Dicintai Sepenuh Hati setelah Bertukar Suami

Dicintai Sepenuh Hati setelah Bertukar Suami

By:  NabilaUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
50Chapters
6views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Cahyani membantu suaminya menapaki jalan mulus menuju kejayaan, membuatnya naik pangkat dan meraih gelar bangsawan. Namun, yang Cahyani dapatkan sebagai balasan adalah sepatah katanya, "Putri pedagang memang penuh perhitungan." Selama dua tahun pernikahan, Satya masih saja mendambakan kakak ipar tercintanya dan tidak pernah menyentuh Cahyani. Setelah kematian kakaknya, dia langsung tidak sabar untuk memberikan seorang anak kepada kakak iparnya yang menjanda. Dia bahkan menyalahkan Cahyani karena kurang murah hati. Bagus! Cahyani pun langsung pergi menyelamatkan kakak Satya yang sudah "meninggal". Orang-orang di dunia mengejek latar belakang Cahyani yang rendah, tetapi tidak tahu bahwa dia mampu menyembuhkan dan menghidupkan kembali orang yang sudah mati. Dia ingin melihat bagaimana lelucon ini berakhir .... ... Semua orang di dunia tahu bahwa Rangga, sang pewaris Kediaman Adipati Perkasa sangat berbakat, memiliki ketampanan yang tak tertandingi, serta mampu menenteramkan kerajaan dengan kepandaiannya. Sayangnya, dia sangat lemah dan sakit-sakitan sejak kecil. Satu-satunya noda dalam hidup Rangga adalah memaksa menikahi istri adik laki-lakinya. Bertahun-tahun kemudian, pria yang memegang kekuasaan luar biasa itu selalu pulang kerja tepat waktu setiap hari dan tanpa terkecuali. Dia bahkan tidak menunjukkan rasa hormat kepada Kaisar. "Omong kosong! Istriku selalu berusaha kabur. Kalau aku tidak cepat pulang, bagaimana kalau dia kabur lagi?" Cahyani yang baru bangun pada tengah hari setiap hari pun mengumpat dalam hati, 'Apa ini yang disebut bertubuh lemah dan sakit-sakitan!'

View More

Chapter 1

Bab 1

"Kamu mau bantu Kakak Ipar untuk punya anak? Bagaimana?"

Sorot mata Cahyani Atmadja sedikit bergetar. Dia menatap pria di hadapannya dengan tidak percaya. Itu adalah suaminya, Satya Permana.

Satya baru saja kembali dengan meraih kemenangan hari ini. Dia juga masih mengenakan baju zirah yang dingin dan kaku. Dia menatap ke depan dan berbicara dengan nada yang memancarkan ketegasan dingin khas seorang jenderal militer.

"Mulai malam ini, aku akan tinggal di Paviliun Hujan sampai dia hamil."

Hati Cahyani langsung tenggelam. 'Pantas saja. Sudah lebih dari sebulan Kakak meninggal, tapi mertuaku malah menutupi kabar ini dan tidak umumkan tentang pemakamannya kepada publik ....'

Cahyani pun menertawakan dirinya sendiri.

"Jadi, kalian semua sudah putuskan tentang hal ini dan hanya mau beri tahu aku sekarang?"

Setelah menikah, Satya langsung pergi ke perbatasan. Mereka masih belum pernah melakukan hubungan suami istri sampai sekarang. Malam ini, mereka seharusnya menambal malam pengantin mereka, tetapi Satya malah ingin bermesraan dengan perempuan lain, apalagi orang itu adalah kakak iparnya!

Ini benar-benar keterlaluan!

Satya dapat merasakan sarkasme dalam nada Cahyani.

"Ayah dan Ibu sudah buat keputusan. Lagi pula, hal ini pada dasarnya tidak perlu dikonsultasikan denganmu. Kakak Ipar yang paksa aku untuk minta pendapatmu."

Cahyani mengangkat kepalanya dengan tampang dingin. "Kakak Ipar benar-benar perhatian. Tapi, bagaimana mungkin dia setujui sesuatu yang begitu tidak bermoral?"

Satya langsung marah. "Kakak Ipar begitu murni dan polos! Dia melakukan ini juga demi Kediaman Adipati Perkasa! Demi tinggalkan ahli waris untuk Kakak! Kamu jangan buat keributan lagi. Setujui saja hal ini supaya Kakak Ipar tenang."

Cahyani membalas, "Bagaimana kalau aku tidak setuju?"

Satya menyahut, "Kalau begitu, aku akan ceraikan kamu dan menikah dengan orang lain!"

Mata Cahyani pun berkedut. Bercerai? Jika begitu, dua tahun pengorbanan dan penantiannya benar-benar akan menjadi lelucon ....

Cahyani tak lagi menaruh harapan pada Satya. "Baiklah, aku setuju."

Ketika melihat tatapan kecewa Cahyani, entah kenapa hati Satya terasa sesak. Dia menenangkan diri dan memperingati Cahyani, "Jangan beri tahu siapa pun tentang hal ini, terutama ayahmu yang merupakan seorang pedagang dan penuh perhitungan."

Cahyani mencibir, "Waktu Kediaman Adipati Perkasa merugi 100 ribu tahil emas, Keluarga Atmadja yang bantu kalian. Dalam dua tahun terakhir, Keluarga Atmadja juga sudah berikan bantuan besar dalam jalur jabatanmu. Tapi, kamu bukan hanya tidak menghormatiku sebagai istri sahmu, juga berani menghina ayahku, orang yang berjasa terhadap keluarga kalian!"

Satya mengoreksinya dengan tampang penuh keadilan, "Apa kamu harus terus ungkit tentang apa yang terjadi dulu? Soal jalur jabatanku, ayahmu hanyalah seorang pedagang biasa, apa yang bisa dia lakukan? Ayah Kakak Ipar adalah seorang perdana menteri. Dialah yang berjasa dalam perkembangan jalur jabatanku."

Bagi Satya, sudah cukup ayah mertuanya itu tidak memerlukan bantuan Kediaman Adipati. Bagaimana mungkin dia bisa dibandingkan dengan seorang perdana menteri?

Mata Cahyani sedikit memerah. Satya bisa mencapai posisi saat ini berkat Keluarga Atmadja. Keluarga Atmadja yang menggunakan uang untuk membentangkan tangga menuju kejayaan baginya.

Keluarga Atmadja bukan hanya menyogok pejabat di seluruh ibu kota, tetapi juga memastikan kelancaran pengiriman segala kebutuhan militer. Tanpa campur tangan Keluarga Atmadja, semua itu pasti sudah dijarah habis-habisan sebelum mencapai perbatasan.

Sekarang, di mulut Satya, semua itu bukanlah jasa, melainkan perhitungan ....

Cahyani hampir tak bisa mengendalikan diri untuk menamparnya beberapa kali.

Pada saat ini, sosok seseorang tiba-tiba menyerbu masuk.

"Satya, Cahyani, jangan bertengkar."

Itu adalah kakak ipar mereka, Ningsih Anggara. Dia berpakaian putih dan terlihat sedang menangis.

Tatapan Satya langsung tertuju pada Ningsih. Dia bertanya dengan penuh perhatian, "Malam begitu dingin, kenapa Kakak Ipar berpakaian begitu tipis?"

Cahyani belum pernah melihat Satya bersikap selembut ini. Dia selalu bersikap dingin dan acuh tak acuh, baik saat melamar maupun di hari pernikahan mereka. Cahyani pun mengira memang begitulah karakternya. Namun, ternyata bukan seperti itu.

Ningsih menggenggam tangan Cahyani dengan tampang dipenuhi rasa bersalah dan duka.

"Ini salahku. Setelah menikah tiga tahun, aku masih belum punya anak. Sekarang, aku juga membuatmu serbasalah .... Maafkan aku. Jangan biarkan kakak ipar tak berguna sepertiku menyebabkan perselisihan kalian."

Melihat air mata mengalir di wajah Ningsih, Satya menarik Cahyani dan menegurnya dengan pelan, "Setelah kecelakaan Kakak, Kakak Ipar pun bertekad untuk ikut dengannya. Aku dan Ibu yang bersusah payah membujuknya. Hati-hati waktu kamu bicara nanti."

"Tentu saja," jawab Cahyani sambil tersenyum tenang. Kemudian, dia menoleh ke arah Ningsih dan berujar, "Kakak Ipar, aku setuju kamu dan suamiku punya anak."

Ningsih tertegun sejenak, lalu hendak berlutut. "Aku akan gantikan suamiku berterima kasih padamu ...."

Satya buru-buru memapah Ningsih. "Kamu itu kakak ipar tertua. Cahyani yang seharusnya beri penghormatan ke kamu! Lagi pula, kamu juga mengorbankan diri demi Kediaman Adipati!"

Cahyani hanya merasa semua ini sangat ironis. Ningsih menunjukkan perasaan yang begitu mendalam terhadap mendiang suaminya, tetapi juga bersandar dalam pelukan Satya tanpa perlawanan. Ternyata ini sosok kakak ipar murni dan berbudi luhur seperti yang dikatakan Satya.

"Uhuk, uhuk ...." Ningsih terbatuk lemah dan menunjukkan tanda-tanda akan pingsan.

Satya sangat cemas. "Aku akan antar Kakak Ipar pulang."

Seusai berbicara, dia langsung menggendong Ningsih dan berjalan pergi.

Di bawah cahaya lilin, wajah cantik Cahyani tidak terlihat jelas.

Maya, pelayan Cahyani, berjalan masuk dengan penuh amarah. "Nona, aku sudah dengar semuanya! Mereka benar-benar tak tahu malu!"

Kilatan dingin muncul di mata Cahyani. "Apa obatnya sudah sampai?"

"Sudah!" Maya segera mengeluarkan botol obat itu dari dadanya dan menyerahkannya kepada Cahyani.

"Nona, kenapa Nona tidak beri tahu Nyonya Besar dan Jenderal bahwa Tuan Pewaris hanya terkena racun langka dan sedang dalam keadaan mati suri? Kalau tahu, mereka tidak akan memikirkan ide buruk seperti menyumbangkan benih."

"Nona itu murid Tabib Ajaib Arga. Dengan pengobatan akupunktur Nona dan obat yang dibeli dengan harga mahal dari Wilayah Barat ini, Nona pasti bisa menyelamatkan Pangeran!"

Cahyani mengelus botol obat itu. Tatapannya terlihat muram. Awalnya, dia tidak mengatakannya karena dia sendiri masih ragu. Dia tidak ingin mengecewakan ibu mertua dan orang lainnya. Sekarang, dia tidak berbicara karena Satya tidak memberinya kesempatan.

Cahyani mengangkat kepalanya. Senyum dingin tersungging di bibirnya. Berhubung Kediaman Adipati begitu menghinanya, dia akan membuat pewaris resmi keluarga ini, Rangga Permana, hidup kembali. Dia mau Rangga menyaksikan secara langsung bagaimana orang yang mengaku "menghormati kakak dan mencintai suami" itu diam-diam berhubungan untuk menghasilkan anak ....
Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

No Comments
50 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status