Share

Bab 6

Author: Nabila
Malam tiba.

Satya kembali dari markas militer dan langsung pergi ke Paviliun Ombak. Namun, dia diberitahu bahwa Cahyani sedang tidak sehat. Setelah minum obat, dia pun tidur lebih awal.

Di dalam kamar, Cahyani duduk bersandar di kepala tempat tidur sambil membaca buku kedokteran dengan tenang.

Maya masuk dari luar dan berujar, "Nona, aku sudah usir Jenderal. Tapi, menghindari Jenderal seperti ini bukanlah solusi jangka panjang."

Cahyani menutupi mulutnya dan batuk ringan. "Yang penting bisa menghindarinya selama mungkin, daripada harus kesal karena melihatnya."

Kemudian, dia mendongak dan bertanya, "Bagaimana dengan hal yang kusuruh kamu kerjakan?"

Maya tersenyum dan menjawab, "Jangan khawatir, Nona. Aku sudah kirim Tuan Pewaris ke Paviliun Hujan. Seperti yang Nona instruksikan, aku juga sudah pasang tabung penyalur suara dengan tabung bambu dan benang. Meskipun gudang anggur ada di bawah tanah, setiap gerakan di kamar utama dapat terdengar jelas di gudang anggur!"

"Uhuk, uhuk ...." Cahyani terbatuk tak terkendali. Wajahnya terlihat agak pucat.

"Nona sudah masuk angin. Sebaiknya kita tunda pengobatan akupunktur malam ini."

Cahyani menggeleng. "Tidak apa-apa. Papah aku berdiri."

...

Paviliun Hujan adalah tempat tinggal Ningsih. Perihal penyumbangan benih adalah rahasia. Agar tidak diketahui orang lain, Sekar telah mengusir semua pelayan dan hanya menyisakan pelayan pribadi Ningsih untuk melayaninya. Orang luar hanya tahu bahwa Rangga perlu memulihkan diri.

Hal ini pun menguntungkan Cahyani. Pada larut malam, dia dan Maya tiba di gudang anggur Paviliun Hujan. Gudang itu telah lama terbengkalai dan jarang dikunjungi. Lokasinya yang berada di bawah tanah membuatnya makin terpencil.

Mayat Rangga, sang pewaris Kediaman Adipati terbaring di sana. Cahaya lilin yang redup menerangi wajah pria di dalam peti mati giok. Wajahnya sangat tampan, juga terlihat bermartabat dan penuh wibawa.

Maya mau tak mau berdecak kagum, "Nona, Tuan Pewaris sungguh tampan, bagaikan dewa yang sedang tidur!"

Cahyani berdiri membelakangi peti mati giok. Dia membuka tas berisi jarum akupunkturnya, lalu bersiap-siap untuk memberikan pengobatan akupunktur. Dia tahu kata-kata Maya tidak berlebihan.

Pada usia yang baru genap enam tahun, Rangga sudah diakui sebagai anak ajaib yang tersohor di seantero kerajaan. Pada hari dia lulus ujian kekaisaran dengan nilai tertinggi dan berparade di jalanan dengan menunggang kuda, gadis-gadis yang tak terhitung jumlahnya pun berjuang mati-matian hanya untuk melihatnya sekilas.

Rangga pernah menjabat sebagai penasihat Kaisar, juga pernah mengikuti pasukan pergi berperang ke Gurun Utara sebagai ahli strategi militer dan berhasil meraih prestasi militer yang luar biasa.

Sayangnya, takdir tidak berpihak padanya. Sejak kecil, Rangga bertubuh lemah dan sering sakit-sakitan. Dia tidak mampu menanggung beban berat tugas resmi. Setelah perang di Gurun Utara berakhir, dia pun beristirahat di rumah. Dia hanya sesekali memasuki istana untuk membahas urusan kerajaan yang penting ketika kaisar membutuhkannya.

Jika bukan karena Rangga begitu unggul, mengingat tubuhnya yang lemah, Indra juga tidak akan berusaha keras menikahkan putrinya kepada Rangga ....

Cahyani berkata dengan jelas dan tenang, "Buka pakaiannya."

Maya langsung terkejut. "Nona, maksud Nona ... mau buka pakaian Tuan Pewaris?"

Cahyani menoleh dan menyahut, "Apa lagi kalau bukan?"

Maya pun tiba-tiba merasa gugup. Dia mengulurkan tangan, lalu mencoba membuka ikat pinggang pria itu. Pada akhirnya, dia berujar, "Tidak bisa, Nona. Aku tidak berani. Entah kenapa, begitu teringat Tuan Pewaris masih hidup, aku merasa seperti akan melecehkannya."

Cahyani mengerutkan kening. "Selama hatimu murni, apa yang perlu ditakutkan?"

Maya menyeringai, lalu melangkah mundur dan menjawab, "Nona, hatiku tidak murni, malah sangat kotor. Aku akan pergi jaga pintu!"

Seusai berbicara, Maya langsung kabur secepat kilat.

Cahyani yang memegang jarum akupunktur pun merasa kebingungan.

...

Berhubung Maya sudah pergi, Cahyani mau tak mau harus membuka pakaian Rangga sendiri. Dia hanya akan memberikan pengobatan akupunktur di tubuh bagian atas. Jadi, dia hanya perlu menurunkan pakaiannya hingga ke pinggang.

Cahyani tidak memiliki pemikiran lain. Ditambah dengan ini adalah pertama kalinya dia membuka ikat pinggang pria, gerakannya agak canggung.

Pengobatan akupunktur ini berjalan lumayan lancar. Jarum-jarum perak itu telah direndam dalam ramuan ajaib dari Wilayah Barat. Selain bisa melancarkan meridian, obat itu juga memiliki efek menawarkan racun.

Cahyani menancapkan jarum dengan mantap dan akurat. Satu jam kemudian, dia melepas jarum-jarum itu dan memanggil Maya.

Pada saat ini, Cahyani sudah kelelahan. Dahinya berkeringat, sedangkan pergelangan tangannya terasa sakit.

"Nona!" Maya segera memapahnya.

Cahyani menggeleng dan menjawab, "Aku baik-baik saja. Ayo kita keluar dulu."

Seusai berbicara, dia melirik tabung penyalur suara di samping peti mati dengan penuh arti.

...

Di Paviliun Hujan.

Ningsih sedang mandi dengan ditemani pelayannya, Siti.

"Nyonya, Tuan Pewaris sudah dibawa ke gudang anggur. Nyonya Besar bilang, demi memperlambat pembusukan mayatnya, tempat itu juga diisi dengan es. Dia juga suruh Nyonya untuk jangan masuk ke sana agar tidak berpengaruh ke kesuburan Nyonya."

"Aku tahu," jawab Ningsih dengan acuh tak acuh. Rangga sudah meninggal, tetapi dia tetap harus melanjutkan hidup.

"Satya sudah datang?"

"Sudah. Jenderal lagi tunggu di luar."

Tak lama kemudian, Ningsih keluar dari bak mandi dengan mengenakan gaun tipis. Begitu melihatnya, Satya langsung merasa bergairah.

Ningsih berkata dengan tersipu, "Satya ...."

Suasana di dalam kamar sangat mesra.

Ningsih memeluk erat pinggang Satya dan tubuh mereka bergumul dengan mesra. Dia tidak berhenti membisikkan nama Satya di samping telinganya. Melihat Satya yang begitu tergila-gila padanya, dia diam-diam merasa bangga.

Ningsih tidak akan pernah membiarkan orang berstatus rendah seperti Cahyani menang darinya. Begitu hamil, dia akan mengusir Cahyani.

Untuk membuat Satya makin tergila-gila padanya, Ningsih pun berteriak dengan lebih bergairah lagi ....
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dicintai Sepenuh Hati setelah Bertukar Suami   Bab 50

    "Cahyani, kalau kamu masih belum sadar akan kesalahanmu dan tetap mau mengincar posisi yang seharusnya adalah milik anak Kakak, aku akan menceraikanmu!" ujar Satya dengan tegas.Wiranto dan Sekar sama-sama terkejut karena Satya membuat keputusan secepat ini.Sekar sangat gembira dan mendukung perceraian ini. Dia tidak pernah menyukai Cahyani. Ditambah dengan kasus pencurian maskawin dan hilangnya kendalinya atas kelola rumah tangga, dia pun makin membenci Cahyani.Orang yang paling bahagia adalah Ningsih. Ketika menyadari keraguan Satya sebelumnya, dia benar-benar khawatir Satya tidak akan bersedia menceraikan Cahyani. Sekarang, dia sangat puas. Siapa suruh Cahyani membuat keributan!Setelah mengucapkan kata "cerai", Satya masih lanjut menatap Cahyani. Kata-katanya itu tidak tulus. Dia hanya ingin memperingatkan Cahyani untuk bersikap patuh. Selama Cahyani menunduk dan mengakui kesalahannya, dia tidak akan mempermasalahkan masalah ini lagi.Namun, Satya tidak melihat kepanikan atau ket

  • Dicintai Sepenuh Hati setelah Bertukar Suami   Bab 49

    Ucapan Cahyani langsung membuat semua orang tercengang. Tidak ada yang menyangka Cahyani akan meminta untuk bercerai!Sekilas kepuasan terpancar di mata Ningsih. Dia berpikir dalam hati, 'Heh! Cahyani akhirnya tidak tahan lagi dan mau mengaku kalah. Bagus! Biarkan saja Satya menceraikannya! Apa dia benar-benar berpikir Satya tidak rela?'Sebenarnya, Satya memang merasa sedikit tidak rela. Dia masih mengingat jelas kemesraannya dengan Cahyani beberapa hari lalu. Mereka jelas-jelas sudah sepakat bahwa Cahyani akan pindah kembali ke Paviliun Ombak malam ini, lalu mereka akan melewati kehidupan rumah tangga dengan baik ....Satya sedang memeluk Ningsih, tetapi tatapannya tertuju pada Cahyani. Matanya dipenuhi amarah dan ketidakberdayaan."Cahyani! Kenapa kamu harus paksa aku untuk buat pilihan!" Bukankah Cahyani seharusnya sangat murah hati? Apakah perubahan Cahyani disebabkan oleh anak ini? Namun, Satya juga hanya asal bicara mengenai hak waris. Jika Cahyani benar-benar bisa memenangkan

  • Dicintai Sepenuh Hati setelah Bertukar Suami   Bab 48

    Tepat ketika Wiranto hendak menetapkan masalah pengalihan status istri Ningsih, seseorang malah tiba-tiba keberatan. Semua orang pun menoleh ke arah datangnya suara.Cahyani berdiri di antara kerumunan dengan ekspresi tegas. Dia melangkah maju dan mengulangi perkataannya kepada Wiranto, "Ayah, Cahyani tidak terima pengalihan status istri ini!"Pada saat ini, semua mata tertuju pada Cahyani.Di antara para tamu, ada beberapa orang yang terlihat bingung."Siapa wanita itu?""Itu menantu Adipati, istri sah Jenderal Satya.""Oh. Dia itu putri pedagang yang menikah dengan Satya dengan mengandalkan jasanya?""Benar!" Raut wajah Wiranto berubah serius. Ada apa dengan Cahyani? Bukankah Satya sudah membicarakan masalah pengalihan status istri ini dengannya?Jangankan Wiranto, bahkan Satya juga tidak mengerti. Kenapa Cahyani tiba-tiba membantah hal ini? Bukankah sebelumnya Cahyani mengatakan akan membantunya membujuk Ratih untuk meminta dekret pernikahan dari Kaisar? Secara logika, Cahyani seha

  • Dicintai Sepenuh Hati setelah Bertukar Suami   Bab 47

    "Cepat hentikan Nyonya Pertama!"Para pelayan bereaksi cepat dan segera menghentikan Ningsih. Namun, Ningsih terlihat seperti masih enggan menyerah. Dia melambaikan tangannya untuk meronta."Biarkan aku mati! Biarkan aku mati! Suamiku sudah tiada, bagaimana aku bisa hidup sendiri .... Uwek!"Saat meratap, Ningsih tiba-tiba muntah-muntah kering.Sekar pun tertegun. Mungkinkah dia ....Dengan bunyi gedebuk, Siti berlutut dan memeluk kaki Ningsih sambil berseru, "Jangan, Nyonya! Sekalipun Nyonya tidak memikirkan diri sendiri, pikirkanlah anak dalam kandungan Nyonya! Itu adalah satu-satunya garis keturunan Tuan Pewaris. Demi Tuan Pewaris, Nyonya harus hidup!" Kata-kata Siti langsung menimbulkan kehebohan. Pada saat ini, semua orang baru mengetahui bahwa Ningsih sedang hamil.Indra berdiri, seolah-olah baru mengetahui kabar itu. Dia bertanya dengan ekspresi rumit, "Ningsih, kamu hamil?" Ekspresi Wiranto dan Sekar berubah drastis. Ningsih hamil? Bagaimana mungkin mereka tidak tahu?Terutam

  • Dicintai Sepenuh Hati setelah Bertukar Suami   Bab 46

    Pertanyaan Paman Buyut Ketujuh membangkitkan rasa ingin tahu semua tamu. Meskipun Rangga lemah dan sakit-sakitan, bukankah dia seharusnya tetap menunjukkan diri di jamuan ulang tahun ayahnya?Wiranto pun memasang tampang sedih. "Paman Buyut Ketujuh, Rangga lagi sakit parah akhir-akhir ini. Jamuan ulang tahun yang megah ini juga diadakan untuk mengusir kesialan dan membawakan keberuntungan untuknya."Semua orang langsung mengerti. Sementara itu, Paman Buyut Ketujuh menghela napas, lalu duduk dengan ekspresi penuh kekhawatiran.Jamuan ulang tahun ini pun resmi dimulai.Wiranto duduk di kursi utama. Para tamu bersulang dengannya satu per satu. Orang-orang dari generasi muda bergantian memberikan hadiah dan mengucapkan selamat padanya.Keluarga Permana tidak memiliki banyak keturunan. Berhubung Wiranto dan Sekar hanya memiliki dua orang putra, para tamu kebanyakan mendoakan Wiranto bisa lekas mendapat cucu laki-laki.Orang-orang dari generasi tua menggoda Satya, "Pria sejati bukan hanya ha

  • Dicintai Sepenuh Hati setelah Bertukar Suami   Bab 45

    Malam itu, ada banyak orang yang tidak bisa tidur.Keesokan harinya, Kediaman Adipati mengadakan jamuan ulang tahun. Tamu yang datang sangat banyak.Di pintu masuk utama Kediaman Adipati, Ningsih menemani Sekar menyambut tamu. Dia menunjukkan keanggunan dan tata krama seorang wanita bangsawan. Di sisi lain, Cahyani mengatur tempat duduk untuk para tamu di dalam kediaman.Maya pun merasa kesal."Nona, semua orang mengira Ningsih yang mengatur jamuan ini dan begitu memujinya. Nona tidak lihat betapa lebar senyumannya! Dia kelihatan sangat bangga!" Maya benar-benar geram. Cahyani telah berbuat begitu banyak, tetapi orang-orang di Kediaman Adipati mengabaikan semuanya dan hanya menghujani Ningsih dengan perhatian. Apakah latar belakang keluarga benar-benar sepenting itu? Bahkan setelah menikah dan sama-sama adalah menantu orang, mereka juga tetap akan diperlakukan dengan berbeda? Memangnya orang yang berasal dari kalangan bawah ditakdirkan untuk menjadi budak dan bekerja keras untuk oran

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status