Share

Bab 7

Author: Nabila
Keesokan harinya, di Paviliun Kesatria.

Cahyani dan Ningsih datang untuk memberi salam kepada Sekar.

Sekar menggenggam tangan Ningsih dengan penuh kasih sayang dan menghujaninya dengan perhatian, tetapi malah mengabaikan Cahyani.

Maya tahu bahwa Sekar adalah orang yang hanya mementingkan kekuasaan. Namun, sikap pilih kasihnya sudah terlalu mencolok. Dia bahkan tidak repot-repot bersandiwara.

Cahyani sudah terbiasa dan sama sekali tidak peduli dengan sikap Sekar. Dia menyeruput tehnya dengan santai dan mendengar Sekar bertanya kepada Ningsih, "Kenapa dekret Kaisar mengenai pemberian gelar untuk Satya belum dikeluarkan? Apakah akan ada perubahan?"

Ningsih menjawab dengan yakin, "Ibu tenang saja. Ayahku bilang, hampir 70% pejabat di istana merekomendasikan Adik Ipar untuk menerima gelar ini. Kaisar juga menerima pendapat para pejabat. Bisa dibilang bahwa hal ini sudah dipastikan. Sepertinya Menteri Ritus butuh waktu untuk menyusun dekret. Itu tidak bisa buru-buru."

Sekar menyahut dengan sangat puas, "Para pejabat berbuat begitu karena Perdana Menteri."

'Dengar baik-baik, itulah kemampuan seorang wanita bangsawan. Dia memiliki pengetahuan tentang urusan istana, tidak seperti putri pedagang,' cibir Sekar dalam hati.

Ningsih menambahkan dengan penuh perhatian, "Hari ini, aku mau pulang ke rumah orang tuaku untuk jenguk Ibu. Aku akan sekalian tanya kepada Ayah kapan dekret Kaisar akan dikeluarkan, supaya Ibu bisa siapkan jamuan kecil untuk Adik Ipar."

Sekar tersenyum lebar dan menjawab, "Baik."

Kemudian, dia menatap Cahyani dan memberi perintah, "Cepat berterima kasih kepada kakak iparmu."

Cahyani meletakkan cangkir tehnya, lalu tersenyum tipis dan berkata dengan santai, "Terima kasih atas doa Kakak Ipar."

...

Di Kediaman Perdana Menteri.

Ningsih adalah putri seorang selir, sedangkan yang sakit adalah istri sah ayahnya. Sudah seharusnya dia datang berkunjung. Namun, dia terlebih dahulu pergi ke ruang kerja ayahnya.

Sikap Indra terhadap Ningsih biasa-biasa saja, terutama setelah mengetahui kematian sang pewaris Kediaman Adipati.

"Ayah, Satya pasti akan dapat gelar, 'kan?" tanya Ningsih dengan ragu sambil menggiling tinta untuk Indra.

Wajah Indra berubah dingin. "Kakakmu akan segera masuk ke istana. Mulai sekarang, Kediaman Perdana Menteri dan Kediaman Adipati harus menghindari segala sesuatu yang bisa menimbulkan kecurigaan. Kamu juga harus berhati-hati dalam bertindak. Apa urusanmu Satya dapat gelar atau tidak?"

Ningsih tahu Indra memang lebih menyayangi putri sahnya. Akan tetapi, dia juga adalah putri kandung Indra.

"Ayah, Satya akan menjadi ayah dari anakku. Bagaimana mungkin aku tidak peduli?"

Brak! Indra menggebrak meja dengan marah.

"Dasar anak tak berguna! Aku membuatmu menikah dengan Rangga karena dia berbakat dan bisa membantuku! Sekarang, dia sudah meninggal, tapi kamu masih berharap aku membantu Kediaman Adipati? Apa keuntungan yang bisa kudapatkan?"

Jangan ungkit tentang cucu atau gelar Adipati. Itu tidak ada hubungan langsung dengan Indra.

Ningsih merasa tidak rela dan berujar, "Satya punya jasa militer yang tak tertandingi dan masa depan yang cerah ...."

Indra tertawa marah. "Jasa militer yang tak tertandingi? Semua itu cuma keberuntungannya! Pertempuran di Pindana sudah berlangsung selama dua tahun dan diperjuangkan oleh beberapa pasukan besar. Pada akhirnya, semuanya bergantung pada persediaan bahan pangan dan kemampuan prajurit."

"Aku awalnya mau manfaatkan kesempatan ini untuk membuka jalan bagi kakakmu, tapi persediaan bahan pangan Satya malah tiba lebih dulu! Kalau benar-benar mau bandingkan kekuatan, kemampuan apa yang dia miliki?"

"Tidak usah bandingkan dia dengan orang lain. Bahkan dibandingkan dengan Rangga, dia juga kalah telak. Suamimu itu menyusun strategi untuk merebut Durika dan memimpin medan perang dalam keadaan terbaring sakit di tempat tidur. Karena hal itu, dia sudah kumpulkan jasa militer yang tak terhitung jumlahnya. Itu baru namanya keahlian yang sesungguhnya!"

"Sayangnya, dia meninggal muda. Kalau tidak, dengan menantu yang begitu terhormat, apa aku perlu khawatirkan posisiku di istana ...."

Kata-kata Indra tiba-tiba terhenti. Dia tidak perlu membuang-buang waktu membicarakan urusan istana dengan seorang wanita. Namun, sampai sekarang, dia masih belum tahu siapa yang telah membantu Satya mempercepat pengangkutan bahan pangan itu.

Indra jelas telah menyuap pejabat pengangkutan. Siapa yang bisa menembus penghalang internal dan eksternal untuk membantu Satya?

"Ayah, sebelumnya Ayah bilang ada banyak pejabat yang merekomendasikan Satya. Itu pasti benar, 'kan?" tanya Ningsih yang masih enggan menyerah.

"Emm."

Sekarang, Ningsih akhirnya merasa lega. Jika begitu, pasti tidak akan ada masalah!

"Kalau begitu, Ningsih pergi mengunjungi Ibu dulu."

Namun, Ningsih tidak tahu bahwa Indra tidak memberitahunya keseluruhan ceritanya. Kaisar telah mempertimbangkan masalah pemberian gelar ini cukup lama. Bagaimanapun juga, hal itu melibatkan kepentingan keluarga bangsawan baru dan keluarga bangsawan lama.

Beberapa hari yang lalu, memang ada banyak orang di istana yang merekomendasikan Satya. Akan tetapi, situasinya telah berubah dalam beberapa hari terakhir.

Indra tidak memberi tahu Ningsih karena dia merasa perempuan tidak perlu tahu mengenai hal-hal ini. Lagi pula, saat ini, dia sedang memusatkan perhatian pada perihal putri sahnya yang akan masuk ke istana. Dia tidak punya waktu untuk mengurusi urusan Kediaman Adipati.

Setelah kembali ke Kediaman Adipati, Ningsih dipanggil oleh Sekar. Cahyani juga ada di sana.

Sekar langsung bertanya, "Ningsih, apa yang dikatakan Perdana Menteri?"

Ningsih tersenyum dan menjawab, "Ibu tenang saja, tidak ada perubahan apa-apa."

Sekar langsung menatap Cahyani dengan jengkel. "Lihat saja, bahkan masalah ini juga perlu campur tangan kakak iparmu. Apa gunanya semua uang yang dimiliki Keluarga Atmadja? Kalian bahkan tidak bisa dapatkan kabar dari istana."

Ningsih berpura-pura membujuk Sekar, "Ibu, jangan berkata begitu. Cendekiawan, petani, pengrajin, dan pedagang punya tugas masing-masing. Keluarga Atmadja juga punya kelebihannya."

Sekar pun tertawa, lalu berujar, "Sudah capek, 'kan? Kembalilah ke kamarmu dan istirahat."

Cahyani tiba-tiba berdiri. "Ibu, ada yang ingin kukatakan. Berhubung dekret Kaisar belum dikeluarkan, aku masih tidak tenang. Setelah dipikir-pikir, aku merasa aku tetap harus membantu. Oleh karena itu, aku mau berikan semua maskawinku kepada Kakak Ipar supaya dia bisa tangani hal ini dengan baik."

Mendengar ini, ekspresi Sekar seketika membeku.

Selain beberapa toko, maskawin Cahyani yang lainnya ada di tangan Sekar. Dulu, dia memakai alasan Cahyani terlalu menghambur-hamburkan uang untuk menyimpan maskawin itu. Saat ini, maskawin Cahyani masih tersimpan di gudang kecilnya di Paviliun Kesatria, juga sudah secara tidak langsung menjadi miliknya. Sekarang, Cahyani ingin memberikan semuanya kepada Ningsih?

Ningsih tertegun, lalu tersenyum. "Cahyani, kamu tidak perlu berbuat begitu ...."

Apa yang sedang direncanakan wanita jalang ini? Apakah dia mulai cemas karena Satya akan segera dianugerahi gelar bangsawan, sedangkan dirinya tidak berkontribusi banyak?
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dicintai Sepenuh Hati setelah Bertukar Suami   Bab 50

    "Cahyani, kalau kamu masih belum sadar akan kesalahanmu dan tetap mau mengincar posisi yang seharusnya adalah milik anak Kakak, aku akan menceraikanmu!" ujar Satya dengan tegas.Wiranto dan Sekar sama-sama terkejut karena Satya membuat keputusan secepat ini.Sekar sangat gembira dan mendukung perceraian ini. Dia tidak pernah menyukai Cahyani. Ditambah dengan kasus pencurian maskawin dan hilangnya kendalinya atas kelola rumah tangga, dia pun makin membenci Cahyani.Orang yang paling bahagia adalah Ningsih. Ketika menyadari keraguan Satya sebelumnya, dia benar-benar khawatir Satya tidak akan bersedia menceraikan Cahyani. Sekarang, dia sangat puas. Siapa suruh Cahyani membuat keributan!Setelah mengucapkan kata "cerai", Satya masih lanjut menatap Cahyani. Kata-katanya itu tidak tulus. Dia hanya ingin memperingatkan Cahyani untuk bersikap patuh. Selama Cahyani menunduk dan mengakui kesalahannya, dia tidak akan mempermasalahkan masalah ini lagi.Namun, Satya tidak melihat kepanikan atau ket

  • Dicintai Sepenuh Hati setelah Bertukar Suami   Bab 49

    Ucapan Cahyani langsung membuat semua orang tercengang. Tidak ada yang menyangka Cahyani akan meminta untuk bercerai!Sekilas kepuasan terpancar di mata Ningsih. Dia berpikir dalam hati, 'Heh! Cahyani akhirnya tidak tahan lagi dan mau mengaku kalah. Bagus! Biarkan saja Satya menceraikannya! Apa dia benar-benar berpikir Satya tidak rela?'Sebenarnya, Satya memang merasa sedikit tidak rela. Dia masih mengingat jelas kemesraannya dengan Cahyani beberapa hari lalu. Mereka jelas-jelas sudah sepakat bahwa Cahyani akan pindah kembali ke Paviliun Ombak malam ini, lalu mereka akan melewati kehidupan rumah tangga dengan baik ....Satya sedang memeluk Ningsih, tetapi tatapannya tertuju pada Cahyani. Matanya dipenuhi amarah dan ketidakberdayaan."Cahyani! Kenapa kamu harus paksa aku untuk buat pilihan!" Bukankah Cahyani seharusnya sangat murah hati? Apakah perubahan Cahyani disebabkan oleh anak ini? Namun, Satya juga hanya asal bicara mengenai hak waris. Jika Cahyani benar-benar bisa memenangkan

  • Dicintai Sepenuh Hati setelah Bertukar Suami   Bab 48

    Tepat ketika Wiranto hendak menetapkan masalah pengalihan status istri Ningsih, seseorang malah tiba-tiba keberatan. Semua orang pun menoleh ke arah datangnya suara.Cahyani berdiri di antara kerumunan dengan ekspresi tegas. Dia melangkah maju dan mengulangi perkataannya kepada Wiranto, "Ayah, Cahyani tidak terima pengalihan status istri ini!"Pada saat ini, semua mata tertuju pada Cahyani.Di antara para tamu, ada beberapa orang yang terlihat bingung."Siapa wanita itu?""Itu menantu Adipati, istri sah Jenderal Satya.""Oh. Dia itu putri pedagang yang menikah dengan Satya dengan mengandalkan jasanya?""Benar!" Raut wajah Wiranto berubah serius. Ada apa dengan Cahyani? Bukankah Satya sudah membicarakan masalah pengalihan status istri ini dengannya?Jangankan Wiranto, bahkan Satya juga tidak mengerti. Kenapa Cahyani tiba-tiba membantah hal ini? Bukankah sebelumnya Cahyani mengatakan akan membantunya membujuk Ratih untuk meminta dekret pernikahan dari Kaisar? Secara logika, Cahyani seha

  • Dicintai Sepenuh Hati setelah Bertukar Suami   Bab 47

    "Cepat hentikan Nyonya Pertama!"Para pelayan bereaksi cepat dan segera menghentikan Ningsih. Namun, Ningsih terlihat seperti masih enggan menyerah. Dia melambaikan tangannya untuk meronta."Biarkan aku mati! Biarkan aku mati! Suamiku sudah tiada, bagaimana aku bisa hidup sendiri .... Uwek!"Saat meratap, Ningsih tiba-tiba muntah-muntah kering.Sekar pun tertegun. Mungkinkah dia ....Dengan bunyi gedebuk, Siti berlutut dan memeluk kaki Ningsih sambil berseru, "Jangan, Nyonya! Sekalipun Nyonya tidak memikirkan diri sendiri, pikirkanlah anak dalam kandungan Nyonya! Itu adalah satu-satunya garis keturunan Tuan Pewaris. Demi Tuan Pewaris, Nyonya harus hidup!" Kata-kata Siti langsung menimbulkan kehebohan. Pada saat ini, semua orang baru mengetahui bahwa Ningsih sedang hamil.Indra berdiri, seolah-olah baru mengetahui kabar itu. Dia bertanya dengan ekspresi rumit, "Ningsih, kamu hamil?" Ekspresi Wiranto dan Sekar berubah drastis. Ningsih hamil? Bagaimana mungkin mereka tidak tahu?Terutam

  • Dicintai Sepenuh Hati setelah Bertukar Suami   Bab 46

    Pertanyaan Paman Buyut Ketujuh membangkitkan rasa ingin tahu semua tamu. Meskipun Rangga lemah dan sakit-sakitan, bukankah dia seharusnya tetap menunjukkan diri di jamuan ulang tahun ayahnya?Wiranto pun memasang tampang sedih. "Paman Buyut Ketujuh, Rangga lagi sakit parah akhir-akhir ini. Jamuan ulang tahun yang megah ini juga diadakan untuk mengusir kesialan dan membawakan keberuntungan untuknya."Semua orang langsung mengerti. Sementara itu, Paman Buyut Ketujuh menghela napas, lalu duduk dengan ekspresi penuh kekhawatiran.Jamuan ulang tahun ini pun resmi dimulai.Wiranto duduk di kursi utama. Para tamu bersulang dengannya satu per satu. Orang-orang dari generasi muda bergantian memberikan hadiah dan mengucapkan selamat padanya.Keluarga Permana tidak memiliki banyak keturunan. Berhubung Wiranto dan Sekar hanya memiliki dua orang putra, para tamu kebanyakan mendoakan Wiranto bisa lekas mendapat cucu laki-laki.Orang-orang dari generasi tua menggoda Satya, "Pria sejati bukan hanya ha

  • Dicintai Sepenuh Hati setelah Bertukar Suami   Bab 45

    Malam itu, ada banyak orang yang tidak bisa tidur.Keesokan harinya, Kediaman Adipati mengadakan jamuan ulang tahun. Tamu yang datang sangat banyak.Di pintu masuk utama Kediaman Adipati, Ningsih menemani Sekar menyambut tamu. Dia menunjukkan keanggunan dan tata krama seorang wanita bangsawan. Di sisi lain, Cahyani mengatur tempat duduk untuk para tamu di dalam kediaman.Maya pun merasa kesal."Nona, semua orang mengira Ningsih yang mengatur jamuan ini dan begitu memujinya. Nona tidak lihat betapa lebar senyumannya! Dia kelihatan sangat bangga!" Maya benar-benar geram. Cahyani telah berbuat begitu banyak, tetapi orang-orang di Kediaman Adipati mengabaikan semuanya dan hanya menghujani Ningsih dengan perhatian. Apakah latar belakang keluarga benar-benar sepenting itu? Bahkan setelah menikah dan sama-sama adalah menantu orang, mereka juga tetap akan diperlakukan dengan berbeda? Memangnya orang yang berasal dari kalangan bawah ditakdirkan untuk menjadi budak dan bekerja keras untuk oran

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status