Share

Bab 2

"Apa, yah?"

Seorang gadis kini menatap Jeremy saat ia mengatakan tentang kesepakatannya dengan Ricard.

"Maafkan ayah, Lea! Tapi jika kamu tidak mau menikah dengan Tuan muda Ricard, bukan hanya ayah yang akan menderita, tapi ibumu juga akan menanggung akibatnya. Kamu tahu sendiri bukan siapa Tuan Ricard?" Jeremy menatap putri tirinya yang ia panggil Lea itu dengan wajah memelas.

"Kenapa kau begitu tega menjual ku seperti ini? Apakah selama ini kamu belum puas membuat hidupku dan ibuku menderita, hah? Jangan pikir aku tidak tahu apapun tentang kamu." Azalea menatap ayah tirinya itu dengan wajah merah padam.

"Apa maksudmu, Nak?" Jeremy menatap Azalea dengan pura-pura bersedih.

"Jangan panggil aku, Nak! Selama ini aku mencoba bersabar dan berharap kamu berubah, tapi apa?" Azalea menjeda ucapannya. "Sekarang kamu makin melunjak dan malah menjual ku pada pria yang lebih pantas disebut binatang!" teriak Azalea dengan suara yang menggelar.

Jeremy pun menghapus air matanya, lalu ia menatap wajah Azalea dengan begitu tajam. Ia menunjukkan wajah aslinya setelah sekian lama ia pura-pura baik hanya untuk memanfaatkan Azalea demi kebutuhannya.

"Seharusnya kamu bersyukur karena Tuan Ricard memilihmu bukan malah menyalahkanku, setelah ini kamu tidak perlu banting tulang lagi untuk membiayai pengobatan ibumu yang sakit-sakitan."

Jeremy melangkah mendekat, lalu ia menunjuk wajah Azalea dengan jari telunjuknya. "Kamu harus ingat, selain butuh donor hati, ibu kamu juga butuh biaya. Jika kamu mendonorkan hati kamu untuk ibumu, lalu siapa yang akan membiayai kebutuhan kalian setelahnya?"

Jeremy menarik sebelah sudut bibirnya. Lalu, melangkah pergi menjauh meninggalkan Azalea yang membuang muka sambil menahan amarah yang meledak-ledak.

Ia ingin menolak pernikahan itu, namun apa yang diucapkan ayah tirinya tersebut memang benar, bahwa ia tidak punya pilihan lain selain menyetujui untuk menikah dengan Ricard.

"Apakah selamanya takdirku akan seperti ini?" setitik air mata Azalea jatuh menetes.

"Oh tidak Lea, ngapain kamu mengeluarkan air mata? Bukankah kamu sudah terbiasa hidup dengan siksaan? Jadi untuk apa kamu takut dengan kekejaman Ricard? Jika dia semena-mena, kamu harus melawannya nanti." Azalea bermonolog dengan dirinya sendiri.

"Huffft ... !" Azalea mengehembuskan nafasnya kasar.

"Lea ... minta duitnya dong! Aku kehabisan duit nih, nggak ada buat beli bensin." Seorang gadis yang kira-kira seumuran dengan Azalea mengulurkan tangannya pada Azalea seraya menatap wanita itu malas.

"Seharusnya kamu juga cari kerja, Mel! Aku juga harus membiayai pengobatan Ibu di rumah sakit," jawab Azalea.

Mendengar jawaban Azalea, wanita itu pun menatap Azalea tajam dan langsung mengambil paksa tas gadis tersebut. Akan tetapi, Azalea langsung mendorong tubuh saudara tirinya itu hingga membuat tubuh sang adik tiri sedikit terdorong ke belakang.

"Kau bukan tanggung jawabku, Amelia! Dan aku tidak akan pernah membiarkan kalian memperlakukanku semena-mena lagi!" sentak Azalea yang berhasil membuat Amelia begitu terkejut.

"Hey ... !" Amelia semakin terkejut.

Azalea langsung menangkap tangan Amelia saat wanita itu hendak melayangkan tangannya untuk menampar dirinya.

"Jangan pernah mencoba untuk bersikap kasar lagi padaku!" Azalea langsung mengehempaskan tangan Amelia kasar hingga membuat wanita itu memegang pergelangan tangannya dan terus mengeluh kesakitan.

"Kamu pikir kamu hebat? Tunggu saja pembalasanku!" Amelia membalikkan tubuhnya, lalu melangkahkan kaki meninggalkan Azalea dengan amarah yang membuncah.

Sementara Azalea hanya menatap saudara tirinya datar, hingga beberapa saat kemudian ponselnya bergetar dan wanita itu pun mengangkatnya seraya melangkah menuju kamar.

"Apa? Ibuku Kritis?" Azalea langsung terpaku dan menerjunkan air matanya setelah mendapatkan kabar dari tempat ibunya di rawat.

"Aku memang tidak punya pilihan lain, aku rela mengorbankan kebahagiaanku asalkan ibuku tetap hidup," gumam Azalea.

Setelah itu, Azalea menatap kamar Jeremy dan langsung mendatangi pria paruh baya itu yang sedang bersantai di kamarnya. "Aku akan menikah dengan Tuan muda Ricard, asalkan dia mau membiayai pengobatan ibuku!" ucap Azalea yang kini berdiri di ambang pintu kamar Jeremy dengan Jeremy yang sedang asik memainkan ponselnya.

Mendengar suara Azalea yang tiba-tiba terdengar dari ambang pintu kamar, seketika membuat Jeremy menoleh dan menatap sang putri tiri dengan senyum yang mengembang.

"Baiklah, aku akan menghubungi Tuan Reno, sekretaris Tuan Ricard. Masalah pengobatan ibumu pasti hal kecil bagi dia." Jeremy meyakinkan Azalea.

"Katakan saja pada Tuan Richard bahwa aku ingin bertemu. Nanti jika dia menyetujui untuk bertemu denganku, kirim saja lokasinya, karena aku tahu Tuan muda seperti dia pasti memilih-milih tempat." Azalea balik badan tanpa menunggu jawaban dari Jeremy.

Sementara Jeremy tersenyum penuh kemenangan setelah melihat bayangan Azalea yang menghilang dari dinding kamar pria tersebut . "Akhirnya aku bisa hidup dengan tenang," ucap Jeremy.

*

*

*

"Nona Azalea?" seorang manager restoran datang menghampiri gadis itu setelah ia berdiri sambil celingukan untuk mencari keberadaan calon suaminya.

"Iya, Pak! Maaf ... apa di sini ada Tuan Ricard?" tanya Azalea setelah ia mengedarkan pandangannya dan tidak melihat Ricard di mana pun.

"Beliau menunggu Anda di ruang VIP, Nona! Mari saya antar," ucap manager itu ramah.

"Terima kasih, Pak!" jawab Azalea tersenyum. Setelah itu, sang manager melangkah menuju ruangan VIP diikuti Azalea dari belakang.

"Semoga dia tidak membunuhku di ruangan VIP nanti, tapi aku pasrah jika dia melakukannya, asalkan ibuku bisa selamat." Azalea membatin.

Begitu sampai di depan ruangan VIP, manager tersebut menghentikan langkahnya. Lalu, manatap Azalea yang masih berdiri di depan pintu ruangan tersebut. "Silahkan, Nona! Tuan muda ada di dalam."

Azalea menganggukkan kepala dengan sang manager yang langsung balik badan seraya melangkahkan kakinya untuk menjauhi ruangan tersebut.

Setelah itu, Azalea memberanikan diri untuk membuka pintu ruangan itu, dan mendorongnya perlahan hingga tampak lah dua orang yang menatapnya dengan begitu lekat.

Rasa takut kini menghampiri gadis itu, namun ia mencoba untuk bersikap santai demi nyawa sang ibu. Ia melangkah mendekat dan langsung duduk di hadapan pria yang tidak asing lagi baginya.

"Apa yang ingin Anda bicarakan, Nona? Cepat katakan, karena Tuan muda tidak memiliki banyak waktu!" ucap Seseorang yang kini berdiri di samping pria tersebut.

"Apa dia tidak punya mulut sampai harus sekretarisnya yang menanyakan tentang maksud permintaan pertemuanku?" Azalea membatin sambil menatap Ricard tajam.

"Tundukkan pandangan Anda, Nona! Tidak sopan menatap Tuan Ricard seperti itu!" titah Reno.

Seketika tangan Azalea gemetar. "Ma-maaf! Saya tidak bermaksud untuk bertingkah tidak sopan, Tuan!" ucap Azalea tersenyum kaku.

"Cepat katakan! Apa yang Anda inginkan?"

"Saya hanya akan menyetujui pernikahan ini apabila Tuan Ricard mau mengobati biaya rumah sakit ibu saya, Tuan!" ucap Azalea tanpa basa basi.

Meski pun kulitnya dingin bak mayat hidup karena ketakutan, namun ia mencoba bersikap santai dan seolah tidak takut pada apapun.

Sementara Reno menahan tawanya melihat tangan Azalea yang gemetar, namun ia salut dengan usaha Azalea yang mencoba untuk memberanikan diri.

"Sebenarnya Anda sudah di beli dari ayah tiri Anda, Nona! Tapi sebelum Anda meminta hal itu, Tuan muda sudah menyiapkan surat perjanjian yang sangat menguntungkan untuk Anda," ucap Reno.

Sekretaris Ricard itu pun mengambil sebuah kertas yang ia bawa, dan langsung menyerahkan pada gadis tersebut. "Apa ini?"

"Baca dan tanda tangani! Jika Anda tidak mau, maka bukan hanya ayah Anda yang masuk penjara, tapi Anda juga bisa terseret. Anda tahu betul bukan siapa Tuan Ricard?" tanya Reno tanpa mengalihkan tatapannya dari gadis tersebut.

Sementara Azalea hanya menatap wajah pria yang akan menikahinya yang hanya bungkam selama pertemuan mereka.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status