Share

Bab 3

Saat Ayah Rendi menarik Melati untuk pergi keluar, Rendi menarik baju Ayahnya dengan tangan yang penuh dengan minyak dan saus hingga mengotori baju Ayahnya.

"Jangan bawa Kak Melati Pergi, aku yang mau ikut Kak Melati"

"Rendi, jangan ikut -ikutan"

"Tapi Yah, memang Rendi yang sudah menipu Kak Melati. Rendi cuma mau main dan ikut Kak Melati, Ayah selalu sibuk dengan pekerjaan. Aku hanya bisa bermain dengan pegawai Ayah, dan mereka gak seru mainnya. Mereka terlalu mematuhi aturan Ayah"

Ayah Rendi langsung melespaskan tangan Melati dan berjongkok untuk mendengarkan Rendi, "Jadi Yah, jangan salahin Kak Melati"

Ayah Rendi memeluk Rendi dengan pelan, "Maafin Ayah ya, Ayah terlalu sibuk bekerja sampai membuat anak ayah ini menjadi kesepian"

Melati merasa terharu dengan percakapan Ayah dan Anak itu, dan Melati merasa lega karen Rendi sudah menjelaskan permasalahannya.

"Sekarang anda tau kan, kalau bukan saya yang menculiknya. Rendi yang berbohong kepada saya, dan saya juga tidak menyakiti Rendi"

"Saya meminta maaf atas tuduhan saya sebelumnya, tapi kamu tetap bersalah"

Emosi Melati mulai naik lagi mendengar tuduhan Ayah Rendi kepadanya, "Apa lagi salah saya, saya tidak menyakiti anak anda"

"Anda sudah seenaknya sendiri memberi makan anak saya dengan makanan tidak sehat, apa kamu mau tanggung jawab jika Rendi sakit. Anda juga teledor, pasti kamu tidak bertanya apakah Rendi mempunyai alergi atau tidak. Jika tanpa sengaja anak saya memakan sesuatu yang tidak seharusnya dia makan, anda mau tanggung jawab"

Melati merasa pusing mendengar omelan panjang Ayah Rendi, dia merasa apa yang salah dengan makan ayam. Tidak mungkin makan ayam membuat orang sakit, kecuali ayam tiren.

"Saya memang teledor tidak menanyakan makanan yang tidak bisa dimakan Rendi, tapi Rendi meminta sendiri untuk makan ayam KFC. Sesekali makan Junk food tidak masalahkan, asalkan tidak setiap hari"

Ayah Rendi hanya menatap Melati dengan wajah dinginnya, "Ayo Rendi kita pulang"

Rendi yang diajak pulang oleh Ayahnya menolak ikut karena dia masih ingin bersama dengan Melati, "Aku gak mau pulang Yah, aku mau nginep dirumah Kak Melati"

Ayah Rendi tentu saja tidak setuju, karena dia sama sekali tidak mengenal Melati. Bagaimana jika Melati berbuat yang tidak - tidak kepada Rendi, atau Melati nanti akan memberi makanan yang tidak sehat jika ikut Melati pulang.

"Tidak boleh, kamu harus ikut pulang dengan Ayah. Kalau kamu nolak uang jajan kamu akan Ayah potong setengahnya, dan kamu selama sebulan hanya bisa makan sayur"

Diancam oleh Ayahnya, Rendi malah menangis dang ngotot mau pergi bersama melati. Rendi memeluk kaki melati dan tidak mau melepaskannya. Melati mencoba melepaskan Rendi dari kakinya, tapi tidak berhasil.

Melati mencoba membujuk Rendi tapi tidak juga berhasil, "Rendi jangan seperti ini, ikut Ayah Rendi pulang ya. Besok bisa main ke tempat Kak Melati lagi"

"Gak, aku gak mau. Aku maunya sama Kak melati"

Ayah Rendi hanya memijat kepalanya melihat kelakuan anaknya yang membuat kepalanya pusing. Banyak pelanggan yang memperhatikan merek, Ayah Rendi harus segera menyelesaikan pernasalahan ini dan mau tidak mau dia menyetujui permintaan Rendi. Jangan sampai permasalahan ini berlama - lama, yang nantinya bisa membuatnya lebih malu.

"Baik Ayah ikuti kemauanmu, sekarang lepaskan Kak Melati. Jangan kakinya seperti itu, kamu bukan monyet"

Rendi tertawa bahagia karena tujuannya sudsh tercapai, "Siap laksanan"

Ayah Rendi kemudian menggendong Rendi dan membawa mereka menuju mobilnya, disana sudah ada Deni asistennya. Doni melihat Bosnya membawa Bos kecil dan seorang wanita menajdi bingung, kenapa ada wanita yang ikut bersama mereka.

"Bos, kenapa wanita itu ikut denganmu Bos?"

"Diam saja, tidak usah banyam bertanya. Cepat nyalakan mobilnya" ujar Ayah Rendi dengan ketus ke asistennya itu.

Ayah Rendi langsung masuk ke dalam mobil diikuti Rendi dan Melati, "Kasih alamat anda ke asisten saya"

Melati hanya mengangguk dan memberikan alamatnya ke asisten Ayah Rendi yang sedang menyopiri mereka.

Selama perjalanan tidak ada perbincangan sama sekali, bahkan Rendi yang biasanya aktif hanya duduk diam ditengah - tengah Ayahnya dan Melati. Melati mencoba memecahkan keheningan dengan bertanya ke Ayah Rendi.

"Anu, boleh tau nama anda. Dari tadi kita berbicara hanya menggunakan saya anda"

"Abisatya Diranda putra wijaya" jawab Abisatya dengan dingin.

Melati merasa tidak asing dengan nama itu, bukankah itu nama yang ada dikarangan bunga. Melati kemudian melihat wajah Abisatya lagi, wajahnya sangat mirip dengan yang ada di baner.

Melati langsung istigfar mengingat perkataanya tadi siang kalau mau jodoh seperti orang yang ada di banner, jangan sampai omongannya jadi kenyataan bisa setres kalau setiap hari berbicara dengan laki - laki dingin sepertinya.

"Kenapa anda istigfar"

"Enggak, gak kenapa - kenapa" jawab Melati dengan dingiringi tawa yang canggung.

Abisatya hanya melirik melati tanpa berbicara apa - apa lagi.

"Lebih baik jangan saya anda, terlalu formal. Pakai aku kamu atau nama saja"

"Terserah saya mau manggil bagaiman, bukan urusan kamu"

"Ya ampun ni cowok, ketus amat sih" batin Melati sambil berusaha menenangkan dirinya.

Walaupun menjawab dengan ketus, Abisatya merupah panggilannya tidak menjadi saya anda tetapi saya kamu. Setidaknya sudah tidak terlalu formal ketika mereka berbicata. Malas berbicara dengan Abisatya, Melati kemudian berbicara dengan Rendi yang dari tadi diam saja.

"Rendi kenapa dari tadi diam saja?"

"Gak kenapa - kenapa kok Kak, cuma mau diem aja. Takut nanti kalau aku banyak omong trus salah omong, nanti Ayah gak bolehin aku nginep di tempak Kak Melati"

Melati tertawa lirih karena kelucua Rendi, masih kecil sudah bisa menempatkan diri agar tidak merugikan dirinya sendiri. Melati mengusap kepala rendi yang membuat Rendi ikut tertawa bersama Melati.

Suasana di dalam mobil yang awalnya sunyi menjadi lebih ceria karena tawa Melati dan Rendi. Sesampainya mereka di rumah Melati semua orang turun kecuali Deni yang tetap duduk di dalam mobil.

Abisatya merasa takjub melihat rumah Melati yang sudah seperti toko bunga saja, sepanjang mata memandang ada berbagai jenis bunga mulai dari lavender, aster, melati, mawar dan beberapa bunya yang tidak dia ketahui namanya.

Melati membuka pintu kemudian mempersilahkan Abisatya dan Rendi untuk masuk kedalam. Sepanjang mata Abisatya memandang di dalam rumah ada bebagai jenis kaktus mini yang tersusun rapi di rak - rak kecil dan di pinggir jendela.

"Kenapa rumahmu banyak kaktu, bagaimana kalau itu menyakiti Rendi"

"Itu hanya kaktus kecil, durinya tidak tajam. Rendi juga sudah faham kalau tidak boleh menyentuh duri kaktus, aku sudah memberitahunya"

"Saya tidak peduli buang semuanya keluar"

Melati langsung marah karena Abisatya seenaknya sendiri menyuruh membuang kaktusnya, padahal itu rumahnya sendiri bukan rumah Abisatya.

"Enak saja main buang kaktusku, aku sudah merawat mereka sejak lama. Mana mungkin aku buang cuma gara - gara perintahmu"

"Saya tidak peduli, cepat buang semuanya"

Rendi hanya menggelengkan kepalanya yang melihat Melati dan Abisatya mulai berkelahi lagi, padahal Rendi mempunyai misi untuk menjodohkan mereka. Jika sebentar - sebentar saja mereka berantem, bagaimana misinya bisa berhasil.

Rendi sudah sangat menginginkan figur seorang Ibu untuknya, dan dia merasak kalau Melati adalah sosok Ibu yang dia cari. Agar tujuannya bisa tercapai Rendi harus mendamaikan mereka dan membuat mereka saling jatuh cinta.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status