Share

Menjenguk Om Kevin

Shera merasa marah, tentu saja, bagaimana tidak, ia mendengar dengan jelas ketika Kevin menyebutnya dengan gadis bodoh. Bodoh dia bilang? Memangnya disini siapa yang kelihatan bodoh? Shera hanya bersikap sewajarnya saja, sedangkan Kevin malah mengartikan jika sikap Shera terlalu berlebihan kepadanya. Seolah-olah Shera sedang menunjukkan ketertarikannya kepada Kevin, hello! Percaya diri sekali pria angkuh satu itu. Shera tentu merasa sangat malu sekaligus kesal dengan ulah Kevin.

"Dokter Bayu!" Panggil Shera sambil berdiri, tak mempedulikan Kevin yang tengah berada didepan matanya.

"Iya?" Bayu pun memperhatikan Shera.

"Boleh aku menumpang? Aku mau pulang aja, bener kata om Kevin, kalau aku menginap nanti bisa jadi salah paham, dia bisa berpikir kalau aku mau godain dia. Dari tadi dia nolak perhatian aku, padahal aku peduli banget sama dia, sok-sokan bisa sendiri, apa nggak inget waktu di mobil tadi dia kesakitan kayak anak kecil? Yang nenangin tadi juga siapa? Bilang terimakasih dulu kek atau gimana, tapi ternyata om itu sombong banget, pantesan." Shera menatap Kevin sinis, sedangkan Kevin malah kelabakan menanggapi setiap ocehan Shera, Bayu sendiri hanya tertawa geli, sungguh lucu sekali melihat Shera mengomel seperti ini, apalagi kepada kakak sepupunya, Kevin bahkan tidak pernah diperlakukan seperti ini.

"Shera kam-"

"Ayo dokter! Biar dia sakit sendirian, emang dia pikir dia itu malaikat apa? Baru kali ini aku ditolak sama laki-laki, duda lagi, bikin malu. Satu lagi, aku bukan gadis bodoh, yang bodoh itu om, inget itu baik-baik. Nyesel aku nurutin perintah Oma." Ucapan Kevin langsung terpotong oleh Omelan Shera, sungguh Kevin juga merasa emosi, namun Bayu segera mengusap punggungnya untuk menenangkan.

"Sabar aja mas, namanya juga anak muda, mas sendiri sih juga nyari pekara. Biar aku anterin dia pulang dulu, nanti aku kesini lagi cek kondisi mas."

"Nggak perlu, kamu langsung pulang aja."

"Mas... Penyakit mas itu nggak bisa sembuh dalam sekejab, perlu perawatan selama beberapa hari. Sekarang lebih baik karena pengaruh obat, coba aja besok, bisa-bisa mas Kevin masuk rumah sakit karena dibiarin. Mau aku tuh mas fokus aja sama penyembuhan OAT, tinggal beberapa terapi lagi kan? Jangan sampai penyakit mas yang lain juga jadi penghambat, mas apa nggak mau sembuh dari OAT?"

Ucapan Bayu barusan membuat Kevin menghela nafas berat.

"Mas udah nggak peduli Bay, lagian mas udah nggak mau nikah lagi."

"Apaan? Mas kok gini sih mas? Mas jangan mau diinjek-injek sama Selena dong mas, tunjukin! Tunjukin sama dia kalau mas bisa, mas masih punya banyak kesempatan, mas pasti bisa punya anak, penyakit mas itu masih ringan, mas harus yakin dong mas." Selalu begini, Bayu selalu berusaha untuk menyemangati Kevin. Bayu yang kelewatan semangat, sedangkan Kevin yang selalu tampak pasrah.

"Usia mas udah nggak muda lagi, mas udah cukup."

"Mas aku nggak suka ya kalau mas kayak gini, usia bukan penghambat mas, apa mas nggak mau lihat wajah anak mas kayak apa? Yang semangat dong mas..." Bayu terus berusaha membujuk. Namun interupsi Shera segera memaksanya untuk beranjak meninggalkan Kevin.

"Dokter cepetan dong!"

"Aku pergi dulu, mas langsung istirahat aja." Kevin hanya membalasnya dengan anggukan, sedangkan Bayu pun segera pergi meninggalkan rumah Kevin.

Sejak tadi Kevin menatap sosok Shera yang mulai menjauh, ia merasa sedikit bersalah dan tak enak hati, padahal mereka baru saja bertemu setelah sekian lama, Shera sudah begitu sangat baik padanya, tapi Kevin malah membuat gadis itu sakit hati.

***

Sehari telah berlalu, Shera lebih memilih untuk fokus ke pekerjaannya sebagai seorang model yang sudah di kontrak oleh salah satu majalah ternama, kedatangannya ke Indonesia memang bukan sekedar untuk liburan, namun juga untuk pekerjaan. Meski dengan perasaan yang masih kesal akibat ulah Kevin, namun Shera tetap berusaha untuk fokus dan bersikap profesional.

Shera yang cantik jelita bak bidadari dari surga, semua orang begitu sangat kagum dengan kecantikannya, sungguh memikat dan menyilaukan mata. Apalagi bentuk tubuhnya yang begitu menggoda, membuat semua mata hanya tertuju kepadanya.

'Ya hallo Oma?' tiba-tiba saja Shera menerima telepon dari Dahlia.

'Kamu sudah selesai pemotretan sayang?'

'Udah ini baru selesai oma.'

'Oma mau ajak kamu untuk lihat keadaan Kevin, tadi Oma mampir ke restorannya kata pegawainya dia masih sakit. Oma khawatir, dia hanya hidup sendirian, takut dia kenapa-kenapa nggak ada yang urus.' jelas Dahlia membuat Shera menghela nafas berat. Perasaannya kembali dibuat kesal ketika Dahlia menyebut nama Kevin, sungguh Shera masih belum bisa melupakan kejadian kemarin yang membuatnya terus uring-uringan.

'Oma kan bisa berangkat sendiri, kenapa harus ajak aku?'

'Emangnya kenapa? Kok kamu kayak kesal, apa diantara kalian terjadi sesuatu? Apa Kevin melakukan kesalahan sama kamu?' tanya Dahlia dengan nada khawatir.

'Emmm... Enggak kok Oma, ya udah aku temenin, aku langsung pulang ya!' dari pada Dahlia terus berpikiran macam-macam, akhirnya Shera pun menuruti ajakan dari neneknya itu untuk mengunjungi Kevin.

Biar saja nanti Shera menunggu di ruang tamu, ia malas untuk melihat wajah sok polos Kevin yang sangat menyebalkan.

"Hhh... Ngapain juga aku harus marah, tapi dia itu nyebelin banget." Gerutu Shera sembari mengepalkan kedua tangannya dengan ekspresi jengkel.

"What's wrong with you honey?" Tanya salah satu kru.

"No, I am fine. Hanya sedikit gila aja hari ini."

"Gara-gara lakik?"

"W-what?" Shera tampak tak mengerti.

"Laki-laki."

"Ah... Ya gitu deh. Aku pulang dulu ya!" Pamit Shera.

"Oke, be careful honey!"

***

Kevin kira kondisinya sudah membaik, ternyata tidak, tengah malam setelah kedatangan Shera waktu itu ia terserang demam, dan sampai sekarang demamnya masih naik turun. Kevin sangat sedih jika tengah sakit seperti ini, ia merasa sangat lemah dan sendirian, pikirannya sangat kacau, bayang-bayang bersama Selena dulu selalu menghantuinya, membuat hatinya hancur dan teriris. Awal-awal menikah ia begitu tampak bahagia, apalagi Selena terlihat begitu mencintainya, namun setelah ia divonis mengidap OAT semuanya langsung berubah derastis. Sikap Selena jadi semena-mena, kurang ajar dan begitu kejam memperlakukannya.

Kevin jadi agak trauma dengan wanita, apalagi pernikahan, dan semua itu gara-gara si Medusa Selena.

"Ini minumnya chef, chef Kevin tadi udah makan belum? Mau saya suapin chef?" Pertanyaan Vita pegawai Kevin di restoran barusan membuyarkan lamunan Kevin begitu saja.

"Ah, iya terimakasih, saya sudah makan. Setelah ini kamu bisa kembali ke restoran. Saya baik-baik saja." Ungkap Kevin membuat Vita merasa kecewa.

Vita Rosalina, dia adalah pegawai restoran milik Kevin, salah satu pegawai yang menyimpan perasaan kepada Kevin. Sudah sejak lama, bahkan sejak Kevin menikah dengan Selena, sudah menjadi rahasia umum memang, semua pegawai restoran milik Kevin sudah tahu. Namun Kevin sendiri malah tidak menyadarinya sama sekali atau lebih tepatnya mengabaikannya.

"Tapi kalau nanti chef butuh apa-apa gimana? Chef kan sendirian di rumah."

"Enggak, lebih baik kamu kembali saja. Saya baik-baik saja meski sendirian." Nada bicara Kevin jadi sedikit lebih tegas, dan Vita pun mulai agak takut, akhirnya ia pun mengalah supaya Kevin tidak marah.

"Ya udah kalau gitu sebelum saya kembali, saya buatkan bubur dulu ya chef."

"Terserah!"

Vita pun mulai beranjak meninggalkan Kevin yang tengah berbaring di ruang tengah, Kevin tidak akan membiarkan siapapun masuk ke dalam kamarnya, ya kecuali Bayu dan... Shera kemarin. Ya Tuhan, Kevin baru ingat jika ia membiarkan Shera masuk ke dalam kamarnya begitu saja, padahal Kevin sangat tidak suka jika kamarnya dimasuki oleh orang lain selain orang yang ia kehendaki.

Di lain tempat, Dahlia kini sedang menyiapkan makanan untuk mantan menantunya. Ia ingin segera pergi untuk melihat kondisi Kevin bersama dengan Shera, dan Shera pun kini tampak membantunya di dapur untuk mempersiapkan semuanya.

"Masukin minumannya juga ya, Oma mau ambil tas dulu."

"Iya Oma." Balas Shera, lalu mengambil botol minuman berwarna merah yang entah apa isinya ke dalam tas makanan. Shera tidak tahu sama sekali jika botol tersebut adalah milik Selena, padahal yang Dahlia maksud adalah botol berwarna kuning di samping Microwave, tetapi yang Shera kira adalah botol berwarna merah.

"Sudah ayo berangkat!" Seru Dahlia.

"Oke Oma." Dan Shera pun segera menghampiri Dahlia dengan menenteng tas makanan untuk Kevin.

Beberapa menit berlalu kedua wanita itupun akhirnya sampai di rumah Kevin, Shera sempat terkejut dengan keberadaan motor matic berwarna pink didepan rumah Kevin, namun sayangnya Shera tak terlalu mempedulikannya dan langsung masuk ke dalam rumah Kevin bersama dengan Dahlia.

Karena sudah terbiasa, Dahlia pun langsung masuk saja ke dalam rumah Kevin tanpa memencet bel, Dahlia dan Shera masuk ke dalam rumah sampai mereka berdua terkejut melihat Kevin tengah berbaring diatas sofa dengan seorang wanita yang tampak duduk di sampingnya.

'Oh... Jadi udah punya pacar, pantesan.' gumam Shera dalam hati, entahlah kenapa ia bisa merasa kepanasan seperti ini melihat Kevin dan juga wanita berseragam itu, Shera sendiri juga bingung, ia sudah berusaha untuk membenci mantan suami Selena itu tapi kenapa sekarang Shera malah merasa sedikit... Cemburu?

***

Kevin tentu sangat terkejut dengan kedatangan Dahlia dan Shera yang terkesan tiba-tiba. Apalagi Vita belum juga pulang dari rumahnya, membuat Kevin merasa tak enak hati dan sungkan karena Dahlia melihatnya bersama Vita. Dahlia atau Shera sebenarnya yang Kevin khawatirkan? Entahlah, hati Kevin sendiri seolah condong ke Shera yang tampak tak peduli dengan dirinya.

"Maaf ya, mama langsung masuk aja, nggak tau kalau kamu lagi ada tamu." Ucap Dahlia dengan senyuman manis keibuan. Sedangkan Shera malah menatapnya sinis.

"Saya Vita Bu, pegawainya chef Kevin, tadi kata temen-temen di restoran chef Kevin masih sakit, jadi saya kesini buat jenguk." Vita memperkenalkan diri tanpa aba-aba, menyalami tangan Dahlia seolah-olah sudah kenal dekat dengan wanita paruh baya itu. Padahal Vita sama sekali tidak tahu jika Dahlia adalah mantan mertua Kevin, Vita mengira bahwa Dahlia adalah ibu kandung Kevin.

'Cih, norak.' gumam Shera dalam hati, demi Tuhan ia malas sekali melihat dua mahluk menyebalkan itu, rasanya Shera ingin pergi tapi...

"Shera, Oma mau bicara dulu sama om kamu, kamu tolong taruh semua makanan ini di dapur ya sayang!" Pinta Dahlia yang tentu saja tidak bisa Shera tolak sama sekali.

"Oh, oke Oma." Shera tersenyum paksa, lalu kemudian iapun segera pergi ke dapur tanpa menoleh kearah Kevin yang sejak tadi memperhatikan gerak-geriknya.

"Heran ya sama laki-laki itu, bilangnya kemarin nggak mau salah paham dan bla-bla-bla, eh tapi sekarang malah bawa perempuan ke rumah, nggak mungkin juga pegawai itu datang dengan sendirinya kalau nggak disuruh sama dia. Pasti mereka berdua punya hubungan." Gumam Shera dengan nada kesal, kesal sekali melihat pria sok kuat itu dengan wanita lain.

"Em... Maaf mbak, itu buburnya chef Kevin, tolong kasih ke dia kalau dia udah waktunya makan malam." Ujar Vita pada Shera.

"Iya." Shera hanya menjawab singkat sembari menatap Vita dengan tatapan angkuh. Sedangkan Vita sendiri merasa aneh dengan sikap Shera, bukan hanya aneh, ia juga merasa sangat minder ketika didekat Shera yang sangat cantik.

"Saya pamit dulu." Pamit Vita pada Shera.

"Hush-hush!" Tentu saja Shera dengan pelan mengatakannya sembari mengibas-ngibaskan kedua tangannya, berharap Vita segera pergi dari rumah Kevin secepatnya. "Hhh... Sok banget." Gerutu Shera.

"Shera sayang!" Tiba-tiba Dahlia memanggil nama Shera.

"Iya Oma!" Balas Shera.

"Bawain minuman yang tadi Oma bawa!"

"Baik Oma!"

Shera pun segera mencari botol berwarna merah didalam tas, setelah menemukannya, iapun segera menuangkannya ke dalam gelas. Shera sendiri tak begitu tahu minuman apa itu, yang jelas bentuknya seperti air, lalu ia tambahkan dengan gula dan sedikit air panas. Kevin kan biasa minum air gula hangat ketika sakit, lagian kenapa juga Shera bisa mengingatnya dengan cermat? Shera kan jadi semakin kesal.

"Ini Oma." Shera segera meletakkan minuman tersebut diatas meja, dan iapun segera duduk diatas sofa yang agak jauh dari Kevin. Tak ingin melihat pria itu, Shera pun segera memalingkan wajahnya sambil memainkan ponsel.

"Pintar sekali cucu Oma, kamu tambahin gula sama air panas sayang?" Tanya Dahlia. Shera pun hanya membalasnya dengan senyuman paksa. Sedangkan Kevin yang melihat itu menjadi semakin tak enak hati.

"Kamu udah makan? Udah minum obat?" Tanya Dahlia pada Kevin.

"Sudah ma." Balas Kevin singkat.

"Apa nggak sebaiknya kamu dirawat di rumah sakit aja? Kamu masih pucat Kev." Tutur Dahlia.

"Ah, nggak perlu ma, besok juga sudah lebih baik."

"Yakin?" Dahlia tampak ragu dengan ucapan Kevin.

"Iya ma." Kevin pun mengangguk beberapa kali untuk meyakinkan Dahlia.

"Mama tuh sedih kalau lihat kamu sakit sendirian begini, nggak ada yang urus. Andai saja Selena bisa bersikap baik sama kamu, merawat kamu meskipun kamu sakit, tapi anak itu malah menceraikan kamu, sekarang dia malah pacaran sama laki-laki yang lebih muda, kurang ajar lagi sama mama, mama sedih Kevin, Selena udah nggak bisa mama nasehati." Ungkap Dahlia dengan wajah sedih, Kevin pun menatap mantan mertuanya tersebut dengan prihatin.

"Ya sudah, sekarang lebih baik mama memikirkan kesehatan Mama, fokus pada kehidupan mama. Selena sudah dewasa, bukan anak kecil lagi, biarkan dia memilih jalannya sendiri ma, jika menurut dia hal itu bisa membuat dia bahagia ya sudah. Aku dan Selena memang tidak berjodoh, sekeras apapun mama berusaha, jika Tuhan tidak menghendaki, maka usaha mama akan sia-sia. Sekarang kita berdua sudah mempunyai kehidupan masing-masing." Jelas Kevin membuat Dahlia akhirnya mengerti.

"Tapi ingat satu hal nak." Dahlia pun menyentuh tangan Kevin. "Meski kalian sudah bercerai, kamu tetaplah menantu kesayangan mama, anak mama. Kamu tidak sendirian, mama tetaplah keluarga kamu. Jadi kalau ada masalah apa-apa, jangan pernah dipendam sendiri, cerita sama mama ya! Mama pasti akan selalu ada untuk kamu." Imbuh Dahlia, Kevin pun tersenyum penuh arti.

"Iya ma, terimakasih."

"OMG! Oma! Ngapain Tante Elen ngadain party di rumah? Oma tau?" Tanya Shera tiba-tiba membuat Dahlia dan Kevin langsung menoleh kearahnya.

"Party?" Dahlia tampak tak percaya.

"Iya, lihat deh, sama si brewok lagi mesra-mesraan." Shera dengan sengaja memanas-manasi Kevin dengan memperlihatkan foto Selena sedang berciuman dengan pacarnya. Namun sayang sekali, Kevin sama sekali tidak peduli.

"Kurang ajar banget anak itu, Oma harus kasih dia pelajaran, Shera sayang, kamu disini dulu ya temani Kevin, dia masih sakit, kasihan kalau sendirian." Ucapan Dahlia barusan membuat Shera langsung kelabakan.

"APA? T-tapi Oma!"

"Oma mau pulang dulu, nanti kamu telepon pak Bondan buat jemput kamu. Mama pulang dulu ya Kevin, kamu bisa mengandalkan Shera, dia anak yang baik dan penurut." Dahlia buru-buru pergi dan tidak mempedulikan teriakan Shera yang menggema seperti Tarzan, membuat Kevin tiba-tiba tersenyum geli.

"Iiihhh... Nyebelin banget, udah aku pergi aja kalau gitu." Shera yang kesal pun memutuskan untuk pergi tanpa peduli pada Kevin.

"Mau kemana?" Tanya Kevin pada Shera yang langsung menghentikan langkahnya, lalu menatap Kevin dengan sinis.

"Mau pulang, istirahat, abis pemotretan capek. Om udah biasa sendiri kan? Jadi nggak perlu ada orang lain yang nemenin."

"Maafkan saya, sikap saya kemarin sudah keterlaluan, saya jadi nggak enak sama mama kalau kamu marah seperti ini sama saya." Ungkap Kevin pada Shera yang tampak menatap Kevin dengan tatapan malas.

"Kok nggak enaknya sama Oma? Terus sama aku apa kabar? Om itu sombongnya setengah mati, masih nggak mau mengakui kalau om itu emang salah. Oma bilang Kevin itu sabar, perhatian, baik, dan bla-bla-bla, apanya?"

"Iya-iya maaf, jangan marah lagi. Harus seperti apa lagi supaya kamu bisa memaafkan saya?" Tanya Kevin dengan tatapan memelas, wajahnya yang masih tampak pucat membuat Shera menjadi tak tega, sungguh ia kesal sekali dengan dirinya yang mudah sekali luluh dengan wajah tampan Kevin.

Entahlah seolah ada magnet, seperti halnya kemarin, Shera begitu perhatian kepada Kevin padahal mereka tidak begitu akrab. Shera melihat Kevin bukan sebagai sosok paman, tapi sebagai sosok pria dewasa yang begitu matang dan menggoda iman.

"Iya aku maafin, ya udah aku pulang dulu." Setelah mengatakan hal itu, Shera segera meninggalkan Kevin. Kevin sendiri sudah tak bisa mencegah kepergian Shera, dirinya terlalu lemas, lagian untuk apa juga? Toh Shera juga sudah memaafkannya.

"Huk." Kevin segera berlari menuju dapur, tiba-tiba saja perutnya mual, memang tak separah kemarin-kemarin, namun tetap saja rasa mual itu terkadang masih ia alami selama masa proses penyembuhannya.

Shera sendiri tampak ragu untuk pulang karena perasaannya tidak enak, padahal ia sudah tiba didepan pintu rumah Kevin, tinggal keluar saja namun Shera urung melakukannya. Gadis cantik itu benar-benar bingung dengan dirinya sendiri, ia tidak mau mempedulikan Kevin tapi hatinya berkata lain, Shera tidak tega membiarkan pria itu sendirian dalam kondisi yang masih sakit.

"Om-om gila!" Umpat Shera, lalu iapun segera kembali menghampiri Kevin, saat tiba diruang tengah Shera terkejut karena Kevin tak ada disana, namun ketika mendengar suara muntahan dari arah dapur, Shera buru-buru menuju dapur untuk melihat keadaan Kevin.

"Hhh... Mungkin besok atau lusa sudah lebih baik." Kevin memijat tengkuknya, menetralkan nafas yang sedikit tersengal-sengal karena muntah-muntah barusan. Pria tampan itu lantas memejamkan matanya, merasa kesal karena sakitnya tak kunjung sembuh dan kembali sehat seperti sedia kala. Kevin benci menjadi lemah, apalagi sakit sendirian, tak ada yang peduli, siapa memang yang akan peduli dengan pria penyakitan seperti dirinya? Selena bahkan merasa sangat jijik dengannya.

"Menyedihkan." Gumam Kevin lirih. Lalu iapun segera membasuh wajahnya, membalikan badan, bersiap kembali ke ruang tengah, namun ternyata ada Shera yang tengah berdiri didepan matanya. Mereka saling bertatapan, Shera menatap Kevin penuh simpati, sedangkan Kevin menatap Shera dengan lemah, seolah mengadu pada Shera jika Kevin sedang tidak baik-baik saja.

"Everything's gonna be okay." Gumam Shera sembari merentangkan kedua tangannya, berjalan perlahan mendekati Kevin yang tiba-tiba saja bergerak kearahnya, memeluk tubuh Shera dengan sangat erat.

"Kalau butuh cerita jangan sungkan-sungkan, om itu bukan malaikat, cuma manusia biasa, jadi jangan sok-sokan." Imbuh Shera dengan nada sebal, namun tak urung tangannya malah bergerak mengusap-usap rambut Kevin membuat Kevin merasa sangat nyaman.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status