Share

Bab 156 Dewa penolong

Author: Piemar
last update Last Updated: 2025-08-17 17:43:00

Setiba di apartemen, Andini langsung pergi ke kampus. Ia akan menemui dosen pembimbing dan menanyakan perihal jadwal sidang. Tak lama kemudian ia menghabiskan waktunya di perpustakaan. Ia banyak membaca buku referensi sebagai persiapan sidang.

Andini baru sampai di lobi apartemen setelah seharian di kampus. Rambutnya berantakan, tas penuh kertas draft skripsi, dan wajah lelah. Jam sudah hampir menunjukkan pukul delapan malam.

Begitu pintu apartemen terbuka, ia langsung menyalakan lampu. “Akhirnyaaa…” gumamnya lega. Ia menendang sepatunya ke sudut ruangan, melempar tas ke sofa, lalu berjalan ke dapur dengan autopilot, ingin minum air dingin.

Namun langkahnya terhenti. Ada sesuatu yang aneh. Meja makan yang tadi pagi kosong, kini ada dua bungkus nasi lemak, beberapa botol air mineral, bahkan ada sekotak gorengan khas Malaysia.

Dahi Andini berkerut.

“Eh… siapa yang naruh makanan di sini?” suaranya tercekat. Seketika bulu kuduknya berdiri. Ia langsung dilanda panik.

Ia meraih sapu atau b
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Paman Miliardernya   Bab 156 Dewa penolong

    Setiba di apartemen, Andini langsung pergi ke kampus. Ia akan menemui dosen pembimbing dan menanyakan perihal jadwal sidang. Tak lama kemudian ia menghabiskan waktunya di perpustakaan. Ia banyak membaca buku referensi sebagai persiapan sidang.Andini baru sampai di lobi apartemen setelah seharian di kampus. Rambutnya berantakan, tas penuh kertas draft skripsi, dan wajah lelah. Jam sudah hampir menunjukkan pukul delapan malam.Begitu pintu apartemen terbuka, ia langsung menyalakan lampu. “Akhirnyaaa…” gumamnya lega. Ia menendang sepatunya ke sudut ruangan, melempar tas ke sofa, lalu berjalan ke dapur dengan autopilot, ingin minum air dingin.Namun langkahnya terhenti. Ada sesuatu yang aneh. Meja makan yang tadi pagi kosong, kini ada dua bungkus nasi lemak, beberapa botol air mineral, bahkan ada sekotak gorengan khas Malaysia.Dahi Andini berkerut. “Eh… siapa yang naruh makanan di sini?” suaranya tercekat. Seketika bulu kuduknya berdiri. Ia langsung dilanda panik.Ia meraih sapu atau b

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Paman Miliardernya   Bab 155 Naura dalam bahaya

    Musik jazz masih mengalun lembut. Para tamu sibuk mengobrol sambil menikmati hidangan buffet yang beraneka macam dan lezat tentunya. Lampu kristal memantulkan cahaya hangat yang menambah kesan elegan pesta itu.Vina berdiri di dekat meja minuman, mengatur napas sambil merapikan rambutnya. Matanya terus mengikuti langkah dr. Dipta yang baru saja selesai berbincang dengan salah satu dokter senior. Kesempatan emas ini nggak boleh aku lewatkan.Ia segera melangkah anggun, membawa dua gelas jus. “Dokter Dipta…” suaranya dibuat selembut mungkin, hampir mendayu. “Capek ya? Dari tadi kelihatan sibuk sekali. Ini, saya ambilin jus jeruk. Biar segar lagi.”Dipta menoleh singkat, ekspresinya datar seperti biasa. “Terima kasih, tapi saya tidak minum jus. Air putih saja.”Vina sedikit kikuk, tapi cepat menyembunyikan dengan senyum. “Oh, iya ya. Maaf, saya lupa. Dokter lagi ngurangin gula ya. Tapi nggak apa-apa kan kalau saya nemenin sebentar?” Ia mencoba menyejajarkan langkahnya dengan Dipta, menat

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Paman Miliardernya   Bab 154 Ternyata bukan aku

    Deru pengumuman dari pengeras suara bercampur dengan suara roda koper berderit di lantai marmer. Andini berjalan sambil merapikan sweater rajutnya, wajahnya terlihat tegang tapi juga antusias. Di sampingnya, Dewa mendorong troli koper dengan ekspresi… kesal.Tentu saja, ia merasa kesal sebab Andini harus pulang ke KL untuk mengikuti sidang akhir skripsi. Sementara itu Dewa tidak bisa menemaninya karena ada banyak urusan pekerjaan yang deadline dan harus ia kerjakan bulan itu. Alhasil, pria dewasa itu agak tantrum saat melepas kepergian istri kecilnya.“Andini, aku masih nggak habis pikir. Kamu balik KL cuma buat sidang satu jam. Satu jam, Din!” Nada suaranya terdengar seperti bos marah ke karyawan.Drama ikan terbang dimulai. Andini hanya menahan tawa melihat ekspresi pria besar itu. Hanya padanya ia terlihat manja dan kekanak-kanakan. Jauh kesannya saat ia berhadapan dengan para bawahannya.Andini mendengus, mencubit lengannya. “Ya ampun, Mas Dewa. Ini sidang skripsi, bukan belanja o

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Paman Miliardernya   Bab 153 Malaikat bayangan

    Vina berjalan cepat sambil menenteng map pasien, tapi langkahnya terhenti ketika melihat dr. Dipta keluar dari ruang rapat. Ia menyunggingkan senyum terbaiknya. Dokter incarannya ada di sana. “Dok,” panggilnya agak pelan. Wajahnya sumringah saat melihatnya. Beberapa kali ia juga memperlihatkan gesture genit, memainkan rambut ikalnya.Dipta mengangkat kepala, ekspresinya datar seperti biasa. Entah ia memang mengalami kelumpuhan wajah sehingga ia tidak bisa ekspresif seperti yang lain. “Ada apa?”Vina mendekat, menurunkan suara. Dalam hitungan detik, raut wajahnya langsung berubah ditekuk. “Tadi pagi ada kejadian di ruang diskusi. Naura dimarahi dr. Tantri… terus minumannya ketumpah ke catatannya.”Alis Dipta nyaris tak bergerak, tapi matanya menatap lurus ke Vina. “Ketumpah… sengaja?” telisiknya interogatif.Vina sedikit ragu. “Hmm… ya, kelihatannya bukan kecelakaan. Nada bicaranya juga… nyerang banget. Katanya soal kamu sama dr. Gilang bla, bla, bla.”Vina mengadu seperti murid pada

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Paman Miliardernya   Bab 152 Gosip panas

    Pagi itu, Naura baru saja meletakkan map status pasien di meja ketika suara cekikikan terdengar dari pojok nurse station.“Eh, itu kan yang waktu itu diantar dr. Gilang pulang, ya?” bisik salah satu perawat sambil menatapnya.“Lah, iya. Katanya sih lagi… dekat,” sahut yang lain sambil senyum-senyum.“Tunggu, bukankah dr Gilang itu sudah married? Serius?” timpal yang lain semakin membuat suasana memanas padahal udara masih cerah dan segar.Naura pura-pura tidak mendengar. Ia tidak perlu menanggapi mereka. Toh, nyatanya ia tidak merasa seperti apa yang mereka katakan.Dia membalik halaman catatan, fokus pada data laboratorium pasien tifoid yang sedang ia follow-up. Tapi kupingnya makin panas lama kelamaan. Gunjingan itu terus menerus bertubi-tubi seperti sengaja memancing dirinya.Beberapa detik ingatan Naura terlintas pada chat grup. Sejak foto dirinya bersama dr. Gilang muncul di grup WhatsApp internal, foto yang entah diambil siapa, gosip itu tak berhenti. Captionnya, “Koas favoritny

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Paman Miliardernya   Bab 151 Diagnosis tak terucap

    Lounge Hotel – Sore HariDewa duduk santai di sofa kulit, jasnya terlipat rapi di sebelah. Di depannya, Arga baru saja menandatangani berkas kontrak kerjasama.“Lumayan juga proyeknya,” ujar Arga sambil menyeruput kopi hitamnya. “Eh… ngomong-ngomong, Andini nggak ikut?”Dewa yang sedang menuang teh berhenti sepersekian detik, lalu kembali menuang seolah tak terganggu. “Kenapa harus ikut?” suaranya datar, tapi matanya menatap Arga seperti baru saja memvonis pasien tanpa anestesi.Arga terkekeh. “Nggak, cuma nanya. Soalnya kemarin pas kita ketemu… tatapannya ke aku tuh—”“Berhenti di situ.” Dewa mengangkat tangan, nada suaranya tetap tenang tapi dingin. “Jangan terusin kalimat yang nggak perlu.”Arga mengangkat alis, seolah makin tertarik mengusik. “Wah, peka juga kamu, Pak Dewa. Padahal aku cuma mau bilang tatapannya… ramah.Dewa menyandarkan punggung ke sofa, menatap Arga lama. “Ramah, ya?” Bibirnya menegang, seperti sedang menghitung risiko investasi. “Kalau gitu, saya pastikan perte

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status