Share

Bab 7

Sesampainya di kantor, Richard langsung melangkahkan kakinya menuju ruangan CEO, sementara para karyawan membungkukkan kepala saat Richard melewati mereka.

Richard berjalan penuh wibawa dengan tatapan yang berhasil membuat semua orang begitu takut padanya.

Begitu tiba di depan ruangannya ia membuka pintu perlahan, lalu ia langsung disambut seorang wanita yang sudah ia ketahui kedatangannya.

"Hai," sapa Richard dengan bibirnya yang melengkung.

"I Miss you," ucap gadis tersebut.

"Tumben kamu ada waktu untuk datang ke kantorku?" Richard melangkah mendekati wanita yang sangat ia cintai.

Wanita itu adalah Wulan, kekasih Richard yang sangat Richard cintai, namun wanita itu menolak untuk menikah dengan Richard, karena ia ingin meneruskan karirnya sebagai publik figur.

Richard selalu di desak oleh orang tuanya agar segera menikah, hingga akhirnya ia memilih untuk menikahi wanita lain agar orang tuanya tidak terus menerus mencarikan pria itu jodoh. Richard memilih Azalea, karena ia tahu bahwa wanita seperti Azalea tidak mudah untuk jatuh cinta, ia menilai semua itu karena melihat penampilan Azalea yang sederhana. Tidak seperti anak kandung Jeremy yang bisa ia tebak tidak akan mau melepaskan pria itu jika sudah terikat. Bukan karena cinta maupun kasih sayang, melainkan karena harta yang Richard miliki.

"Kenapa? Sepertinya kamu tidak senang aku datang?" tanya Wulan sambil mencebikkaan bibirnya.

Wanita itu duduk di sofa dengan Richard yang langsung duduk di samping kekasihnya, sambil menatap wajah sang kekasih penuh cinta. "Bukan seperti itu, biasanya kamu tidak ada waktu untukku. Bahkan, beberapa bulan ini kita jarang berkomukasi karena kamu terlalu sibuk mengejar karirmu. Bahkan kadang kamu marah saat aku menghubungimu untuk menanyakan kabar."

Wulan yang mendengar ucapan kekasihnya, ia langsung memeluk tubuh Richard dengan begitu erat. "Maafkan aku Sayang! Setelah kamu menikah, aku sadar bahwa tidak ada yang lebih penting darimu bagiku. Kau segalanya dan aku tidak sanggup melihatmu bersanding dengan wanita lain." Air mata Wulan jatuh berderai dengan Richard yang mengembangkan senyum.

"Memang ini yang aku inginkan, Wulan! Aku ingin kamu sadar bahwa aku membutuhkan sosok pendamping yang selalu ada untukku, bukan seorang kekasih yang selalu sibuk mengejar karirnya. Maafkan aku yang memilih untuk menikahi wanita lain hanya untuk membuatmu sadar. Tapi aku janji, pernikahanku dengan Azalea tidak akan lama." Richard membatin.

*

*

*

Di Tempat Yang Berbeda.

Azalea yang mendapatkan Izin untuk bekerja dari Richard, ia langsung menuju kantor di mana ia di terima sebagai sekretaris di kantor yang sama besarnya dengan kantor sang suami. Wanita itu sangat beruntung langsung diterima di kantor tersebut hanya dengan satu alasan yaitu ia tidak merasa takjub maupun tertarik pada ketampanan sang Ceo.

Pada hari itu seharusnya hari ketiga Azalea bekerja, tapi ia sengaja minta izin untuk menikah dan memilih masuk kerja setelah acara pernikahan wanita itu selesai.

Mungkin terdengar aneh, tapi CEO perusahaan itu memilih Azalea karena menurutnya Azalea mencukupi syarat untuk menjadi sekretaris. Jika sang sekretaris memiliki perasaan pada pria itu, maka CEO tersebut sangat yakin bahwa ia hanya akan mendapatkan masalah.

"Selamat pagi, Tuan!" Azalea memasuki ruangan Ceo dan berdiri di seberang meja kerja pria tersebut.

Ceo tersebut memutar kursi kerjanya hingga ia dapat melihat wajah Azalea yang memasang wajah datar. Sementara sang Ceo hanya tersenyum tipis. "Silahkan duduk!" sang Ceo mengulurkan tangannya pada kursi di seberangnya.

Azalea juga tersenyum, sebelumnya ia berpikir bahwa Ceonya akan menyeramkan seperti suamimya, tapi ternyata apa yang dia pikirkan tidak lah benar. "Maafkan saya karena baru bisa masuk kerja, Pak!" ucap Azalea.

Ceo tersebut menggerakkan matanya pada kursi di sebrang pria itu, karena Azalea masih berdiri di psisinya. Azalea yang mengerti dengan maksud sang Ceo, ia tersenyum kaku. "Maaf," ucap Azalea.

Setelah itu, Azalea membungkukkan sedikit tubuhnya, lalu menarik kursi di seberang CEO, dan duduk di seberang pria tersebut. "Tuan Dilan, saya ... "

"Kamu tidak perlu canggung seperti itu, awalnya aku tidak tau siapa kamu, tapi setelah menghadiri resepsi pernikahan sahabatku, ternyata kamu adalah pilihannya." Pria itu tersenyum.

"Selamat datang di perusahaan ku, Semoga kamu betah!" ucapnya.

"Terima kasih, Tuan!" jawab Azalea.

"Hey, aku ini sahabat suamimu. Jadi, paggil aku Dilan saja seperti suamimu memanggilku." Dilan menyambut Azalea dengan begitu baik.

"Bukankah Alasan Tuan Dilan menerimaku bekerja agar bisa berprofesional? Tuan Dilan tidak ingin wanita yang menjadi sekretaris Anda takjub dengan ketampanan Anda. Bukankah begitu?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status