Share

32. Bu Tini Ngamuk

"Mana ada maling ngaku, iye kan?" Bu Tini tetap dengan pendiriannya. Dia berpikir semua lelaki sama. Manis dimuka pada akhirnya menyakiti juga.

"Benar kok, Bu Tini. Pak Ridho pernah bercerita mempunyai adik yang kuliah di Bandung."

Sontak semua mata tertuju pada wanita yang duduk berhadapan denganku itu. Wajahnya semakin merah, malu dan marah bercampur menjadi satu.

"O, begitu. Kirain istri keduanya. Maklum saya baru pertama bertemu. Harus waspada, jaman sekarang banyak lelaki yang serong di bekang istri."

"Termasuk suami Bu Tini?"

"Ya tidak, suami saya itu setia. Dia cinta mati sama saya, gak mungkin selingkuh," jawabnya sambil melotot ke arahku.

Astaga, kenapa aku bisa kelepasan begitu. Tapi tidak apalah, salah sendiri memancing emosiku.

"Sudah-sudah, kok jadi berantem begini." Bu RT menengahi.

Bu RT kembali melanjutkan tugasnya. Dia mendaftar nama dan panjang kain yang akan dibeli.

Aku duduk bersandar di tembok. Sesekali menatap ke arah Bu RT. Lagi-lagi Bu Tini melotot saat t
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status