samping kirinya dan melotot, ketika keberadaan putranya tiba-tiba hilang entah ke mana.Bukannya menjawab, Aryesta langsung panik dan berjalan ke sana kemari mencari Dean, yang lenyap seketika itu."Sialan! Siapa yang berani main-main denganku, hah?!" pekik Aleandra yang merasa jika ada yang tak beres dengan hilangnya putra mereka.Tanpa banyak waktu, Aleandra bergegas mencari keberadaan Dean, berpencar dari sang ist

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   154. Extra Part 13

    Aleandra berdiri di balkon kamarnya, memandang langit malam dengan tatapan kosong.Ya, setelah kelahiran bayi Adam dan Dinda 3 jam yang lalu, Aleandra putuskan kembali ke rumah, melanjutkan sisa-sisa masalah yang sebelumnya sudah diurusi oleh Beni."Apakah bayinya setampan Dean, Mas?" ucal Aryesta seraya merengkuh tubuh suaminya dari belakang.Hal yang membuat Aleandra terlonjak saking kagetnya. Beruntung laki-laki itu mengenali aroma parfum yang menempel di kulit istrinya, sehingg tak berakhir dia banting, karena Aleandra sangat tak menyukai sentuhan lawan jenis, selain istrinya saja.Aleandra tersenyum dan menggelengkan kepalanya tak setuju, "Dean yang paling tampan, Ar. Kau tenang saja, di kemudian hari pasti Dean yang akan menang jika mereka terjebak cinta jajar genjang."Aryesta terkekeh mendengarnya sambil berjalan ke samping, dan menyandarkan kepalanya di lengan sang suami."Jadi namanya Bian Reganza, Mas?"Aleandra menganggukan kepalanya, lalu tanpa menunggu waktu yang lama unt

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   153. Extra Part 12

    Maria melangkah pelan menuju punggung Dinda, sampai ....Bruk!"Argh!" teriak Dinda dengan tubuhnya yang sudah terjungkal ke depan, perut buncitnya pun menempel ke atas lantai dengan hantaman keras."Dinda!" Adam refleks membentak, melihat istrinya terjatuh dan mengerang di atas lantai.Sampai akhirnya dia sadar jika ada seseorang di belakang, yang sedang mematung tak percaya, dengan apa yang baru saja dia lakukan pada adik ipar dari Nyonya rumah ini."Kau ... dasar perempuan kurang ajar!" suara Adam menggelegar berat, lalu melangkah ke arah Maria hingga ....Bugh!Bruk!"Argh!" Maria meringis sata bahunya ditonjok dan disungkurkan dengan kekuatan penuh, membuat tubuhnya terpelanting di atas lantai, dan mengenai guji di dekatnya, membuat semua orang yang baru saja masuk rumah, langsung berhamburan mencari sumber suara.Semua orang menatap terkejut, saat Dinda terjatuh dan menangis, sambil menatap paha putihnya yang sudah dilumuri darah segar.Kemudian tatapan semua orang menoleh ke ara

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   152. Extra Part 11

    Dada Maria berdebar keras, mendengar suara berat itu, suara yang sangat jarang dia dengar, kini laki-laki itu datang juga ke mansion tuannya.Maria masih mematung, dan belum membalikkan badannya, takut jika laki-laki itu mengadukannya pada sang Tuan, ataupun memprovokasi tuannya untuk memecatnya dari pekerjaan ini.Laki-laki yang ternyata adalah Adam, wakil direktur di perusahaan Alra Grup, sekaligus sahabat Aleandra itu pun berjalan 4 langkah, kemudian berhenti, tepat di depan Maria, membuatnya membelakangi Maria saat ini."Saya mengetahui niat busukmu itu, bahkan saya yakin, kalau sahabat saya juga sudah mengetahuinya. Dia diam hanya karena menganggap kamu bukan lawan sepadannya saja. Jadi jangan terlalu percaya diri, Maria."Perkataan Adam langsung membuat lutut Maria lemas, hingga tubuh Maria ambruk ke atas lantai, tetapi baru saja Adam hendak menoleh ke belakang untuk melihat kondisi Maria, dari arah dalam rumah muncullah seseorang."Sayang! Kamu berani gatel sama pengasuh kegatel

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   151. Extra Part 10

    "J–jadi Tuan tahu kalau Maria itu ...."Ucapan Beni menggantung, dan menatap tuannya sedang tersenyum miring, diiringi anggukan kepala untuk membenarkan apa yang ada di dalam kepala Beni."Maria berhalusinasi terlalu tinggi, hingga bermimpi ingin menjadi Nyonya rumahku. Oh, sungguh menggelikan. Bahkan Maria belum ada seujung kukunya istriku, Ben," kekeh Aleandra, yang mentertawakan kelakuan absurd baby sister putranya.Namun,satu alis Beni terangkat, dan bingung dengan apa yang ada di dalam kepala tuannya pun kembali bertanya."Kalau Tuan tahu kelakuan perempuan kampret itu, kenapa Tuan belum juga mengusirnya?"Aleandra tersenyum singkat, lalu mengangkat kedua bahunya, "Seperti yang kubilang tadi. Aku cukup terhibur dengan kecemburuan istriku, dan sangat menyenangkan melihat kesulitan Maria, saat menghadapi ketantrumannya Dean."Beni cukup mengerti, dan memang cukup menghibur melihat Maria dalam kesulitan menghadapi Dean selama ini.Hingga akhirnya percakapan keduanya selesai, karena d

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   150. Extra Part 9

    "I–ini tidak mungkin," lirih Aleandra yang masih tak percaya dengan diagnosa dokter tadi.Masih sangat terkejut, kini Aleandra duduk di bangku yang tersedia di luar ruang perawatan. Kemudian matanya menatap pintu kamar VVIP tempat istrinya beristirahat.Sibuk dengan lamunan, tiba-tiba saja seseorang menepuk bahu Aleandra, membuatnya sedikit terlonjak kaget, saat melihat Beni datang tanpa Dean.Berhubung ini rumah sakit, dengan usia Dean yang baru 3 tahun, membuat balita itu mau tak mau harus duduk manis di mansion mewahnya, ditemani Denia, juga Dinda untuk menjaganya, selama Aryesta belum diperbolehkan pulang."Saya minta maaf mengenai kejadian dua hari lalu, Tuan. Tapi yang jelas kami tidak memiliki hubungan apa pun selain Nyonya dan bodyguard-nya saja," jelas Beni membuka pembicaraan, karena laki-laki itu belum mengetahui hasil pemeriksaan medis sang Nyonya.Ada helaan napas dari Aleandra saat mendengar penjelasan tersebut. Karena sebetulnya dia pun tahu kebenarannya, setelah mengece

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   149. Extra Part 8

    Meninggalkan Maria yang masih menyeringai di belakang, Aleandra sudah berjalan menjauh, menururni anak tangga, dan mata tajamnya menyapu ruang tamu yang lampunya sudah menyala.Dan entah kenapa perasaannya mendadak tak tenang, setelah mendapat aduan dari baby sister putranya tadi, mengenai keberadaan istrinya yang sedang berduaan dengan salah satu orang kepercayaannya, yaitu Beni."Aku tidak akan memaafkanmu kali ini, Ar. Kita lihat saja setelah ini apa yang akan aku lakukan padamu," cicit Aleandra dengan tangan mengepal kencang. Terus berjalan hingga kakinya berhenti di ambang pintu dan melihat sesuatu yang membuat dadanya terbakar api cemburu. Di depan sana ... Beni sedang memeluk pinggang istrinya, membuat Aleandra berteriak kencang."Apa yang kalian lakukan di sini, brengsek!"Bugh!Bugh!Bugh!Dengan brutal Aleandra menarik kerah kemeja Beni, lalu memberikan 3 pukulan pada laki-laki yang sudah sangat lancang menyentuh miliknya. Sialan!Gigi Aleandra bergemelutuk, saat bayangan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status