Share

8. Aku Wanita Dewasa!

last update Last Updated: 2025-04-28 18:41:08

Talitha menggertakkan giginya, matanya dipenuhi rasa iri yang sangat besar. "Zahira tidak boleh seberuntung itu! Tidak boleh!" batinnya.

Di sisi lain, Zahira berusaha melepaskan diri dari pria yang mengaku gigolo itu, "Lepaskan Pak! Malu di liatin orang," ujarnya dengan canggung. Mereka berdua kini berdiri di depan mobil mewah berwarna merah terang.

Danis dengan berat melerai pelukannya, wajahnya kembali ke setelan pabrik, angkuh dan galak.

"Aku akan pulang sendiri. Sampai jumpa!" Zahira membungkuk dengan sopan. Lalu gadis itu berjalan menuju tepian jalan, hendak menyetop taksi. Namun, betapa terkejutnya dia saat tubuh kecilnya seperti melayang.

Rupanya Danis mengangkat tubuh itu layaknya karung beras. Robi berinisiatif untuk membuka pintu mobil. Matanya berkali-kali mengerjab-erjab karena masih tidak percaya saat melihat tingkah bosnya.

Kemarin malam, bosnya yang galak dan anti perempuan itu baru membawa pulang seorang wanita muda. Dan sekarang dia memaksakan kehendaknya.

Padahal kebersamaan mereka belum sampai satu hari tapi tingkahnya seolah-olah wanita itu adalah miliknya.

"Pulang denganku!" Danis berkata dengan dingin. Pria itu berjalan menuju mobilnya dan menghiraukan tatapan semua orang.

"Ini penculikan! Tolong!" pekik wanita itu. Dia memukul bahu Danis dan bahkan berusaha untuk menjambak rambut pria yang menggendongnya.

Robi berdiri sambil meringis, "Gawat!" gumamnya.

Tepat di depan mobil yang telah terbuka, Danis menurunkan gadis itu. Wajah Zahira memerah karena malu, rambutnya berantakan begitu pula bajunya. Matanya berkaca-kaca karena hampir menangis, Zahira berniat mengumpati pria gila itu. Tapi baru mau membuka mulut, Danis menyela, "500 juta! Kamu ingat?"

Akhirnya Zahira hanya bisa mengumpat dalam hati, "Sialan!"

"Masuk!" Perintah Danis tidak terbantahkan.

Sebelum masuk Zahira menghentakan kakinya karena kesal. Sedangkan Danis dia hanya tersenyum simpul.

"Jalan!" ujar Danis. Pria itu memasang wajah muram dan galak.

Robi dengan patuh menyalakan mesin dan mobil mulai melaju.

"Tuan Putri ... di mana tempat tinggalmu?" tanya Danis dengan lembut. Amarah di matanya seolah-olah menguap begitu saja.

Robi hampir tersedak ludahnya sendiri. Selama lima tahun tidak pernah sedikit pun dia mendengar bosnya itu berkata begitu lembut. Bahkan saat mengetahui bahwa bosnya bangun dari koma dan mengalami amnesia pun. Dia berharap perilakunya berubah yaitu menjadi lebih ramah. Tapi kenyataannya malah semakin galak dan ketus.

Di balik sikapnya itu, pasti ada udang di balik batu.

"Jangan-jangan pria tua ini mengincar gadis lugu di sebelahnya?" batin Robi. Entah mengapa dia sedikit iba pada gadis itu.

Zahira bersedekap, wajahnya masam dengan bibir mengerucut. Dia mulai protes, "Pak, ini berlebihan! Hubungan kita hanya sebatas hubungan satu malam. Aku pelanggan dan bapak adalah penjual jasa. Dan aku bukan anakmu atau istrimu yang harus bersikap patuh!" pekiknya di akhir kalimat.

Robi hanya bisa menyimak dan ikut menganggukan kepala. Apa yang di katakan wanita itu memang benar. Tapi dia bilang bosnya adalah penjual jasa. Sejak kapan? Dan jasa apa yang bosnya jual?

Danis hanya tersenyum samar, mendengar ocehan wanita itu. Baginya terlihat lucu.

"Tapi, kamu kan belum bayar jasaku?" cibir Danis dengan sebelah alis terangkat.

"Aku akan bayar! Aku pasti bayar, Pak!" pekik Zahira, kedua tangannya reflek menepuk pahanya sendiri dengan kesal. Lalu kedua tangan itu mengacak rambutnya karena frustasi.

"Tenang ... gadis kecil. Tenang ... " ujar Danis lembut. Pria berusia 35 tahun itu menepuk-nepuk kepala Zahira sampai kepala gadis itu menunduk ke bawah.

Kepala Zahira mengangguk-angguk dengan mulutnya menganga dan mata melotot. Dengan cepat, wanita muda itu menangkis tangan pria yang memperlakukannya seperti kucing.

"Aku bukan gadis kecil, Pak! Aku wanita dewasa, usiaku 25 tahun," ujar Zahira dengan bibir mengerucut.

Walaupun kadang saat dia sedang bekerja, orang-orang mengira bahwa dia adalah mahasiswa magang. Saking wajahnya yang begitu imut.

"Oh! Benarkah? Tapi kamu terlihat berusia 17 tahun!" ujar Danis dengan nada mengejek.

Yang benar saja? Pria ini benar-benar keterlaluan. Zahira hanya bisa menggigit bibir bawahnya karena frustasi. Mata bulatnya menyipit, ekspresinya benar-benar lucu.

Karena gemas, Danis menangkup wajah wanita itu dan mencium bibirnya sekilas.

Cup!

Karena terkejut, punggung Zahira langsung menegak kaku dengan mata terbelaklak.

Sedangkan Robi yang awalnya cuma melirik karena penasaran dengan perubahan sikap bosnya. Justru dikejutkan dengan sikap agresif bosnya itu. Yang awalnya anti perempuan, sekarang malah berubah jadi sedikit mesum. Saking terkejutnya, kepalanya menjadi sedikit pening, hingga membuat kakinya reflek menginjak rem dengan mendadak.

Ban mobil dan aspal saling bergesek dan menimbulkan suara decitan yang terdengar linu.

Brak!!

Tubuh Robi terhenyak ke depan, keningnya menghantam setir, rasanya cukup sakit. Sedangkan Danis dan Zahira, tubuh mereka menghantam punggung kursi di depannya.

"Auuwwwww!!" Zahira dan Danis meringis secara bersamaan.

"Rooobbbiiiii!!!!!" Danis memekik. Tanduk dan taringnya benar-benar keluar.

Robi terperanjat, pria itu mengelus dahinya yang benjol. Dia meminta maaf dengan suara yang bergetar, "Ma-maaffff, Tuan! Tadi ada kucing lewat!" sangkalnya.

"Pergunakan matamu!" eram Danis dengan mata melotot.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dikhianati Mantan, Dijadikan Tunangan CEO Galak   72. Lamaran Wulan

    Pertanyaan itu cukup membuat Zahira termangu beberapa detik, "Maksudnya?"Wulan mengerutkan bibirnya dan wajahnya berubah murung lalu berkata dengan nada sedih, "Ehhh ... Talitha sangat sibuk, dia tidak pernah di rumah dan tidak pernah mengurus putraku. Jika di rumah dia hanya malas-malasan."Wulan menceritakan kehidupan Emran dan Talitha yang tidak ada hubungan dengan Zahira, membuat gadis itu merasa canggung. Zahira mengusap tengkuknya lalu berkata sambil tersenyum tipis, "Wajar si ... Talitha kan sedang hamil."Melihat ekspresi Zahira yang polos dan tidak terpengaruh membuat Wulan merasa kesal. Wanita paruh baya itu hanya menggertakkan giginya lalu kembali berpura-pura. Wulan kembali menghela nafas dan terlihat tidak berdaya. "Aku juga pernah hamil, tapi aku merasa dia aneh. Dia kadang terlihat dingin dan acuh pada Emran. Aku juga dengar rumor bahwa dia sedang dekat dengan pria lain. Jangan-jangan anak itu bukan milik putraku."Setelah mengatakan hal buruk pada menantunya yang dulu

  • Dikhianati Mantan, Dijadikan Tunangan CEO Galak   71. Pesan Sesat

    Melihat Zahira ketakutan, Wulan menggigit bibirnya dengan canggung dan berkata dengan lembut dan hati-hati, "Boleh masuk, Ra? Ada hal yang ingin aku katakan." Zahira tercengang. Apakah matahari terbit dari barat? Kenapa nyonya angkuh seperti Wulan akan bersikap rendah hati seperti ini. Semakin dipikirkan, semakin terasa mustahil. Melihat Wulan begitu sopan, Zahira semakin merasa gelisah. Dia berkedip beberapa kali sambil memegang gagang pintu dengan kuat. Dia masih ingat setiap interaksi bersama Wulan, mereka tidak pernah berakhir menyenangkan. Jadi Zahira harus membuat alasan karena tidak ingin berduaan saja dengan ibu mantan pacarnya yang problematik itu. Setelah menenangkan diri, Zahira berdehem dan mulai merangkai alasan. "Tante, kebetulan tempat tinggalku masih berantakan. Sebentar lagi orang yang akan membereskannya akan segera datang. Bagaimana kalau kita mengobrol di kafe depan?" ujarnya dengan ragu. Jika ada interaksi di antara mereka berdua harus di depan umum agar ti

  • Dikhianati Mantan, Dijadikan Tunangan CEO Galak   70. Deal!

    Karena terlalu hanyut dalam suasana, Danis dan Zahira tidak mendengar ketukan pintu. Mereka masih tenggelam dalam perasaan yang menggebu-gebu.Setelah beberapa ketukan tidak ada respon, Zaidan pun menjadi panik. Dia takut hal buruk terjadi pada adik kesayangannya. Zaidan pun membuat ancang-ancang dan mendobrak pintu dengan tubuhnya yang besar.Brak!!!Zahira dan Danis langsung terperanjat, mata mereka terbelaklak dengan wajah pucat. Saat melihat sosok yang berdiri dengan garang."Zaidan!""Kakak!"Melihat pemandangan yang mengotori matanya, mata Zaidan melotot dan hampir keluar dari tempatnya. Adik kesayangannya yang lugu dan polos sedang bermesraan dengan sahabatnya sendiri tanpa ikatan resmi. Sebagai Kakak dia tidak terima. Suara pria itu pun menggelegar penuh amarah, "Apa-apaan ini!" Zahira langsung mendorong tubuh Danis, dia langsung merapikan jubah mandinya dan duduk bersimpuh di atas ranjang. "Kami ga ngapa-ngapain, Kak!" ujarnya dengan suara bergetar.Danis berdehem dan wajahn

  • Dikhianati Mantan, Dijadikan Tunangan CEO Galak   69. Bolehkan?

    Danis menundukan kepalanya, wajahnya sedikit masam, "Apa?""Eh! Kak Danis ga boleh nyerah dong!" ujarnya sambil mengelus lengan Danis. "Kakak mau tau, kenapa aku ga mau tinggal sama Kak Zaidan?"Danis merangkul Zahira dan menggiringnya ke sisi ranjang. Dia masih menampilkan ekspresi sedih dan putus asa. "Kenapa?" tanya Danis dengan lirih.Mereka berdua duduk di sisi ranjang, Zahira membiarkan Danis merangkul pundaknya. Gadis itu mulai bercerita, "Kak Zaidan itu kan gila. Setiap teman yang manfaatin atau ngebuli aku pasti akan di buat babak belur, bahkan ada yang sampai patah tulang. Apalagi cowok yang dekati aku, habis sama dia. Makanya aku milih kabur dan ngancem ke Kak Zaidan, kalau dia berani ikut campur urusanku, aku tidak mau pulang."Danis tidak peduli, baginya cerita itu tidak lah menyeramkan. Bahkan dia juga seperti itu. Buktinya dia menonjok wajah Zaidan saat dia pikir sahabatnya itu menaruh rasa pada Zahira. Tapi untuk menarik simpati Zahira yang polos itu, dia berpura-pura

  • Dikhianati Mantan, Dijadikan Tunangan CEO Galak   68. Mati Kutu

    Danis mencekal lengan Zahira, nadanya kembali galak, "Ra ... kamu ngusir aku?" Zahira menggigit bibirnya, "Kamar yang satunya tidak pernah aku bersihkan, jadi banyak debu. Kakak pulang saja. Lagian kita cuma pacar bukan suami istri," ujarnya dengan canggung sambil mencoba melepaskan diri. Danis melepas cekalannya, dia duduk di sisi ranjang sambil bersedekap angkuh. Wajahnya terlihat dingin dan menatap Zahira dengan kedua alis menukik tajam. "Dari ekspresimu tadi. Kamu ga serius nerima aku ya? Kamu ga cinta apa sama aku?" tanyanya dengan nada kesal. Zahira menggaruk kepalanya, dia melirik jam dinding. Matahari sudah hampir bangun dari peraduan, tapi dia belum tidur juga. Zahira bahkan belum ganti baju atau menyisir rambutnya. Gadis itu kembali menutup jendela lalu berkata dengan ragu, "Mau jawaban jujur atau bohong?" Wajah Danis langsung berubah masam, "Jujur!" Dengan malu-malu Zahira menyelipkan rambutnya di belakang telinga. "Aku emang belum cinta sama kamu. Hehe." Tawa garing Z

  • Dikhianati Mantan, Dijadikan Tunangan CEO Galak   67. Rayuan Ala Buaya Darat

    "Emang cuma kamu saja yang boleh marah tanpa alasan. Huh!" ujar Danis sambil tersenyum. Senyuman palsunya terlihat jelek dan membuat Zahira mencebik. Melihat reaksi Zahira, Danis hanya menggelengkan kepala sambil menghisap rokoknya, asap keabuan itu menyeruak. "Kakak sudah tua dan asap rokok tidak baik untuk kesehatan! Kakak ingin cepat mati ya? Bukannya jawab pertanyaanku malah bengong!" Zahira terus mengomel lalu membuka pintu jendela agar asap rokok itu bisa keluar. Karena hari sudah pagi, udara yang masuk sangat dingin. Tubuhnya menggigil, dia ingin berganti baju tapi takut Danis mengambil kesempatan saat dia lengah. Mendengar Zahira terus merepet tanpa henti, Danis yang frustasi berdiri di depan jendela. Kepalanya sedikit menyembul keluar dan menikmati pemandangan kota dengan nanar. Angin yang masuk menyibak rambutnya yang mulai panjang. Karena sering dikatai tua oleh Zahira, Danis memotong rambutnya dengan gaya mulet dan membuatnya semakin tampan dan berkarisma. Apalagi eksp

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status