Share

Diterima

Author: Rahmi Aziza
last update Huling Na-update: 2022-10-21 07:56:12

“Ini Galang, pemilik Kafe Mentari.”

“Ha?”

Jadi orang yang berseteru denganku di taksi tadi bosku? Aktor papan atas yang disebutkan Erna kemarin?

Aku bengong sesaat, tapi berusaha bersikap sewajar mungkin. 

“Oh iya iyaaa Pak Galang, halo. " Kupaksakan diri untuk tersenyum padahal sebenarnya masih jengkel dengan kejadian tadi di taksi.

Galang membuka topi yang sedari tadi dikenakannya. Membalas senyumku dengan sinis. Wajahnya terlihat sangat jelas kini. Ternyata tampan juga calon bosku ini. Sepintas mirip Dikta mantan personel Yovie dan Nuno saat masih berambut pendek belah tengah. Eh, kenapa aku jadi memuji dia, sih! 

“Baik, Nadia, pertanyaan pertama, kenapa kamu melamar kerja di sini?” tanya Pak Wira tiba-tiba yang membuatku gelagapan. Pikiranku masih menerawang, bertanya-tanya apakah insiden taksi tadi akan mempengaruhi penilaian Galang terhadapku. Bisa-bisa aku ditolak pada pandangan pertama.

“Karena butuh duit Pak,” jawabku spontan. Duh jawaban macam apa ini? Bukan jawaban yang kurencanakan, sumpah. Padahal aku sudah tahu pertanyaan ini bakalan keluar, dan sudah merancang jawabannya tadi di rumah.

Aku melirik ke arah Galang. Ia tampak menggelengkan kepala prihatin, seolah mau berkata, matre banget nih orang.

Tapi Pak Wira malah tertawa, “Ahahahaa jawaban yang menarik.”

“Dari sekian banyak pelamar tidak ada yang menjawab sejujur kamu,” katanya lagi. Sungguh ramah dan menyenangkan. Beda dengan ... Ah sudahlah. 

“Hahaa iya lah Pak kalo saya ngga jawab begini, nanti saya ngga digaji lagi!” Aku mencoba berkelakar menjawab perkataan Pak Wira supaya perasaan gugupku hilang.

“Oke. Seandainya kamu diterima kerja di sini sebagai markom, apa yang akan kamu lakukan?”

Aku lantas mempresentasikan hal-hal yang ingin aku lakukan untuk mempromosikan Kafe Mentari. Aku juga menceritakan pengalaman kerjaku sebagai markom di sebuah hotel beberapa tahun silam. Di situlah aku bertemu dengan Mas Arya yang bekerja sebagai manager hotel. Oh, tentu perihal Mas Arya ini tidak kuceritakan pada Pak Wira.

Pengalamanku sebagai freelancer micro influecer selepas resign dari hotel dan sudah bekerjasama dengan berbagai brand juga tak ketinggalan kupamerkan, yaa siapa tahu bisa jadi nilai tambah.

“Wah menarik," tanggapan Pak Wira membuatku bernapas lega.

"Kamu berpengalaman sebagai markom juga influencer sehingga bisa melihat dari kedua sisi ketika akan menjalankan tugasmu nantinya. Emm. boleh saya tahu akun i*******m kamu?” tanya Pak Wira.

“At Nadia underscore Putri Pak,” jawabku.

Pak Wira lantas nampak mengetikkan sesuatu di ponselnya. “Oh ini ya." Is menunjukkan akun instagrmaku yang sudah dibuka di ponselnya. Untung saja aku sudah mengarsipkan foto-foto bersama Mas Arya dan Rania di sana.

“Iya betul Pak.”

“Foto-fotonya bagus, follower kamu juga cukup banyak. Follower saya ketinggalan jauh, hahaha.”

Pak Wira kemudian berdiri dari tempat duduknya. “Baiklah ....”

Hmm sepertinya sesi wawancara sudah berakhir.

“Terimakasih Nadia." Tangannya terulur menyalamiku.

“Selamat ya, kamu diterima.”

“Hah?” Aku kaget tidak menyangka secepat ini aku diterima, dan rupanya Galang pun menunjukkan keterkejutan yang sama. Ia nampak tak setuju Pak Wira menerimaku bekerja di kafenya.

"Tunggu Bang, kenapa-"

“Bukannya kamu bilang aku berhak 100% menentukan siapa yang akan kuterima?” tukas Pak Wira membela diri.

“Iya tapi kan, kita harus pikirkan baik-baik, nggak bisa secepat ini dong.” Sialan, Galang merusak kebahagiaan orang aja.

“Lang, kita tak punya banyak waktu, minggu depan kafe ini sudah harus buka. Dari semua calon karyawan yang sudah kita wawancara tadi, aku paling sreg dengan jawaban Nadia. Jadi, mari kita coba bekerjasama dengannya.” Pak Wira mencoba meyakinkan.

Galang nampak pasrah dengan keputusan Pak Wira. Meski terpaksa. Ah, aku tidak peduli. Sepertinya aku tidak akan terlalu sering bertemu dengannya. Ia pasti sibuk syuting di Jakarta dan menyerahkan urusan kafe sepenuhnya pada Pak Wira.

“Nadia, kamu akan digaji sesuai UMR dan akan mendapatkan bonus jika ada lembur atau menunjukkan kinerja yang memuaskan. Kita akan bekerja mulai hari Senin. Apakah kamu bersedia?”

“Bersedia Pak!” jawabku mantap.

“Oke, kalau gitu kamu bisa pulang sekarang dan mempersiapkan diri untuk hari Senin. Sabtu minggu depan kafe ini akan buka, jadi kita masih punya waktu bersiap-siap selama lima hari.”

“Baik, saya pasti akan bekerja sebaik-baiknya Pak Wira. Terimakasih," kataku dengan senyum megembang sambil menganggukkan kepala. Sebodo amat deh dengan tanggapannya Galang kaya apa.

Aku berjalan menuju pintu dan melewati Galang.

“Mari, Pak Galang.” Meski enggan, aku tetap harus berpamitan dengan sopan pada cecunguk satu ini. Bagaimana pun  dia bosku. Kebutuhanku akan uang lebih mendesak daripada gengsiku.

Waktu sudah menunjukkan pukul satu siang, bergegas kuambil ponsel di tas untuk memesan taksi online.

Sambil menunggu taksiku datang, aku mengirim pesan pada Erna, memberitau bahwa aku akan segera pulang dan menjemput Rania.

Tiba-tiba sebuah mobil menepi di depanku. Eh apa taksiku sudah datang? Kenapa cepat seklai. Aku melihat dengan seksama mobil yang ada di hadapanku. Lho ini kan..

“Arman?”

“Masuk,” ucapnya terdengar ketus.

“Aku sudah memesan taksi, kamu tidak perlu ....”

“Batalkan! ” Lagi-lagi ia memerintahku seenaknya.

Daripada ribut di pinggir jalan, cepat-cepat kubatalkan taksi yang kupesan. Nanti sajalah akan kuomeli dia habis-habisan di dalam mobil.

“Apa-apaan sih? Kasihan driver yang ku-cancel tadi tahu nggak!” protesku setelah duduk dan memasang seat belt di mobil Arman.

“Mana Rania?” tanyanya tanpa menjawab omelanku sedikitpun. Huh!

“Kutitipkan di tempat Erna,” jawabku.

“Tega sekali kamu ya, setelah ia kehilangan Ayahnya, kau buat juga dia kehilangan ibunya.”

Darahku seketika mendidih mendengar ucapan Arman.

“Apa maksudmu? Ia kutitipkan karena aku harus tes wawancara kerja. Kau pikir buat apa aku kerja? Buat menghidupinya juga kan,” kataku dengan suara tinggi.

“Aku Pamannya. Paman yang harus bertanggung jawab pada ponakan yatimnya.”

“Tapi mau sampai kapan, Man? Kalau kamu sudah menikah nanti apakah istrimu tidak berkeberatan berbagi harta dengan orang lain? Kamu nggak mikir sampai ke situ ya?”

“Oh baiklah. Kalau begitu ... Aku ... TIDAK AKAN MENIKAH.”

“APAA?”

“Aku tidak akan menikah sebelum memastikan ada orang yang bisa menjaga dan menghidupi kalian dengan baik." 

Arman lantas menginjak pedal gas, melajukan mobil dengan kecepatan cukup tinggi.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (7)
goodnovel comment avatar
Marlien Cute
Sepertinya Arman sudah mulai jatuh cinta sama Nadia nih...
goodnovel comment avatar
siti fauziah
wah Arman knp dgn dirimu...
goodnovel comment avatar
Nila Elok
Arman ko marah" terus tiap ketemu nadia
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Musuh Tapi Menikah - Ekstra Part 12

    "Serius, Ra, kamu mau berhenti kuliah?" Mata Andini membulat. Apalagi setelah Kinara menjawabnya dengan sebuah anggukan. "Ra, kita baru beberapa bulan kuliah, sayang tauk uang masuknya. Galang yang suruh?" Kinara menggeleng. "Nggak, Ndin." Memang bukan karena permintaan Galang. Justru lelaki itu sama terkejutnya dengan Andini saat Kinara mengutarakan niatnya berhenti kuliah. "Kenapa, Flo?" Galang mengusap mulutnya dengan serbet, menjauhkan piring makan yang telah kosong di depannya. "Bukannya kuliah itu cita-cita kamu dari dulu?" "Hmm, bukannya kamu seneng kalau aku nggak kuliah, nggak ketemu Mas Jagad lagi di sana." "Iya, aku memang cemburu, tapi nggak usah sampai berhenti juga, Sayaang." Galang mencubit gemas pipi Kinara. Aww. "Setelah kupikir-pikir, Lang." Kinara mengusap-usap pipinya yang dicubit Galang tadi. "Aku hanya ingin fokus belajar fotografi, di kuliahan pelajarannya macam-macam." "Nah, kalau alasan ini masuk akal. Oke, aku akan carikan sekolah fotografi terbaik bua

  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Musuh Tapi Menikah - Ekstra Part 11

    Otak Kinara memerintahnya untuk berlari kencang namun otot kakinya menegang, sulit bergerak. Ia hanya mampu berjalan mundur, selangkah demi selangkah, lalu ... "Astaghfirullah." Tiba-tiba kakinya menginjak genangan air hingga ia jatuh terduduk. Kinara menoleh ke kanan dan ke kiri. Kenapa jalanan ini sepi sekali. Ditambah lagi hujan mulai turun rintik-rintik, membuat suasana semakin mencekam. "Oh, kamu rupanya. Sepertinya kita pernah berjumpa, ya." Hendri mengulurkan tangan, seolah mau membantu Kinara bangun dari jatuhnya. Namun Kinara menggeleng. Sedikit pun ia enggan menyentuh lelaki itu. "Mau terus-terusan di sini? Ayo ...." ujar lelaki itu, lembut tapi terdengar menyeramkan. "Kenapa, ha?" Ia mulai membentak, satu tangannya mencengkram kuat pipi Kinara. "Apa yang kau dengar?" Lagi-lagi Kinara hanya sanggup menggeleng tanpa suara. "Biarkan dia, kita bicara di tempat lain!" seru Malya yang nampak gusar. Ia tak mau berada di tempat ini berlama-lama namun merasa perlu menyelesaik

  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Musuh Tapi Menikah - Ekstra Part 10

    "Kamu tahu dia siapa?" bisik Arash ketika Hendri sudah jalan menjauh. "Hah, siapa, Kak?" Kinara sedikit mencondongkan badan mendekat pada Arash. "Dia produser yang disebut Marini." "Ma-maksudnya yang menghamili Marini?" Arash mengangguk. "Hem, begitu menurut pengakuannya." "Tuntutannya belum diajukan, Kak?" Kinara ingat beberapa waktu lalu saat ke rumah sakit tempat Marini dirawat, perempuan itu sempat menunjukkan surat tuntutan. "Para korban pelecehan menolak menandatangi surat tuntutan. Marini pun akhirnya berubah pikiran. Aku tidak bisa memaksa." Kinara menelan ludah. Tak semudah itu memang mengakui kasus pelecehan seksual meski kita sebagai korban. "Tapi aku masih tetap berusaha. Ada seorang korban lagi yang sedkit demi sedkit mulai menguak kebusukannya." "Siapa, Kak?" "Ada, seorang aktris pendatang baru. Maaf, aku tidak bisa sebut nama. Tapi kemungkinan kamu pun tidak tahu. Debutnya baru sebatas pemeran figuran. Ia ditawari casting untuk sebuah film dan dilecehkan ketika

  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Musuh Tapi Menikah - Ekstra Part 9

    Meski sudah kembali ke ibu kota, bukan berarti kesibukan Kinara berkurang. Jadwal syuting yang berbenturan dengan jam kuliah membuatnya terpaksa membolos lagi dan lagi. Saat hanya menjadi asisten, asalkan sudah mempersiapkan segala keperluan Galang, ia santai saja ijin barang beberapa jam untuk mengikuti perkuliahan, lalu setelahnya akan menyusul kembali ke lokasi syuting. Ah, ia jadi paham kenapa Galang sampai sekarang belum juga lulus kuliah. "Kinara, ntar sore jam empat, jangan lupa, lu dan Galang ada talkshow di podcast." Nah, belum lagi undangan wawancara sana-sini. Bagi Kinara sebagai artis pendatang baru, undangan wawancara terdengar mengerikan, bagaimana kalau dia sampai salah bicara. "Datang tepat waktu, promosikan sinetron kita, dan kalau ditanya soal Malya, jawab aja nggak tahu." "Oke, Bang, siap!" Karena Kinara diam saja, akhirnya Galang yang menjawab arahan Bang Sut. "Sayang, santai aja," bisik Galang begitu melihat wajah Kinara yang berubah tegang. "Hah, santai?" Ki

  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Musuh Tapi Menikah - Ekstra Part 8

    "Cut!" teriak Sutradara. Namun Galang bergeming. Bahkan ia memeluk Kinara erat dan semakin erat. "Woy, cut! Selesai! Udah! End!" Bang Sut mengulangi instruksinya hingga membuat Galang sadar dan melepaskan pelukan. "Eh, udah? Gini aja?" Galang menoleh. "Ya, emang udah, lo nggak baca naskahnya?" "Maksud gue, kaya ... nanggung gitu, Bang. Kan bisa diimprove, ditambah adegan kissing mungkin!" "Edan!" Bang Joel yang baru datang menoyor kepala Galang. "Mau merusak moral anak bangsa, lo?" "Jangan didengerin, Bang!" Bang Joel menoleh pada Sutradara. "Otaknya lagi rada-rada korslet!" Lelaki itu menempelkan telunjuk dengan posisi miring di dahinya. Bang Sut tertawa sembari geleng-geleng kepala. Setelahnya ia memberi instruksi untuk break syuting. "Jam setengah tujuh tet kita ganti lokasi, siap-siap, ya!" Mendengar perintah sang sutradara, para kru segera membereskan peralatan, sementara talent kembali ke kamar masing-masing. Ini hari ketiga mereka di Bandung. Revisi naskah membuat merek

  • Dijodohkan dengan Ipar Posesifku   Musuh Tapi Menikah - Ekstra Part 7

    "Dia, asisten lo kan, Lang? Kita pakai dia!" "Pakai? Saya?" Kinara menunjuk dirinya sendiri dengan raut wajah bertanya-tanya, menoleh pada Galang dan Bang Sut si sutradara secara bergantian. "Maksudnya, Bang?" "Elo jadi artis." Ucapan Bang Sut lebih seperti perintah yang harus disetujui daripada sebuah tawaran. "Cup! Urus dia!" katanya pada sang asisten. "Siap, grak!" "Eh, eh, kita mau kemanaa?" teriak Kinara ketika Ucup si asisten sutradara menarik tangannya. "Heh, Cup! Lu main tarik is-ehm asisten gue sembarangan aja!" Galang pasang badan menghadang langkah sang astrada. "Emangnya dia bersedia?" "Gini, ehm. Ki ... Kinara." Bang Sut maju menengahi. "Bener nama lo Kinara, kan?"Kinara mengangguk. "Karena Malya ngilang dan ntah kapan bisa syuting lagi, sementara sinetron kita kejar tayang, kita terpaksa mengubah jalan ceritanya. Jadi Malya bakal dibuat mendadak mati karena kecelakaan. Terus Galang yang ada di mobil yang sama dengan Malya saat kecelakaan diselamatkan orang. Nah,

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status