Share

Bab 4

Setelah selesai membersihkan diri, Azalea keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk yang melilit di atas dada. Tetesan air dari ujung rambutnya ia kibas-kibaskan hingga membuat seseorang yang sedang memperhatikannya menekan saliva.

Kulit putih mulus dengan lekukan tubuh yang sempurna. Ia tidak pernah menyangka bahwa dibalik penampilan yang begitu sederhana ternyata ada kesempurnaan yang tidak di ketahui orang lain. Karena Azalea terbiasa menggunakan pakaian longgar dengan syal yang selalu melingkar di lehernya.

Azalea terus melangkah menuju meja rias tanpa menyadari kehadiran seseorang yang duduk di atas ranjang sambil terus memperhatikan dirinya. Begitu sampai di depan cermin, tatapannya kini langsung terarah pada pantulan cermin yang menampakkan seorang pria yang telah sah menjadi suaminya itu duduk di ranjang sambil menatapnya lekat.

"Aaaa ..." teriak Azalea reflek.

Ricard yang kesal mendengar teriakan sang istri, ia langsung melempar Azalea dengan bantal yang ada di dekatnya hingga mengenai kepala wanita tersebut.

Azalea pun mengambil bantal yang dilemparkan sang suami dan melempar balik, namun dengan sigap Richard berhasil menangkapnya saat bantal yang Azalea lemparkan melayang tepat di depan wajahnya.

Setelah itu, Richard menurunkan bantal itu hingga membuat Azalea dapat melihat tatapan sang suami yang menatapnya dengan begitu dingin.

"Untuk apa kau berteriak? Kau pikir tubuhmu menarik?" Ricard beranjak dari ranjang, lalu ia melangkahkan kakinya mendekati sang istri.

"Aaaa ... !" Azalea berteriak kembali dan hendak lari untuk menjauhi pria tersebut.

Namun, Ricard mencekal pergelangan tangan Azalea kasar, hingga membuat wanita itu balik badan dan langsung membentur tubuh pria itu. Tangan Azalea pun gemetar, namun ia tetap berusaha tenang dan memberanikan diri untuk menatap sang suami.

"Kau mau apa? Apa kau ingin membunuhku?" tanya Azalea ketakutan.

Tidak ada jawaban dari pria tersebut, namun ia langsung mengangkat tangan Azalea yang di genggamannya dan menyerahkan paper bag yang sengaja Richard bawa untuk istrinya tersebut.

"Cepat ganti baju! Keluargaku menunggu kedatangan kita! Aku akan menunggumu di sini!" Richard membalik tubuh Azalea dan mendorong tubuh wanita itu hingga Azalea hampir jatuh jika saja tidak berpegangan pada dinding.

"Dasar Monster!" umpat Azalea, namun ia hanya mengucapkan di dalam hati.

"Apa kamu mengatakan sesuatu?" tanya Richard yang kini melipat tangannya di dada.

Wanita itu langsung mengangguk, lalu menggeleng. "Aku tidak mengucapkan apapun, Tuan!" ucap Azalea.

Setelah itu, Azalea langsung melangkah ke kamar mandi dan membawa paper bag pemberian Richard.

Karena kesal, Azalea terus mengumpat pria yang telah sah menjadi suaminya di dalam hati. "Ingin rasanya ku cekik lehernya yang kek jerapah itu!"

"Apa?" tanya Richard yang masih melihat Azalea mematung memunggunginya.

"Tidak ada apa-apa, Tuan!" Azalea buru-buru masuk ke kamar mandi dan menutupnya kasar hingga membuat pria itu kesal.

*

*

*

Beberapa saat kemudian, Azalea sudah selesai mengganti pakaian. Setelah itu, Azalea melangkah menuju meja rias dan hendak menyisir rambutnya, namun Ricard mengambil alih dan membantu wanita tersebut.

"Tuan ... "

"Diam!" titah Richard dengan wajah datar.

Azalea pun pasrah dan hanya menatap pantulan wajah suaminya dari cermin. "Andai kita menikah karena saling mencintai, mungkin hari ini aku sudah menjadi wanita yang paling bahagia di dunia." Azalea membatin.

"Sekarang kita kembali ke Mansion! Kamu tidak boleh berdandan jika di luar kamar, karena kecantikanmu hanya untukku," ucap Ricard yang masih terus memasang wajah datar.

"Hari ini aku mendengar dia banyak bicara, kenapa? Jika di hadapan semua orang dia bahkan seperti seseorang yang bisu?" Azalea membatin sambil menatap pantulan suaminya dengan wajah bingung.

Setelah itu, Richard menarik pergelangan tangan sang istri, dan membawanya pergi dari kamar hotel itu untuk pulang.

"Ah, katanya aku tidak boleh mencintai dia? Tapi jika dia bersikap seperti ini aku jadi takut. Aku takut nantinya akan tersentuh." Azalea menatap pergelangan tangannya yang di genggam erat oleh suaminya tersebut.

Begitu sampai di parkiran, beberapa orang terlihat menunggunya, dan membuka pintu mobil untuk mereka. Setelah itu, keduanya masuk dan duduk di kursi belakang dengan supir yang siap mengantar mereka untuk kembali ke Mansion.

Sepanjang perjalanan hanya keheningan yang terjadi, baik Richard maupun Azalea tidak ada yang membuka suara, hingga 30 menit kemudian mereka tiba di gerbang Mansion Richard. Di mana jarak gerbang menuju pintu utama sangatlah jauh.

Azalea begitu takjub melihat kemewahan mansion itu, namun ia begitu pandai menyembunyikan ketakjubannya hingga ia tidak terlihat seperti orang kampung pada umumnya.

"Turun!" titah Richard.

Tanpa membantah, Azalea langsung turun saat salah satu pelayan mansion membukakan pintu untuk wanita tersebut.

Di depan pintu utama, kini tampak seorang wanita paruh baya yang sedang menyambut kedatangan sepasang suami istri itu. Wanita paruh baya tersebut begitu glamor dengan tampilan seperti orang kaya pada umumnya.

"Richard, Sayang! Kau sudah pulang Nak? Bagaimana malam pertamamu dengan menantu? Menyenangkan bukan? Khusus kamar kalian Mommy sendiri loh yang menyiapkan," ucap Mawar yang menyambut kedatangan putra tirinya tersebut.

Tanpa menjawab pertanyaan wanita paruh baya itu, ia kini melangkahkan kakinya menuju pintu utama dan menarik pergelangan tangan sang istri agar mengikuti langkah pria tersebut.

"Sayang, dengarkan dulu Nak! Mommy belum selesai bicara, aku ingin ... "

"Ingin apa?" Richard balik badan dan menatap wanita paruh baya itu tajam.

"Aku ingin bicara dengan istrimu dan menceritakan tentang keluarga kita, dan aku juga akan jelaskan padanya bahwa kamu menikahi dia agar hartamu tidak jatuh ke tangan Danil," ucap Mawar yang berharap Azalea terpancing agar meminta perceraian pada pria tersebut.

"Percuma kau memancing istriku agar memintaku perceraian, karena kau tidak akan pernah berhasil!" Ricard menarik sebelah sudut bibirnya, lalu menarik pergelangan tangan Azalea agar tetap mengikuti langkah pria tersebut.

"Sial! Ternyata benar dugaanku, bahwa mereka menikah hanya untuk harta Angga, aku harus merencanakan sesuatu agar Danil yang menjadi satu-satunya pewaris di keluarga ini. Aku tidak terima jika Danil hanya mendapatkan seper empat dari kekayaan ayahnya."

Mawar menatap Richard dan Azalea yang melangkah beriringan hingga keduanya terlihat seperti sepasang suami hang menikah karena cinta.

"Sebenarnya apa yang terjadi di keluarga ini? Siapa wanita tadi? Kenapa dia terlihat bermusuhan dengan Tuan Richard? Jika dia ibu mertuaku, kenapa Tuan Richard tidak menghormatinya, bahkan terlihat sangat membencinya?" Berbagai pertanyaan berlarian di kepala wanita tersebut.

"Ah sudahlah, kenapa kamu banyak berpikir, Lea? seharusnya kamu fokus saja sebagai peranmu, menjadi istri yang baik meski hanya sandiwara, kemu tidak perlu mencampuri urusan pribadi suamimu, seperti perjanjian di surat kontrak itu." Azalea terus membatin hingga gadis itu tidak sengaja membentur tubuh Richard saat pria itu menghentikan langkahnya mendadak.

"Selamat datang Kakak, selamat datang kakak ipar!" ucap seseorang yang berdiri di depa lift dan menghalangi langkah Richard untuk masuk.

Azalea yang penasaran dengan suara seorang pria yang berasal dari hadapan sang suami, ia menggeser tubuhnya hingga ia dapat menatap wajah Danil dengan jelas.

"Wajahnya begitu mirip dengan Tuan Richard, apa dia adiknya?" Azalea membatin sambil terus menatap wajah Danil penasaran.

"Oh iya Kakak ipar, Perkenalkan, namaku Danil Angga Pranata, aku adik dari suamimu yang galak ini," ucap Danil dengan senyum yang mengembang.

Richard yang mendengar ejekan dari pria itu tetap memilih bungkam dan menatap sang adik dengan wajah yang masih datar.

Azalea pun membalas senyuman pria itu, lalu hendak menerima uluran tangan Danil namun segera di tepis oleh suaminya tersebut.

"Kakak ... kita hanya ingin berkenalan, aku tidak akan menganggu kakak ipar. Kakak tenang saja!" ucap Danil tersenyum.

"Minggir!" ucap Richard dengan tatapan yang masih datar.

"Ayolah Kakak, meski kita berdua beda ibu, tapi tetap saja kita satu Ayah! Jangan terus menganggapku musuh, apakah kamu tidak capek, hm?"

Tanpa menjawab ucapan Danil, Richard langsung menyingkirkan tubuh Danil dari hadapannya dan menarik Azalea memasuki lift.

Setelah masuk, kini hanya ada Azalea dan Richard di dalamnya. Keduanya terdiam dengan Azalea yang memilih bersikap santai seolah-olah ia tidak melihat kejadian apapun di rumah itu.

"Kanapa kamu tidak bertanya tentang mereka?" tanya Richard.

"Bukankah Danil sudah memperkenalkan diri tadi? Lalu, untuk apalagi aku bertanya?" Azalea menatap suaminya sekilas.

"Lagi, pula dalam aturan kontrak pernikahan, aku tidak boleh mencampuri urusan pribadimu bukan? Jadi, untuk apa aku bertanya? Aku akan memasang mata buta dan telinga tuli agar aku tidak melanggar surat perjanjian itu. Keinginanku cuma satu, yaitu biaya pengobatan ibuku," ucap Azalea tanpa menatap wajah sang suami.

"Bagus lah jika kau sadar dengan posisimu!" ucap Richard.

Begitu lift terbuka, Richard melangkah menuju kamarnya dengan Azalea yang masih berdiri mematung. Richard yang menyadari langkah Azalea terhenti, ia juga menghentikan langkahnya dan menoleh pada wanita yang telah sah menjadi istrinya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status