Ajeng tersentak mendengar penuturan Jihan yang semudah itu menolak anak yang ada dalam kandungannya. Tidak ingin menghakimi Jihan apa yang ia rasakan saat ini tidaklah muda. Dengan berlahan Ajeng kembali menasehati agar sang sahabat mengurungkan niatnya untuk menghilangkan nyawa.
"Dia adalah korban sama seperti dirimu, jangan lakukan apapun padanya, Jihan. Jangan membuat kesalahan untuk kedua kalinya, ingat ada tuhan bersamamu. Kau hanyalah salah satu orang yang tidak beruntung Jihan begitu juga anak yang ada dalam kandungan dia membutuhkan dirimu. Jika dia mampu berkata maka ia akan berkata, Mama aku ingin melihat dunia. Jangan sakiti aku," ujar Ajeng apapun untuk menyadarkan sahabatnya.Ajeng tidak hentinya mencoba menenangkan sahabatnya. Meskipun sulit pada akhirnya Ajeng berhasil menenangkan hati Jihan."Kamu benar sekali Ajeng, aku hampir saja membunuh anakku. Seandainya kamu tidak mengingatkan dosa yang sudah aku lakukan, mungkin aku akan melakukan kesalahan dan dosa untuk kedua kalinya, Ajeng terima kasih kamu mengingatkan aku, kamu adalah sahabat terbaikku."Jihan memeluk Ajeng, ia berjanji pada dirinya apapun yang terjadi kedepannya dia akan mempertahankan anak yang ada dalam kandungannya walau harus berkorban segalanya Jihan rela. Bahkan jika harus dipecat karena kesalahannya maka ia pun rela menerimanya dengan lapang dada, semua adalah kesalahannya dan orang lain tidak perlu menanggung akibat dari perbuatannya termasuk anak yang ada dalam kandungan."Semangat untuk meniti masa depan kita bersama, ingatlah suatu saat kamu akan bahagia memiliki anak yang ada dalam kandunganmu dia akan menjadi sahabatmu dan dia akan selalu menjagamu dan dia akan berdiri di depan untuk melindungi dirimu. Jika diluar sana menghinamu jika di luar sana tidak menerima kehadiranmu maka dialah yang akan menjadi pahlawan untukmu, percayalah kesulitan yang kamu alami saat ini kelak di kemudian hari kamu mendapatkan kebahagiaan yang jauh dari harapanmu jauh lebih indah dan jauh dari segalanya. Aku percaya dibalik ujian ini kau adalah orang pilihan darinya."Jihan berjanji akan selalu menjaga anak yang ada dalam kandungannya, meskipun penuh dengan ujian. Waktu terus berjalan dan selama kandungannya masih tidak terlihat Jihan akan baik-baik saja seperti hari ini. setelah kejadian di mana dia mengetahui telah mengandung Jihan berusaha untuk mengganti gaya busananya. Tidak peduli dengan mereka yang berusaha untuk mengetahui masalah pribadinya, karena perubahan sikap dan cara penampilan Jihan."Jihan ditunggu di ruang rapat. Jangan sampai mereka, para petinggi perusahaan menunggu terlalu lama."Jihan bergegas membawa berkas laporan bulanan dengan diikuti rekannya, memasuki ruang rapat. Di sana mereka menatap Jihan dari atas kepala hingga ke bawah tidak menampik bahwa tubuh Jihan tetap langsing namun wajahnya yang sedikit pucat menjadi buah bibir di kantornya."Selamat pagi semua, seperti sebelumnya bahwa rapat kali ini kita akan membahas mengenai laporan. Jihan, saya akui kamu benar-benar hebat peningkatan di bulan-bulan ini dan ada berapa proyek yang sudah diterima dengan baik dan memberikan keuntungan besar bagi perusahaan. Dan semua ini berkat dirimu, berkat kerja keras kamu. Terima kasih Jihan," ucap Fikri wakil direktur."Sama-sama pak. Semua ini berkat kerja sama time, bukan hanya saya tapi kita semua.""Oke, sebelum saya menutup acara rapat hari ini ada hal yang sangat penting yang harus diumumkan kepada kalian sekarang. Tiga bulan lagi pemilik perusahaan ini akan kembali dari luar negeri beliaulah yang akan memimpin perusahaan ini, untuk menggantikan tuan Ghazam. Jadi saya minta pada kalian untuk bekerja dengan baik, meskipun berbeda kepemimpinan tetapi putra tuan Ghazam tidak kalah tegas dan wibawanya."Acara rapat yang berlangsung cukup lama, hingga tidak terasa telah masuk jam makan siang. Rapat di hentikan sementara waktu, Jihan memilih kembali ke ruangannya untuk merebahkan tubuhnya yang begitu lelah.******Perputaran waktu yang begitu cepat, telah merubah sosok Jihan gadis cantik yang pendiam berubah menjadi dingin. Sikapnya akan berubah melembut dan hangat jika bersama dengan sahabatnya Ajeng.Lima bulan sudah kehamilan Jihan, selama itu pula Jihan berusaha untuk menyembunyikan kandungannya. Namun entah apa yang terjadi hari ini, di kantornya begitu ramai dengan gosip yang beredar. Tidak peduli dengan berita saat ini Jihan dengan tenang melewati para karyawan, menuju lift, namun langkahnya terhenti saat seseorang memanggilnya."Jihan tunggu!! Aku dengar kamu hamil, ya? Bukankah kamu seorang wanita yang belum bersuami? Lalu bagaimana kamu bisa hamil? Apakah gosip yang beredar itu adalah benar? Jika kamu telah menghianati tunangan kamu dan memilih bersama dengan pria lain di hotel?"Tubuh Jihan menegang mendengar penuturan dari salah satu rekan kerjanya. Belum hilang keterkejutannya tiba-tiba seseorang meneriakinya."Wanita yang tidak tahu diri ini untuk apa bekerja diperusahaan sebesar seperti ini!!! Pak Arka. Saya bersedia perusahaan saya bekerja sama dengan perusahaan anda, tapi dengan catatan wanita itu yang tidak lain adalah Jihan indahsari segera dipecat dari perusahaan ini. Saya tidak ingin perusahaan saya tercemar, bahkan tertimpa sial oleh wanita yang hamil tanpa suami. Jika dari perusahaan anda tidak mengindahkan apa yang saya katakan. Maka saya pastikan tidak ada lagi perusahaan yang bersedia bekerjasama dengan perusahaan anda, perempuan yang anda kerjakan adalah wanita pembawa sial!! Bukan hanya perusahaan anda tapi perusahaan orang lain juga. Maka saya minta pada anda untuk mengambil sikap dengan cepat!!""Dan kau, wanita tanpa malu. Lihatlah, bahkan perusahaan manapun tidak akan bersedia menerima wanita seperti kamu. Dan aku pastikan hari ini adalah hari terakhir kamu bekerja di sini, dan aku akan menghancurkan karirmu sehingga tidak ada satu perusahaan manapun yang bersedia merima pegawai seperti dirimu. Wanita sial!! Begitu juga dengan tua bangka itu sebentar lagi akan menyusul ibumu."Tangan Jihan terkepal erat menatap wanita di depannya. Entah kesialan apa lagi yang akan ia terima jika hari ini akan bertemu dengan orang yang ingin ia hindari tetapi sepertinya takdir tengah menyapanya sehingga saatnya Jihan berhadapan dengannya.Luna Byantara wanita yang ada di hadapan Jihan adalah saudara tirinya, seorang klien dari salah satu perusahaan yang tidak lain adalah milik Jihan. Tubuhnya terasa lemah, harga dirinya telah hancur di hadapan rekan dan atasannya. Keterkejutannya belum hilang dari sikap mereka yang tiba-tiba berubah, dan kini saudara tirinya berhasil menyebarkan gosip yang akurat tentang dirinya. Jihan menerima dengan ikhlas pemecatan dirinya tanpa hormat, dan bersamaan dengan pemilik perusahaan tiba lebih cepat dari jadwal yang ditentukan."Jihan bereskan semua barang-barang milik kamu. Mulai hari ini, kamu bukan lagi karyawan di perusahaan kami. Kami tidak ingin kehilangan investor dan juga klien hanya gara-gara Kamu. Terlebih CEO baru kita akan segera tiba dari waktu yang dijadwalkan.""B– baik, pak. Saya mengerti hal itu,"Jihan telah menyiapkan hatinya untuk menerima pemecatan dirinya. Namun Jihan tidak menyangka jika waktunya lebih cepat dari yang ia perkirakan."Jihan boleh aku bertanya padamu?" "Pak Fikri? Apa yang ingin anda tanyakan pada saya? Maaf sebelumnya, jika pertanyaan anda mengenai masalah pribadi saya. Dengan berat hati saya tidak ingin menceritakan apapun yang terjadi dengan diri saya kepada anda atau orang lain. Saya harap anda mengerti untuk tidak–""Bukan itu Jihan. Aku hanya merasa ada sesuatu yang terjadi dan ini tidak benar. Maksudku, maaf aku tahu ini bukan urusanku tapi aku tahu jika kamu adalah putri dari keluarga yang tidak di ragukan lagi. Masalah yang terjadi dan gosip itu aku rasa bukan kamu yang bersalah, terlebih saudara tiri mu yang menjadi pengganti kamu di kantor. Aku harap kamu bisa mengakui aku sebagai sahabatmu, aku tahu siapa kamu meskipun kita baru bekerja di tempat yang sama. Aku harap kamu tidak memikirkan hal yang tidak pe
Bruaaaakkk !!"Argghhkkk!!!"Tubuh Jihan terhuyung kedepan, Jihan berusaha untuk menetralkan detak jantungnya dengan cepat meraba perutnya. Senyum terukir indah di bibirnya setelah menyadari bahwa kandungannya baik-baik saja."M– maaf, kamu tidak apa-apa?"Suara bariton terdengar di lembut namun sarat akan tegasnya. Jihan mendongak ke atas seorang laki-laki terlihat di depan wajahnya. Aroma maskulin membuat Jihan terasa nyaman, tanpa menyadari tatapan tegas seorang laki-laki yang mengerutkan keningnya."Aku tidak apa-apa," Tanpa menoleh ke arah wajah pria yang berdiri di depannya, Jihan berusaha untuk berlutut merapikan berkas yang berserakan di lantai. Pria yang berdiri hanya diam terpaku, wajah Jihan telah mengusik hatinya. Walau tidak sepenuhnya melihatnya namun entah kenapa hatinya berdesir seakan ia ingin begitu dekat dengan wanita yang tengah berlutut di depannya."Ken, kenapa ada di sini? Aku mencarimu, cepatlah sebelum karyawan tahu kamu disini, mereka akan berbondong-bondong
"Itu terserah denganmu, tapi kamu yakin akan melakukannya?"Ajeng tidak ingin sahabatnya kembali mengalami masalah terlebih saat ini jiwanya shock setelah menjadi bulan-bulanan di kantor tempatnya bekerja. Meskipun tidak memperlihatkan padanya tetapi sebagai seorang sahabat tentunya Ajeng tahu apa yang di rasakan oleh Jihan saat ini."Kenapa tidak? Aku sangat yakin. Aku titipkan ayah padamu, tolong kunjungi ayah. Selama aku tidak ada di sini,"Ajeng yang tidak ingin sesuatu terjadi pada sahabatnya mencoba untuk meyakinkan sang sahabat bahwa semuanya akan baik-baik saja selama dirinya berada di samping Jihan. Terlebih dengan Ayahnya yang kini berada di kota. Ajeng menyakinkan sahabatnya jika semuanya akan menjadi aman. Walau Ajeng kesulitan untuk mengunjungi ayah dari sahabatnya, namun ia yakin bahwa kesempatan itu akan datang meskipun tidak tahu kapan waktunya. Namun ia yakin jika akan ada kesempatan untuk menemui dan mengatakan kebenaran yang terjadi pada Jihan."Pasti aku akan menja
"T– tapi Jihan. Andra tidak akan pergi jika kamu tidak ikut. Kau akan membiarkan aku sendiri disana?"Jihan menggeleng untuk kesekian kalinya, setiap membicarakan Andra maka Indah akan terus mendesaknya agar bisa pergi bersama. Dengan demikian maka Indah akan bertemu dengan Andra."Kamu bicara lebih dulu dengannya. Aku yakin Andra akan pergi menemanimu asalkan kamu sendiri yang mengatakannya.""T— tapi Jihan,""Indah, bukankah aku sudah bilang tidak bisa? Kamu tahu jika aku berulang kali menolak ajakan Andra, kenapa tidak kalian berdua saja? Katakan jika aku tidak bisa pergi. Kamu bisa bersama dengannya, dan juga yang lain. Aku terlalu lelah untuk pergi malam ini lagi pula,""Lagi pula apa? Apakah kau sakit?""Kamu tahu kandunganku sudah semakin besar. Banyak keluhan, aku sering lelah. Temui Andra, pasti dia tidak akan menolak mu terlebih ini urusan kantor.""Baiklah aku akan mencobanya,"Jihan bersiap untuk pulang setelah kepergian Indah, pekerjaannya telah selesai. Ia tidak akan pul
Jihan terkejut ia tidak menyangka jika Indah bicara dengan nada tinggi di depannya. Terlihat tatapan penuh intimidasi, sorot mata yang begitu marah dan benci bersamaan. Jihan berusaha untuk menenangkan diri agar tidak terbawa emosi melihat sikap Indah yang begitu berbeda dari biasanya."Kenapa diam? Katakan padaku Jihan. Apa benar jika kamu hamil tanpa suami?! Apa benar jika kamu menghianati tunanganmu hanya demi laki-laki lain? Bahkan kamu menghabiskan malam dengan pria lain saat kau akan menikah dengan—"Indah menghentikan ucapannya menetralkan detak jantungnya yang tiba-tiba berdetak lebih cepat. Sejak lama Indah mencurigai keberadaan Jihan terlebih dalam kondisi hamil lima bulan. Datang dari kota dan rela memilih bekerja di kota terpencil yang jauh dari rumah sakit. Tetapi ia mencoba menjadi sahabatnya demi seseorang."Untuk apa aku menjelaskan padamu, Indah? Aku memiliki hak untuk tidak mengatakan padamu tentang pribadiku,""Jadi kamu tidak membatah gosip itu?""Apa gunanya, aku
"Ada apa Bu?""Tolong bawa tetangga saya yang mau melahirkan, ban motor saya pecah ban,""Maaf apakah kau baik-baik saja?" tanya seorang pria yang kini melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Mengingat jalanan yang berkelok dan berapa lubang di sana-sini sehingga tidak memungkinkan untuk dirinya menginjak pedal gas."Tanyakan pada ibumu dan juga istrimu. Bagaimana rasanya saat melahirkan," Meskipun ketakutan mendera Jihan namun hatinya tiba-tiba ingin memarahi laki-laki di depannya yang menanyakan dirinya. Walau sebenarnya pertanyaannya tidaklah salah."Maaf saya belum memiliki istri dan aku tidak mungkin untuk bertanya pada ibuku." Jihan tidak lagi memperdulikan perkataan pria yang telah membantunya ia hanya menikmati sesuatu yang baru untuknya. Merasakan momen yang begitu nikmat sekaligus menyakitkan sehingga ia hanya memejamkan mata sesekali ia meringis kesakitan hingga sampai di bidan. "Sus, dok, bidan, i— itu tolong, dia mau kelahiran. Sejak tadi ada yang keluar." "Bapak
Hari berlalu Jihan yang kini lebih pulih paska melahirkan ia pun memutuskan untuk masuk kerja meskipun kondisinya belum sepenuhnya stabil.Kehidupan terus berjalan meskipun hatinya tidak sepenuhnya berada di satu sisi. Hari pertama bekerja usai cuti melahirkan Jihan kembali dengan aktivitasnya namun sayangnya sambutan dari teman-temannya membuat Jihan mengurungkan niatnya untuk menyapa mereka. Berita kembali tersebar, Jihan yang sebelumnya ingin mengundurkan diri dengan terpaksa menundanya mengingat sang putranya masih berada di dalam pengawasan dokter. Dan masih membutuhkan bayi yang cukup besar untuk membawanya pulang ke rumah."Hei, Jihan. Apa kabar? Maaf belum bisa datang melihat anakmu. Kemarin aku kerumah tapi kata Bu Imah kamu sedang mengantar ASI ke klinik."Andra laki-laki yang ia anggap sebagai teman walau ia tahu jika Andra menaruh perhatian lebih padanya. Baginya tidak ada satu orang pun yang bisa mengobati hatinya yang begitu terluka akibat perlakuan tunangan dan saudara
Jihan telah bersiap bekerja tidak menampik rasa yang kini menyeruak dalam hatinya. Rasa seakan terjadi dengan cepat. Namun ia berusaha untuk tidak memperdulikannya, semua ia lakukan demi masa depan putranya. Sampai di kantor desas-desus kembali terdengar kali ini masalah yang baru kemarin terjadi dimana Andra datang dan memintanya untuk menjadi istrinya, bersamaan dengan kedatangan Indah kerumahnya sehingga pertengkaran tidak terelakkan lagi. Indah salah paham padanya seakan dirinyalah yang menjadi penyebab Andra tidak menerima cintanya yang telah lama terpendam.Jihan menjatuhkan tubuhnya di kursi kerjanya menyibukkan dengan tumpukan berkas yang harus ia pelajari dan secepat ia selesaikan hingga tiba-tiba seseorang datang dan mengucapkan kata yang membuat Jihan tersentak."Jihan maafkan saya, tapi,"Pak Iwan pria yang memilik suara yang kini berada di depan meja Jihan meskipun ucapannya lirih namun sarat akan penekanan."Pak Iwan, saya mengerti dan sangat memahaminya. Saya tahu hal i