Dijebak Om Mafia, Dinikahi CEO Muda

Dijebak Om Mafia, Dinikahi CEO Muda

Oleh:  Nureyya Sharika   Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 Peringkat
126Bab
2.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Tak juga menikah di usia 32 tahun, Ailyn Vazila dipaksa untuk kencan buta oleh ayahnya. Bukannya saling mengenal, Ailyn malah dijebak Om Alex sampai nyaris kehilangan kesucian. Beruntung ia ditolong pria bernama Karan Pradipta Kusuma yang baru pulang menyelesaikan pendidikan di luar negeri. Pertemuan itu membuat Karan jatuh hati pada Ailyn yang lebih tua. Karan pun berusaha mendapatkan hati Ailyn dengan melindunginya dari sang ayah yang telah menjualnya pada Om Alex, si ketua mafia. Karan juga memutuskan menikahi Ailyn meski ditentang keluarga. Siapa sangka, semua menjadi rumit saat Ailyn mengetahui identitas Om Alex serta gangguan keluarga Karan. Dapatkah Karan mendapatkan hati Ailyn dan menjaganya dari gangguan Om Alex yang tak lain adalah ayah tiri sekaligus musuhnya?

Lihat lebih banyak
Dijebak Om Mafia, Dinikahi CEO Muda Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
YOSSYTA S
weh ... mantap dan seru bgt crtanya thor. Ok lanjut up yg banyak ya Thor. semangat
2024-01-22 08:14:55
0
126 Bab
Gara-gara Kencan Buta
“Ayah, lepaskan aku! Aku tidak mau kencan lagi! Ayah, aku mohon!” Seorang wanita menyentak tangannya yang ditarik paksa keluar rumah. Sang ayah menatapnya berang, lantas mengusap wajah. Tangannya berkacak pinggang, merutuki kelakuan anaknya. Entah sudah berapa kali kencan buta, tetap tak ada hasil. “Kau—“ Pria bernama Mohan itu menunjuk wajah sang anak yang memelas. “Sudah, ikut saja!” titahnya. “Hei, Ailyn! Kau mau kencan lagi, ya? Tidak bosan?” Tetangga sebelah menyapa sembari bersandar pada dinding rumahnya. “Berhenti berkencan, tapi menikahlah. Mau sampai kapan kau menjadi perawan tua?” Wanita di sisi kanannya ikut menimpali. “Menikahlah. Jangan jadi beban Ayahmu terlalu lama,” imbuhnya, membuat hati Ailyn memanas. Mendengar ocehan tetangga yang selalu saja mengganggunya, Ailyn meremas jemari. Kalimat-kalimat tadi bahkan sudah ia dengar sejak 10 tahun lalu. Membosankan sekaligus menyebalkan. “Urus saja urusan kalian sendiri! Ikut campur urusan orang melulu!” Wanita bernama
Baca selengkapnya
Malam yang Mencekam
Seorang pria keluar dari pesawat sembari membuka kacamata. Bibirnya menguntum senyum. “Indonesia, akhirnya aku kembali padamu,” lirihnya menuruni tangga.Langkahnya santai, mendorong koper melewati banyak orang tanpa peduli. “Di mana pengawalku?” Baru saja bertanya pada diri sendiri, dilihatnya beberapa orang berlari mendekat.“Selamat datang kembali, Tuan Muda.” Tiga orang berpakaian rapi menyapa, lantas membungkuk hormat.Pria itu adalah Karan Pradipta Kusuma yang baru pulang dari luar negeri setelah 10 tahun lebih sekolah bisnis di Amerika.“Bawakan koperku! Aku sangat lelah.” Karan menyerahkan koper, lalu beranjak pergi lebih dulu.“Baik, Tuan!” Seorang pengawal menjawab, bergegas mengikuti sembari menarik koper.“Tuan Kusuma sudah menunggu. Apa kita langsung pulang?” tanya pengawal berkumis tebal.“Tidak. Aku malas melihat Papa bersama penyihir itu. Belum lagi si nakal yang pasti sudah seusiaku.” Karan memasukkan kacamata ke dalam saku jas.“Apa Tuan mau ke rumah Nyonya? Beliau
Baca selengkapnya
Berkenalan
Karan termangu, menatap wanita asing yang kini terisak. Ia penasaran pada pria tadi yang diyakininya sebagai seseorang di masa lalu.“Siapa ... nama pria itu?” tanyanya.Ailyn menoleh sembari menyeka air mata. “Om Alex,” jawabnya.Sontak hal itu membuat Karan melotot. Ia menoleh pada pengawal yang duduk di belakangnya. “Apa nama panjangnya Alex Brawijaya?”“Kata Ayah sih, begitu. Dari mana kau tahu? Huaaaahhh! Kenapa aku malah menangis?” Ailyn histeris mengingat dirinya yang sudah memaksakan diri untuk tegar, tapi akhirnya menangis juga.“Sttt!! Diam! Sudah masuk mobil orang sembarangan malah berteriak,” tegur Karan, menoleh ke arah belakang, takut diikuti.“Maaf,” lirih Ailyn. Ia merapikan gaunnya yang sobek setelah menyeka keringat.Ia merutuki diri yang meminta bantuan tanpa memikirkan konsekuensinya.“Tak salah lagi. Sialan itu masih suka bermain wanita. Apa dia tidak memikirkan Mama?” Karan bicara pada diri sendiri, semakin yakin.“Apa katamu tadi?” Ailyn merapikan rambutnya.
Baca selengkapnya
Pulang
“Ailyn! Apa yang terjadi? Bagaimana kencannya?” Seorang pria mengikuti Ailyn yang duduk tanpa permisi. “Gatot! Gagal total! Si om brengsek itu malah membawaku ke hotel.” Ailyn melepaskan jas milik Karan, lalu meletakkannya di sofa. “Sudah kuduga! Untung saja aku membuang obat tidur itu. Kalau tidak ... habis kau!” Pria itu duduk di depan Ailyn, menyodorkan botol air mineral. Ternyata dia adalah pelayan restoran yang waktu itu melayani Ailyn. “Lalu, apa rencanamu sekarang?” tanyanya. Pria itu bernama Hadid. “Aku boleh menginap di sini, tidak? Aku takut Ayah marah atau si Om Alex akan datang lagi.” Ailyn meminum air mineral sedikit, lalu meletakkannya di atas meja. Hadid mempersilakan Ailyn untuk menginap sekaligus tidur di kamarnya. lagi pula, dia dan wanita itu sudah bersahabat sejak lama. Tak akan terjadi apa-apa. “Terima kasih banyak. Untung aku punya sahabat yang masih jomblo sepertimu, jadi bisa menginap. Hehe.” Hadid hanya berdecak, membiarkan Ailyn beranjak menuju ke kama
Baca selengkapnya
Sesuatu yang Mengejutkan
Karan masih mematung, sampai Marina menyentuh lengannya. Wanita itu menyerahkan segelas jus padanya, lantas meminta agar sang anak duduk. “Mama mengadopsi anak?" Karan tertawa sambil menggeleng. Ia yakin si kecil berbaju putih itu anak angkat mamanya. Dia berpikir Marina kesepian karena suaminya jarang pulang, lantas mengadopsi anak.“Tidak, Karan. Dia anak Mama. Adikmu.” Marina menuntun anak kecil yang diakuinya sebagai anak. Wanita itu mengelus rambutnya dengan penuh perhatian. “Anak bagaimana?” Karan duduk, masih dengan tangan memegang gelas. Tak ada niatan untuk meminumnya. Yang ada hanya rasa penasaran memenuhi pikirannya. Marina menarik napas dalam-dalam, berat untuk bercerita. Maklum, dia dan Karan sudah 10 tahun tak bertemu. Selain agak aneh, waktunya dirasa tidak pas. “Ma?” Karan meletakkan gelas di depannya. Tatapan mata Karan seolah menegaskan ia ingin tahu cerita sebenarnya. “Kau ingat hari saat Mama dipaksa menikah dengan Alex setelah Papa menuntut cerai?” ungkit Mar
Baca selengkapnya
Ada Alasan di Balik Bantuan
Taksi yang ditumpangi Ailyn dan Mohan berhenti di depan gedung KUA. Dengan terpaksa, Ailyn membiarkan ayahnya menariknya paksa sembari mengomel. “Hentikan, Ayah! Biarkan aku mencari pekerjaan agar Ayah tidak perlu menjualku!” rengek Ailyn, menghentikan langkah. “Kau masih akan mencari, bukan sudah mendapatkan pekerjaan. Sudah, Ayah sudah bawa dokumen pentingnya. Kau tinggal masuk dan mendaftar.” Mohan yang telanjur emosi dengan sikap anaknya yang sukar diajak bicara baik-baik, mendorong tubuh itu agar memasuki gedung KUA. Belum juga kakinya melangkah lebih jauh, mendadak seseorang menghentikan. “Tunggu!” Suara itu membuat keduanya spontan menoleh dan mendapati Karan mendekat. “Karan? Kenapa kau di sini?” tanya Ailyn, heran melihat pria itu datang entah dari mana. “Kau siapa?” Mohan memerhatikan pria dengan setelan jas rapi berhenti di depannya, langsung berkacak pinggang. Karan tak menjawab, malah bertanya,
Baca selengkapnya
Jual Dirimu Pada Tuan Alex!
Alex duduk dengan kasar di sofa berwarna merah. Mension tempatnya berkumpul bersama para mafia menjadi memanas. “Aku tidak mau mendengar kabar buruk lagi. Pokoknya, kalian harus menemukan pacar Ailyn secepatnya!” Alex menaikkan kaki ke atas meja. “Baik, Bos.” Anak buahnya yang hendak pergi, terpaksa kembali saat Alex mengatakan ada hal lain yang perlu dibicarakan. “Awasi juga anak Kusuma. Dia baru datang. Sialnya, aku lupa kalau Marina punya anak.” Alex mengambil cerutu dari saku jaket, hanya memerhatikannya. “Aku dengar dari informan, dia yang akan menjadi penerus K2 Company, Bos. Apa kita harus bertindak?” tanya Gandhi, selaku kaki tangan sekaligus orang kepercayaan Alex. “Sabar dulu. Aku masih ingin tahu, apa dia ingat kejadian 10 tahun lalu. Kalau dia ingat dan memberitahu Marina, habis aku,” katanya, meletakkan cerutu. Alex memang masih mencintai Marina, bahkan sejak dia pertama bertemu. Sayang, kehadiran Ailyn m
Baca selengkapnya
Maukah Kau Kubayar Per Detik?
Karan baru saja tiba di kediaman keluarga Kusuma. Matanya langsung memerhatikan seluruh kawasan luas itu. “Banyak sekali perubahan,” lirihnya, membiarkan pengawal membawakan kopernya. Pria itu melangkah mendekati pintu utama. Belum sempat mengetuk pintu, ternyata pintu dibuka lebih dulu. Seorang wanita berbaju merah berdiri di depan pintu dengan tatapan tak suka. Siapa lagi kalau bukan ibu tirinya, Yunita. “Apa aku harus meminta izin untuk masuk?” Karan lebih dulu bicara saat Yunita hanya mematung sambil melipat kedua tangannya. “Apa perlu kupersilakan? Kau bukan anak ingusan itu lagi, kan?” Sudut bibir Yunita terangkat. ‘Dasar!’ rutuk Karan dalam hati. Wanita penggoda itu malah bicara seolah-olah rumah itu miliknya. Tangan Karan yang mengepal, sedikit terangkat. Namun, ia harus diam mengingat baru saja tiba. “Siapa, Sayang?” Suara seseorang membuat Yunita langsung berubah. Kalau sampai suaminya tahu apa yang tadi ia
Baca selengkapnya
Menjadi CEO Baru
[Hentikan, Om! Selama aku masih bernapas, aku tidak butuh uangmu!] Ailyn membalas dengan memberikan tambahan emoticon pisau. Alex sudah bertindak di luar batas. “Kalau dibiarkan, dia pasti akan semakin menjadi-jadi,” keluh Ailyn. Tanpa diduga, Alex membalas dengan mengirim foto pistol di atas meja. Tanpa dijelaskan pun Ailyn paham maksudnya. Alex akan membunuh siapa pun yang tak menurutinya. Selang beberapa waktu, Ailyn sampai di depan kantor K2 Company. Ia turun setelah membayar ongkos taksi. Pikirannya berkecamuk. Dirapikannya rambut dan baju, lalu melangkah menuju ke satpam yang berdiri di depan gerbang. “Semoga berhasil,” lirihnya. “Selamat pagi, Pak,” sapa Ailyn. “Pagi, Mbak. Ada yang bisa dibantu?” Satpam berkumis tipis itu memerhatikan seluruh tubuh Ailyn yang mengenakan kemeja putih dan rok cokelat selutut. “Ah, saya dapat tawaran casting iklan produk terbaru di sini. Apa masih ada lowongan? Soalnya baru
Baca selengkapnya
Lulus Casting Tanpa Audisi
Ailyn hanya bisa diam saat menunggu di ruang Anggrek. Sesuai namanya, ruangan itu dipenuhi ornamen anggrek yang indah. “Eh, bukannya dia model itu?” Seorang wanita dengan rok mini berwarna putih berbisik, tapi masih bisa didengar Ailyn yang duduk tak jauh darinya. “Iya, ya. Dulu dia terlibat skandal sama produsernya, kalau aku tidak salah dengar. Dia masih berani menunjukkan wajah?” balas temannya. Ailyn mulai memanas. Ia mengibaskan map yang dibawa karena keringat mendadak mengucur deras di keningnya. Pembahasan tentang masa lalunya ternyata masih belum selesai. “Lama sekali,” keluh Ailyn. Ia merasa gerah, padahal ruangan itu ber-AC. “Kau ... model sampo itu, kan? Yang pernah viral itu?” tanya wanita yang tadi berbisik. “Kalau memang iya, kenapa? Toh, itu sudah berlalu sangat lama. Tak ada gunanya diungkit,” ketus Ailyn. Ia pura-pura memeriksa ponsel, padahal tidak ada pesan apa pun. Pandangannya fokus, se
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status