Share

Dijebak Om Mafia, Dinikahi CEO Muda
Dijebak Om Mafia, Dinikahi CEO Muda
Penulis: Nureyya Sharika

Gara-gara Kencan Buta

“Ayah, lepaskan aku! Aku tidak mau kencan lagi! Ayah, aku mohon!” Seorang wanita menyentak tangannya yang ditarik paksa keluar rumah.

Sang ayah menatapnya berang, lantas mengusap wajah. Tangannya berkacak pinggang, merutuki kelakuan anaknya. Entah sudah berapa kali kencan buta, tetap tak ada hasil.

“Kau—“ Pria bernama Mohan itu menunjuk wajah sang anak yang memelas. “Sudah, ikut saja!” titahnya.

“Hei, Ailyn! Kau mau kencan lagi, ya? Tidak bosan?” Tetangga sebelah menyapa sembari bersandar pada dinding rumahnya.

“Berhenti berkencan, tapi menikahlah. Mau sampai kapan kau menjadi perawan tua?” Wanita di sisi kanannya ikut menimpali.

“Menikahlah. Jangan jadi beban Ayahmu terlalu lama,” imbuhnya, membuat hati Ailyn memanas.

Mendengar ocehan tetangga yang selalu saja mengganggunya, Ailyn meremas jemari. Kalimat-kalimat tadi bahkan sudah ia dengar sejak 10 tahun lalu. Membosankan sekaligus menyebalkan.

“Urus saja urusan kalian sendiri! Ikut campur urusan orang melulu!” Wanita bernama lengkap Ailyn Vazila itu melipat tangan ke dada, memalingkan muka.

“Dasar!” rutuk tetangganya, kompak bersamaan memasuki rumah.

“Kau lihat itu? Meski telingamu sudah kebal, mereka tak akan berhenti. Sudah, kau pergi temui teman Ayah sana!”

Mohan mendorong tubuh Ailyn sampai di depan rumah. Di sana, sudah menunggu sopir taksi yang sebenarnya dari tadi mengawasi.

Ailyn mengerucutkan bibirnya melihat pintu taksi dibuka. “Tapi, Ayah—“

“Ini demi masa depanmu. Namanya Alex Brawijaya. Ayah yakin dia jodohmu." Mohan menyentuh kedua pundak sang anak, mencoba membujuk.

“Pokoknya ini yang terakhir! Kalau tidak berhasil, aku akan memilih menjadi perawan tua!”

Ailyn memasuki taksi dengan kesal. Gaun indah berwarna merah itu tersingkap, membuatnya buru-buru merapikan.

Mohan mengangguk. “Teman Ayah ini kaya dan tampan, loh! Kalau dia mengajakmu menikah, terima saja.” Ia yakin kali ini akan berhasil.

“Sopir, bawa Anakku ke Restoran Delima!” Mohan memberi isyarat kepada sopir taksi agar segera pergi sebab sebentar lagi malam akan menampakkan diri.

Ailyn hanya terdiam, memikirkan apa yang akan terjadi nanti. Ia resah, takut gagal seperti sebelum-sebelumnya.***

Di Restoran Delima beberapa saat kemudian ....

“Astaga! Lama sekali!” Ailyn mengeluh panjang saat ia merasa bosan terlalu lama menunggu teman kencannya. Tenggorokannya sampai kering akibat lama menunggu.

“Pelayan! Jus wortel satu!”

Ailyn memerhatikan pintu masuk Restoran Delima. Matanya sampai sakit gara-gara menatapnya.

“Tunggu sebentar, Mbak,” sahut pelayan restoran.

“Hmm.” Wanita itu bergumam tak jelas. Usianya yang menginjak 32 tahun membuatnya menjadi bahan olok-olok tetangga sebab belum menikah.

Sebagai mantan model bintang iklan yang harus redup di tengah jalan karena skandal, pesonanya tak lekang oleh waktu. Ia tetap tampil cantik sempurna.

“Silakan diminum, Mbak.” Pelayan meletakkan gelas jus di depan Ailyn. Senyumnya lebar, bahkan sampai memerlihatkan deretan gigi.

“Terima kasih.” Tanpa menunggu lebih lama, diseruputnya jus wortel hingga tinggal separuh. Tatapannya lagi-lagi tertuju pada pintu masuk.

“Sampai dia tidak datang dalam lima menit, aku akan pergi! Membuang waktuku saja!” Diaduknya jus dengan sedotan sambil mengomel.

Suasana di restoran yang cukup ramai malah membuatnya merasa hampa. Sepi tanpa teman, ditambah kehadirannya tak dipedulikan siapa pun.

“Kesabaranku habis!” Ailyn berdiri, sudah pun berniat untuk pergi. Namun, tiba-tiba sebuah tangan terulur, memerlihatkan buket bunga.

“Lama menunggu? Maaf ya, aku terlambat sebab tengah mempersiapkan sesuatu,” ujar seorang pria, tersenyum padanya.

Ailyn menganga. Betapa terkejutnya ia melihat pria di depannya kini. Rasanya tak percaya dengan apa yang dilihat. Pria paruh baya dengan setelan jas hitam mengedipkan mata padanya.

“Anda ... Alex Brawijaya?” tanya Ailyn, berharap salah. Namun, pria itu mengiyakan, duduk di depannya setelah meletakkan buket bunga di atas meja.

‘Astaga! Bodoh sekali aku. Kenapa tidak bertanya seperti apa teman Ayah itu?’ batin Ailyn. Duduk ia setelah dipersilakan.

“Sepertinya, ini ada kesalahpahaman. Saya memang diminta berkencan dengan Alex Brawijaya, tapi bukan pria tua seperti Anda yang pastinya punya istri dan anak.”

Ailyn memaksakan diri untuk tersenyum. Tangannya diremas, takut tiba-tiba menjalar. Tubuhnya terasa panas-dingin mendadak.

“Tidak ada yang salah. Aku memang Alex. Apa yang kau harap? Pria muda? Bukannya aku terlihat masih muda?”

Alex mengedipkan sebelah matanya, menunjukkan kesan ‘nakal’ semakin terlihat. Tentu saja Ailyn semakin ingin pergi.

“Kau secantik yang Mohan katakan. Duduklah yang manis, Sayang. Ada banyak hal yang harus kita bicarakan,” ujar Alex, menyentuh tangan Ailyn.

“Jaga sikap Anda!” tegurnya.

“Jangan terlalu agresif. Sikapmu ini malah membuatku semakin tertarik.” Alex menatap dada Ailyn yang sedikit terbuka.

Hal itu membuat wanita yang duduk dengan resah itu merapikan gaunnya. “Saya mau pulang. Kita akhiri saja kencan buta ini sekarang.”

Tanpa aba-aba, segera ia berdiri. Namun, Alex mencegah dengan mencengkeram lengannya.

Ailyn tertegun, sedikit membulatkan matanya. Pria itu malah mendekat, menyentuh pipinya tanpa malu, padahal suasana ramai.

“Jangan buru-buru. Aku belum puas memandang kecantikanmu. Ayahmu pasti marah kalau kau pulang cepat sebab dia sudah menerima banyak uang dariku.”

Ailyn membulatkan matanya, menepis tangan itu. Uang? Jadi, dia sudah dijual pada om-om di depannya ini? Ailyn menelan ludah dengan kasar.

“Berapa uang yang Anda berikan, Om? Saya akan segera menggantinya.” Ailyn sudah tak sabar ingin lari dari tempat itu.

“Apa katamu? Om?” Alex menunjuk dirinya sendiri. Tertawa ia mendengar wanita cantik itu memanggilnya om.

“Dari mana kau akan dapatkan uang untuk mengganti? Kau saja beban Ayahmu. Sini, duduk di pangkuanku!” Ditepuknya paha sembari duduk.

“Kurang ajar! Sikap Anda sudah kelewat batas!” Ailyn meradang. Emosi memenuhi dirinya.

“Sikapmu ini malah membuatku ingin membawamu ke ranjang. Bagaimana kalau kita kencan di hotel saja? Aku ingin lihat seberapa agresifnya kamu.”

“Sialan! Saya bukan wanita seperti yang Anda pikirkan!” Dengan marah, Ailyn mengangkat gelas jus, lalu menyiramkannya pada wajah Alex.

“Kau—“

Terkejut dengan tindakan tiba-tiba itu, mulut Alex menganga. Ia tak menyangka Ailyn akan berlaku demikian. Diusapnya wajah dengan tisu.

“Kencan kita selesai! Jangan ganggu saya lagi!” Ailyn yang hendak pergi, merasakan kepalanya pusing tiba-tiba. Tubuhnya sedikit terhuyung, bertahan karena menopang tangan pada meja.

“Sikap keras kepalamu membuatku kesal. Sudahlah, kita langsung ke hotel saja. Tidak usah membahas rencana pernikahan.”

Alex menarik tangan Ailyn yang mulai tak bisa berdiri dengan baik. Dipeluknya wanita itu. Masih dengan kesadaran, Ailyn mendorong tubuh Alex dengan kasar.

“Kurang ajar!”

Plaaakkk!

Satu tamparan keras mendarat di pipi Alex, membuat pria itu naik pitam.

“Aku ke sini bukan untuk dipermalukan! Tunggu dan lihat saja saat obatnya bereaksi.” Alex berdecak sambil mengelus dagu.

“Kau ... apa yang kau lakukan padaku?” Ailyn memegangi kepalanya yang berputar-putar. Pusing teramat sangat. Alex hanya menaikkan pundak, bersikap seperti tak tahu apa-apa.

Di detik berikutnya, Ailyn terkulai tak sadarkan diri. Dengan sigap Alex menopang tubuhnya dan langsung mengangkatnya keluar.

“Bukankah tadi sudah aku katakan? Aku terlambat sebab tengah mempersiapkan sesuatu. Hahahaha.”

Tawa lepas terdengar saat pria itu membaringkan tubuh Ailyn di kursi belakang mobil. Tak ada yang memerhatikan. Bahkan bisa dibilang semua orang tak peduli.

“Tadinya aku berniat mengajakmu menikah dengan baik-baik, tapi semua di luar kendali.” Alex memutar bola mata.

Sembari menutup pintu mobil, teringat ia bagaimana tadi sebenarnya datang lebih awal. Dengan licik ia membayar pelayan agar mencampur obat tidur pada apa pun yang akan Ailyn pesan.

“Jangan salahkan aku. Kau yang memaksaku menjadi Rahwana.” Alex sedikit melirik dari kaca spion, lantas menambah kecepatan mobil.

Dia juga membayar semua orang di restoran agar tak memedulikannya. Alhasil, Alex berhasil membawa paksa Ailyn tanpa hambatan.

Diambilnya ponsel di dalam saku, kemudian menelepon seseorang. “Sebentar lagi aku sampai. Siapkan semua dengan baik.”

Setelah memberi perintah, Alex bersiul, gembira sesaat lagi keinginannya akan tercapai.

“Baiklah, Sayang. Kita lihat, ke mana mobil ini akan membawa kita. Aku sih, ingin langsung bergulat di ranjang. Hahaha!”

Alex tertawa puas, semakin melajukan mobilnya. Tak bisa mendapatkan dengan baik-baik, maka dia menggunakan taktik licik.

Bagaimanakah nasib Ailyn selanjutnya? Ke mana Alex Brawijaya akan membawa tubuh terbuai mimpi semu itu?****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status