Share

Digerebek di Toilet Masjid
Digerebek di Toilet Masjid
Author: Megan Allea

SATU

Author: Megan Allea
last update Last Updated: 2023-08-21 12:05:12

DIGEREBEK DI TOILET MASJID

"Buka hijab di sini enak kali ya?"

Elrima, gadis berusia 28 Tahun yang baru hijrah itu menanggalkan hijabnya, lalu membuka tiga kancing atas kemeja oversize yang melekat di tubuh semampainya.

"Ekhem!" suara dehaman berat seorang lelaki sontak membuat gadis itu celingukan. 

Namun, ia kembali menghela napas lega karena nyatanya toilet masjid nan luas itu tak memperlihatkan orang lain selain dirinya.

Kriet!

Seorang laki-laki usia 40 Tahun keluar dari salah satu bilik WC. Elrima yang berada di tempat wudhu tak siap dan hanya mampu mematung sambil mempelototi lelaki dengan tubuh atletis itu. 

Gadis yang baru hijrah itu tak sadar jika kepalanya memamerkan mahkota indah yang lurus legam, ditambah tiga kancing kemeja yang terbuka membuat seseorang tiga langkah di depannya menelan saliva. Paripurna. Indah. Mempesona. Tiga kata yang membuat siapa saja sulit menundukkan pandangan termasuk lelaki bernama Malik itu. 

"Ngapain kamu di sini?!" panik Elrima sambil mencari-cari hijabnya yang entah di mana. 

Situasi tak terduga memang kadang membuat manusia luput dari segalanya, termasuk hijab yang nyatanya tergantung di capstok belakang gadis itu.

Malik yang peka akhirnya berjalan tertatih hendak mengambilkan hijab si gadis yang baru saja menghipnotisnya. Namun kaki yang keram itu malah menyenggol lap pel yang masih berada di dalam ember. 

Tak dapat dihindari, Malik terpeleset dan jatuh menimpa tubuh Elrima. Sayangnya bibir Malik sedikit menyentuh aset milik gadis itu yang terbuka.

"Hwaaaaaa! Tolooooong!" teriak Elrima sekenceng-kencangnya karena merasakan ngilu di bagian kepala yang terbentur lantai, juga tubuh yang berat ditindih Malik yang memiliki badan tinggi tegap. 

Sontak seisi masjid yang baru saja akan mendengarkan khutbah jum'at dari sang penceramah, berhamburan keluar mencari sumber suara kegaduhan. Mereka berpencar tak karuan dan sampailah sekitar sepuluh orang di toilet masjid.

"Innalillahi! Kalian apa-apaan di rumah Allah yang suci ini!" teriak bapak tua seumuran ayah Rima. 

Malik yang kakinya keram tak bisa berbuat apa-apa, sampai tiga orang lelaki menyeret paksa tubuhnya agar bangkit. Dengan langkah tertatih ia dipaksa berjalan cepat menuju pelataran masjid. Sementara Elrima buru-buru bangkit dan menyambar hijabnya. 

Gadis itu bergidik ngeri saat mengancingkan kemeja dengan tergesa. Sungguh apes hidupnya hari ini. Entah dosa apa yang ia sudah lakukan di masa lalu hingga berada dalam situasi semacam ini. 

"Hei perempuan murahan! Sini kamu!" pekik bapak tua tadi sambil melambaikan tangan dari luar toilet.

"Maaf, Pak. Saya ini cewek baik-baik! Jangan ngomong sembarangan dong! Mentang-mentang udah tuir hobinya menghakimi orang sesuka hati," rutuk Elrima yang hobinya senggol bacok sebelum hijrah. Ia berjalan mendekat pada lelaki tua yang wajahnya familiar itu.

"Eh, si perawan tua ternyata. Jangan-jangan saking gak lakunya mau menjebak lelaki di sini kamu biar dikawinin?" tuduh Pak Rusdi yang dulu anaknya meninggal tiga hari sebelum hari pernikahan dengan Elrima. 

Entah sebuah kutukan atau sebenarnya ada dalang di balik meninggalnya semua lelaki yang berniat serius pada Elrima, pernikahan yang sudah disiapkan jauh-jauh hari nyatanya selalu berakhir tragis sebelum akad itu tergaung. 

Dari usia gadis itu 23 Tahun sampai terakhir enam bulan yang lalu, sudah belasan lelaki yang akan mempersunting dan berakhir dengan sebuah kematian tak wajar. 

Paling membekas di benak Elrima adalah yang terakhir kali sekitar enam bulan yang lalu. Calon suaminya meninggal terlindas truk membuat keluarganya mengutuk Elrima dengan sebutan perawan tua pembawa sial. 

"Betul kan? kamu sudah menggoda lelaki biar dikawini?" ketus Pak Rusdi membuat Elrima kembali dari lamunan panjangnya. 

"Pak! Cepat suruh dia ke sini!" seru seorang pemuda yang tak lain anak bungsu Pak Rusdi. 

"Sini kamu! Awas jangan sampai tebar pesona sama si Rahmat juga, saya gak mau dia bernasib sama seperti kakaknya yang baru dimakamkan enam bulan lalu!" ancam lelaki dengan rambut sebagian memutih itu pada Elrima yang langsung mendengkus kesal.

Akhirnya gadis itu terpaksa mengekori dengan langkah gontai masuk ke dalam bangunan masjid. Betapa terkejutnya ia kala mendapati Malik sudah babak belur dipenuhi lebam dan darah segar. Lelaki dengan kemeja yang sudah koyak sebagian itu duduk bersila di tengah kerumunan orang. 

"Hebat kalian sudah menghakimi orang sampai babak belur begitu," celetuk Elrima yang membuat suasana seketika hening. Gadis itu memang dikenal pemberani seolah tak takut pada apapun.

"Diam kamu Rima! Cepat duduk!" tegur seorang lelaki usia 50 Tahun yang tak lain Ayahnya Rima. 

Seketika mata gadis itu membulat lebar kala melihat wajah merah padam ayahnya sendiri. Sebebal apapun Elrima, tetap ayah yang jarang marah selalu dihormatinya. Dengan terpaksa ia duduk dekat lelaki yang selalu ada untuknya itu.

"Benar kamu sudah berbuat asusila di toilet masjid, Neng?" tanya Pak Hamid dengan nada pelan tapi tatapannya tajam bagai elang.

"Ini salah paham, Yah." Elrima memelas sambil memegang tangan kanan ayahnya. 

"Salah paham apanya? Saya lihat mereka tindih-tindihan tadi di lantai toilet. Saya sendiri sampai malu lihatnya," sanggah Pak Rusdi. 

"Iya betul saya juga lihat!" beberapa pemuda yang tadi memergoki Malik dan Elrima ikut berseru memanasi suasana. 

"Berisik!" teriak Elrima sambil berdiri saking kesalnya terus disalahkan, membuat suasana kembali bisu. 

"Kalian gak denger apa?! Tadi saya teriak minta tolong?Kalau lagi enak-enak ngapain histeris gitu pasti saya bakalan diem-diem bae karena takut ketahuan," jelas Elrima yang membuat beberapa orang mengangguk sementara Pak Rusdi mendengkus kasar.

"Jadi kamu dilecehkan, Neng?" tanya Pak Hamdi yang sedikit bernapas lega sekaligus tak menyangka dalam waktu bersamaan. 

Entah apa yang terjadi tapi setidaknya Elrima tetap anak yang baik di matanya meski harus mengalami kejadian tragis seperti tadi. Sementara Elrima sendiri bingung harus menjawab bagaimana. Sebab semuanya terjadi begitu cepat dan diluar prediksi. 

"Kurang ajar kamu sudah melecehkan anak kesayangan saya! Pokoknya sekarang tanggung jawab nikahi dia!" serang Pak Hamdi sambil mencengkram kemeja lelaki yang hanya diam dengan tatapan dingin itu. 

"Maaf, Pak. Saya tak mungkin menikahi dia," ujar Malik dengan nada teratur dan berat sambil melirik Elrima. 

"Apa?! Kurang ajar kamu!" sentak ayahnya Elrima sambil mencoba memukul Malik tetapi segera ditangki lelaki itu.

"Dengar, Pak! Saya sudah beristri dan kejadian hari ini hanya salah paham belaka. Jadi hentikan kegilaan kalian!" rutuk Malik karena sudah tak tahan lagi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Digerebek di Toilet Masjid   Empat Puluh Tiga

    Posisi Sadam sudah terjepit, lelaki itu menghentikan laju mobil. Begitupun dengan mobil di depannya yang berhenti dengan jarak satu meter.Tak lama beberapa pria bertopeng perak dengan pakaian serba hitam keluar dari kuda besi yang tadi melukai kendaraan milik Sadam.Sadam yang pernah dilatih di akademi pengawal profesional, tentu punya strategi jitu dalam menghadapi situasi terjepit semacam itu. Tanpa rasa gentar, lelaki itu menyeringai dan sedikit terkikik menertawai kebodohan lawan.Sekuat tenaga Sadam menginjak pedas gas, hingga mobilnya nyaris menabrak beberapa pasukan bertopeng sampai ada yang terjengkang."See you the next time!" teriak lelaki berkulit bersih itu, disusul gelak tawa yang berubah sayup di telinga lawannya, karena incarannya sudah pergi jauh.Tak ada kemarahan di wajah si pria bertopeng emas. Sikapnya dingin seperti es yang menggelincir di permukaan kulit, tetapi mampu memberikan aura beku di sekeliling.Sat

  • Digerebek di Toilet Masjid   EMPAT PULUH DUA

    "Nggak usah! Mending urus Ali aja sana!" bentak Malik tanpa sengaja meninggikan suara saking gugupnya. Ia merasa bersalah sendiri, di saat harusnya berduka, justru terpikirkan untuk tidur bersama istri keduanya. Itulah alasan kenapa Malik terus mengurung diri selama seminggu. Lelaki itu tak ingin tergoda dan semakin tersiksa perasaan bersalah pada Rina. Namun, mengingat Ali sangat membutuhkannya, Malik berusaha keluar dari kesendirian dan mencoba menjadi Ayah yang terbaik. Tak pernah terpikir pakaian Elrima akan sangat menggoda dan membuat tubuhnya menggila. "Oh, ya udah atuh, Kang. Dari kemarin juga saya yang urusin Ali. Gak usah bentak-bentak segala," kesal Elrima sambil berlalu menghentakan kaki menuju lantai bawah membawa botol susu. Persediaan susu Ali sudah habis di lantai dua, Elrima ingin mencuci botol yang lama, sekalian mengambil botol lain untuk diisi susu. Tak pernah ia sangka, Malik akan berbuat kasar hanya dengan ditawari sebuah

  • Digerebek di Toilet Masjid   EMPAT PULUH SATU

    "Tapi kamu yakin nggak, Dek. Kalau bunda kayak gitu Ayah kamu bakalan luluh. Jangan-jangan malah makin ngamuk lagi?" celoteh Elrima pada bayi polos yang tak tahu apa yang dikatakan bundanya itu.Melihat Bunda El memanyunkan bibir, Ali malah terus membuka mulut sembari tersenyum. Matanya menyipit persis Rina saat tertawa."Ah, kamu malah ngejekin bunda, Dek. Tega banget ih, awas ya!" Elrima menjawil pelan dagu bayi yang harum minyak telon itu. Sebelumnya sang bunda lebih dulu memandikan dan mendandani Baby Ali sebelum bertemu ayahnya.Namun, sayangnya Malik sepertinya belum siap bertemu malaikat kecil yang tak berdosa itu.Di lantai bawah, tepatnya di kamar ujung kanan rumah. Malik baru saja menyelesaikan shalat sunnah taubat. Saat Elrima menggedor pintu, lelaki itu tengah khusyuk bersujud memohon keikhlasan hatinya setelah kehilangan Rina.Ia mendengar omelan Elrima tentang Ali. Malik merasa menjadi Ayah yang buruk unt

  • Digerebek di Toilet Masjid   EMPAT PULUH

    "Kang ...," panggil Rina dengan suara lirih. Suaminya baru saja duduk di kursi besi dekat bed pasien. "Neng." Malik segera menggenggam erat jemari istrinya yang terasa dingin. "Neng udah gak kuat, Kang. Neng capek ... capek pisan, " cicit perempuan itu. Matanya berkali memejam lama dan terbuka sesaat, seolah kelopak yang tampak layu itu dihimpit beban besar. "Astaghfirullah, Neng! tolong jangan bicara yang aneh-aneh. Akang di sini akan selalu menunggu kamu sembuh. Anak kita menunggu di rumah, Sayang." Malik berkata lirih sembari mengecup bagian wajah istrinya berkali-kali.Lelaki itu berharap mengalirkan banyak kekuatan agar istrinya mau berjuang bersama-sama untuk sembuh. "Kang ... tolong ridhoi, Rina. Ikhlaskan agar jalan pulang neng gak sulit." Wanita itu kembali terpejam untuk memeras air mata. Napas yang kian sesak serasa akan menghilang sebentar lagi. Malik yang panik segera menepuk pelan pipi istrinya. Rina meringis menahan sesuatu yang sangat menyakitkan. "Neng, tahan se

  • Digerebek di Toilet Masjid   TIGA PULUH SEMBILAN

    "Teh Rina kenapa, Kang?" tanya Elrima. Perempuan itu tengah duduk di kursi tunggu."Keracunan kayaknya, Neng. Soalnya keluar busa dari mulutnya," sahut Malik lesu sambil duduk di samping istri mudanya."Ya Allah, Kang. Kok bisa sampe keracunan dalem rumah. Emangnya makan apa?" cerocos Elrima yang benar-benar syok, kakak madunya bisa sampai terkena racun."Akang juga gak tahu, Neng. Mungkin nanti ditanyain langsung setelah orangnya sadar." Ekspresi Malik semakin muram.Elrima tak tega melihat suaminya berwajah sendu seperti itu. Ingin ia merengkuh Malik dan menenangkan lelaki itu dalam pelukannya. Namun perempuan itu sadar posisi dirinya siapa."Semoga si Teteh gak kenapa-napa ya, Kang. Kasian Dedek Ali," lirih Elrima yang duduk berjarak dua jengkal di kursi tunggu."Semoga, Neng."Keheningan sesaat menguasai keduanya. Mereka terpekur dengan pikiran masing-masing.Saat tak ada obro

  • Digerebek di Toilet Masjid   TIGA PULUH DELAPAN

    Malik masih tidur siang. Baby Ali sedang di lantai atas diasuh Elrima. Hari minggu Rina menyuruh adik angkatnya itu keluar untuk jalan-jalan, tetapi wanita itu menolak dan memilih membantu menjaga Ali.Tentu Elrima tak mungkin berkeliaran di luar, saat berita yang menyudutkan dirinya masih belum punah dari ingatan netizen. Bisa-bisa ia kembali menjadi sasaran lelaki hidung belang.Membayangkannya saja, Elrima sudah bergidik ketakutan. Ia masih ingat bagaimana sakitnya ditusuk bertubi-tubi menggunakan senjata tajam.Rina yang merasa bosan, mengecek ponsel Malik. Tak ada yang mencurigakan di sana, sebab Elrima dan suaminya belum pernah bertukar pesan. Isi pesan whatsapp hanya seputar pekerjaan, sementara sosial media jarang dibuka si empunya.Rina iseng membuka instagram milik suaminya. Ada akun baru yang mem-f

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status