Share

5. Salah Tingkah

Author: ReyNotes
last update Last Updated: 2025-03-26 14:53:01

Dalam pesawat, Vina sama sekali tidak berinteraksi dengan Dylan. Pria itu terlihat sibuk dengan laptop dan headphone di telinga… lalu tertidur hingga pesawat mendarat sempurna di tempat tujuan mereka.

Vina mengguncang pelan tubuh Dylan yang masih tertidur lelap.

“Apa?!” gumam pria itu terdengar kesal.

“Sudah sampai.”

Sementara Dylano memicingkan mata, Vina sudah lebih dulu bersiap untuk menuruni pesawat.

Suasana bandara terlihat begitu ramai. Petugas keamanan yang terdiri dari pengawal pribadi, juga polisi terlihat menyebar di segala penjuru. Mereka memang ditugaskan untuk men-sterilkan jalan, sebab penggemar Dylan sudah mulai membludak menunggu sang artis tiba.

Sorak-sorai para penggila Dylan terdengar mengelukan nama pria itu.

“Lanoo!! Lano!!”

Berada beberapa langkah di belakang Dylan, Vina mengamati bagaimana reaksi pria itu pada penggemarnya. Meski dikelilingi pengawal berbadan kekar, sesekali Dylan melambai dan menunduk santun pada para penggemar.

Melihat hal itu mengingatkan Vina pada pertemuan pertamanya dengan Dylan.

Ternyata saat itu Dylan kabur dari para pengawalnya, bukan dari para penagih hutang. Memori itu membuat Vina sangat malu.

“Vina.” Tamara menarik tangan Vina dan memintanya masuk ke mobil yang sama dengannya. “Aku tadi sudah bilang untuk menyiapkan Lano, bukan? Jangan sampai terjadi begini lagi!” ucap Tamara tegas sambil menyodorkan sebuah tablet ke arah Vina.

Di layar itu, terlihat tayangan saat Dylan tiba di bandara beberapa menit lalu. Berbagai komentar negatif bermunculan di kanal itu.

“Lano terlihat pucat. Apa dia sakit?”

“Ke mana asistennya? Kenapa pakaian Lano lecek begitu?”

Dalam beberapa menit saja, tayangan itu sudah memiliki ribuan komentar. Vina mengembalikan tablet. “Maaf.”

Jadwal Dylan yang sangat padat, juga briefing yang kurang membuat Vina keteteran. Usai serangkaian acara hari itu selesai, Dylan memasuki kamar Vina yang sekaligus menjadi ruang kostum dengan wajah memendam kesal.

“Kamu membuatku jelek di bandara barusan,” desis Dylan kesal saat mengganti pakaian. “Dan berhasil mempermalukanku di seluruh acara hari ini!”

Busana pilihan Vina nyatanya dinilai kampungan. Tidak cocok dengan acara dan juga gaya Dylan biasanya.

“Jangan mentang-mentang kita punya hubungan, aku akan membelamu.”

Vina menggeleng. Namun, Dylan yang kesal sudah tidak melihat reaksinya lagi.

Sadar hari ini kemampuannya terus dikritik, Vina bertekat untuk belajar lebih giat. Acara besok masih padat, tentu ia tidak ingin membuat bosnya, kembali mendapat kritik.

Saat Vina asyik scrolling, saat itulah suara bel di pintu kamarnya terdengar.

“Dylan? Mau apa kamu—"

Dylan masuk tanpa permisi. “Aku mau tidur di sini.”

“Eh, tidak bisa!” Vina langsung menolak keinginan Dylan. “Ini kamarku.”

“Aku tidak peduli. Aku bisa tidur di mana pun aku mau.” Lelaki itu naik ke ranjang, dan mendapati ponsel Vina yang layarnya sedang menampilkan berbagai berita dan foto tentang dirinya. Dylan mendengus pelan. “Jangan jatuh cinta padaku. Katamu, kita kan sudah cerai!”

**

“Lano mana?”

“Umm… itu, Dylan….”

Bagai pasangan mesum yang digerebek warga, Vina dengan wajah bantalnya membuka pintu.

Tamara langsung menyoroti pakaian Vina, yang tentu saja masih dalam kondisi normal.

“Tenang saja, aku tidak mengcurigaimu. Aku yang minta Lano ke sini untuk membicarakan kegiatan hari ini dan persiapannya. Kalian pasti bicara sampai dini hari.”

Boro-boro berdiskusi tentang acara hari ini. Sampai di ranjang, Dylan langsung tidur nyenyak. Vina mendesah dalam hati.

Tamara lalu mengecek jam di tangannya dan menoleh menatap Vina. “Setengah jam lagi kita berangkat. Cepat, siapkan Lano!”

Setelah Tamara keluar, Vina langsung bersiap, tanpa mandi. Ia membangunkan Dylan.

Pria itu menurut, lantas bergegas mandi. Beberapa menit setelahnya, Dylan keluar dengan hanya mengenakan handuk di pinggang.

Lelaki itu berdiri di depan Vina, lalu melepas handuk tanpa malu.

“Akh, mataku!” Spontan, Vina menutup mata. “Apa yang kamu lakukan!”

“Apa, sih?” Dylan malah menarik tangan Vina. “Kamu kan sudah pernah lihat semuanya.”

Dengan mata masih terpejam, jari Vina menunjuk ranjang. "Itu pakaianmu, cepat pakai!"

"Pakein!" Dylan berkacak pinggang di depan Vina dengan sorot mata tajam. 

Setelah menghela napas beberapa kali, Vina berhasil mendandani Dylan. Selesai dengan pakaian, Vina juga memoles skincare agar wajah Dylan lebih cerah dan flawless di depan kamera.

Saat berdekatan, Dylan mengamati wajah cantik Vina. "Wajahmu tidak berubah. Harummu juga masih sama." Dylan berucap pelan.

Vina mengabaikan pernyataan Dylan. Jarak mereka semakin dekat. Dylan mendorong punggung Vina ke dadanya.

Lelaki itu memiringkan kepala. Bibir Dylan menyasar pada bibir Vina. Vina bisa merasakan embusan napas hangat Dylan di wajahnya.

Detik itu, Vina merasa tubuhnya kaku dan benar-benar tak bisa bergerak. Hingga pintu tiba-tiba terbuka ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
ktsn-
nah lhoo siapa yg dtg
goodnovel comment avatar
Yiming
kepergok siapa kira2???
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Penguasa Tak Terkalahkan   155. Paling Istimewa

    Bulan madu hari terakhir. Pagi-pagi sekali, Vina menggeliat karena mendengar suara musik dari ruang tamu. Ia segera menoleh ke sisi ranjang yang kosong.Secarik kertas dengan satu kotak cukup besar berada di sisi tempat biasanya Dylan tidur. Vina mengambil dan membaca catatan tersebut.“Akh... permainan apa lagi ini.” Vina mendengus dan menggeleng samar setelah membaca pesan dari Dylan.Meski begitu, Vina menuruti apa yang tertulis pada kertas itu. Dylan memintanya berdandan cantik dengan gaun yang ia siapkan.Tak butuh waktu lama, Vina siap. Gaun yang dikenakannya berwarna navy elegan berpotongan dada rendah. Panjangnya hanya selutut menambah kesan feminim.Setelah puas dengan penampilannya, Vina keluar dari kamar. Ia membuka pintu dan tertegun sejenak.Ruang tamu di depannya sudah disulap dengan dekorasi mewah. Bunga-bunga hidup dipajang di berbagai sisi. Hidangan pun tersaji cantik di meja.Dylan muncul dengan pakaian jas lengkap berwarna senada dengan gaun Vina. Ia melangkah mende

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Penguasa Tak Terkalahkan   154. Bermalas-Malasan

    “Kamu mau aku jadi Goldies?” Vina mengerutkan keningnya.“Iya, dong. Kamu harus menjadi penggemar setiaku, yang mendukung dan bersamaku hingga akhir masa karir bermusikku.” Dylan mengangguk.“Tetapi, penggemar setiamu sudah banyak. Dari berbagai belahan bumi.”Dylan berpikir sejenak. Ia menenggak lagi air mineral dingin lalu duduk di samping Vina. Tubuhnya ia sandarkan di sofa.“Sia-sia dong aku konser di depanmu.”Vina terkekeh. “Jadi Goldies atau tidak, aku akui penampilanmu mempesona barusan. Aku menyukainya. Selama ini, aku tidak pernah fokus melihatmu saat tampil.”“Benaran?” Dylan menoleh dan menatap istrinya.Kepala Vina mengangguk tegas. “Iya. Lagipula, kamu kan nggak mau nikah sama Goldies.”Dylan jadi memikirkan ucapan Vina barusan. Benar juga. Dulu ia memang bilang begitu karena tidak mau memilih salah satu Goldies menjadi istrinya karena akan melukai Goldies lain.Menjadi Goldies itu sulit karena ketika idola mereka menikah, mungkin patah hati. Tetapi bagi Dylan, lebih sul

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Penguasa Tak Terkalahkan   153. Konser Pribadi

    Dylan garuk-garuk kepala mendengar permintaan sang putri. Lalu, ia mendapat jawaban tepat di otaknya."Daddy kan lagi nggak ada. Kamu minta tanda tangan sama siapa?""Daddy tanda tangan sekarang terus kirim ke rumah. Bisa kan?""Jualan yang lain aja, deh, ya.""Jualan apa dong? Kalau ada mommy, Ara juga bisa jualan spagetti." Wajah Clara terlihat memberengut. "Tapi kan mommy juga nggak ada."Vina dan Dylan saling melirik. Setelah beberapa hari mereka pergi, akhirnya Clara kesal juga karena tidak ada orang tuanya."Gini, deh. Clara pernah buat gelang dari manik-manik di ruang kerja mommy, kan? Clara ingat cara buatnya?"Clara mengangguk mendengar pertanyaan sang mommy."Clara jualan gelang aja. Nanti teman-temannya bisa pilih sendiri manik-manik yang mereka mau. Bisa?"Clara terlihat berpikir sejenak lalu mengangguk-angguk. "Oke, mommy. Clara mau jualan gelang aja.""Oke. Mommy minta pelayan kirim semua manik-manik ke rumah Reino, ya.""Boleh semuanya dijual?""Boleh. Sekarang, Clara t

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Penguasa Tak Terkalahkan   152. Mau Jualan

    "Kalau itu sih nggak perlu suit.""Biar seru."Vina mendengus. Dengan gerakan yang sengaja ia pelankan, Vina melepas pakaiannya. Gerakan itu malah membuat Dylan bergairah.Namun Dylan juga bertahan dan menatap tanpa jeda tubuh istrinya yang setengah polos sekarang."Mmm... bentar aku mau pipis."Dylan memejamkan mata menahan kesal. Ada ada saja istrinya ini. Padahal ia sudah hampir menerkam Vina barusan."Aneh banget pipis dengan pemandangan ranjang begini." Vina berseru dari kamar mandi."Sudah, cepat, Chagiya!""Sabar."Vina kembali dengan hanya mengenakan celana dalam. Dylan memberi kode untuk melepasnya.Jika tadi Vina sengaja menggoda Dylan. Sekarang, tanpa malu ia melepasnya dengan gerakan sembrono."Aku boleh makan dulu? Makanan selamat datang dari hotel tadi tampak enak.""Astagaa." Dylan mendesis saat Vina meninggalkannya sendirian di ranjang.Tapi tak lama kemudian, Vina muncul lagi dengan piring berisi kue vanila keju di tangan. Dengan santai, wanita itu makan di depan sang

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Penguasa Tak Terkalahkan   151. Lima Hari Terakhir

    “Lalu, maksud penawaran anda apa?”“Ehem.” Teddy menjernihkan tenggorokannya sebelum bicara. “Saya tau dari media sosial anda sangat piawai dalam mendesain pakaian.”“Oh.” Vina mengangguk mengerti.“Saya ingin anda mendesain pakaian untuk para pramugari dan pramugara di maskapai ini.”Kedua alis Vina terangkat tinggi. Ia jadi melirik para pramugari dan pramugara yang masih menunggu tandatangan Dylan.“Pakaian untuk mereka?”“Iya, Nyonya. Nanti saya akan mengirim penawarannya melalui email.”Vina mengangguk lalu memberikan alamat emailnya. “Tapi, saya belum bisa janji, ya. Tergantung izin dari suami saya.”“Baik, Chagiya. Terima kasih.”Vina merasakan tepukan di punggungnya. Ia menoleh dan Dylan merangkul bahunya dengan senyum.“Yuk, sudah.” Lelaki itu memberi kode untuk pergi.Keluar dari pesawat, Dylan dan Vina mendapat pengawalan dari kru pesawat. Bandara memang cukup ramai karena pada akhirnya orang-orang tau Lano baru saja mendarat.Bahkan, Dylan dan Vina ditemani hingga keduanya

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Penguasa Tak Terkalahkan   150. Saling Perhatian

    Vina dan Dylan mendapatkan pelayanan spesial dari awak pesawat. Lagu Lano bahkan diperdengarkan oleh pilot yang ternyata seorang Goldies.Seorang pramugari memberikan gift sebuah boneka berpakaian pramugari pada Vina. "Nyonya, ini untuk Clara."Vina tersenyum dan mengangguk berbarengan. "Terima kasih."Lalu Vina memperlihatkan boneka itu pada Dylan. "Lucu, ya."Dylan menjulurkan tangan dan mengelus kepala Vina sambil terkekeh.Selesai makan, Vina menonton sedangkan Dylan memilih mendengarkan lagu. Namun baru setengah jam, Dylan melihat istrinya telah tertidur."Kenapa Chagiya jadi sering tidur akhir-akhir ini?" Dylan bergumam sambil menatap istrinya.Akhirnya Dylan memejamkan mata. Entah kenapa memorinya kembali saat tadi pagi ia bertengkar dengan Vina.Kalimat Vina yang mengatakan bahwa ia penjahat dan Vina membencinya membuat Dylan membuka matanya lagi.Dylan menoleh ke samping. Tangannya terjulur membelai wajah sang istri."Kamu nggak serius benci aku, kan?"Vina menggeliat sedikit

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status